Sub Sektor Perikanan Sub Sektor Kehutanan

sebesar 7.287,80 ton, tahun 2012 menjadi 7.013,98 ton. Sedangkan produksi coklat mengalami peningkatan, tahun 2008 sebesar 2.231,00 ton dan tahun 2012 menjadi 2.588,00 ton.

c. Sub Sektor Peternakan

Usaha Peternakan umumnya diusahakan oleh rakyat yang bertujuan untuk dikonsumsi dan juga menambah pendapatan rumah tangga.Ternak yang umum dipelihara masyarakat Karo adalah sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, kelinci dan itik.Beberapa jenis ternak yang mengalami perubahan jumlah populasi adalah sapi, babi, kambing dan ayam.Pada tahun 2011 populasi sapi potong mencapai 23.056 ekor namun menurun menjadi 20.023 ekor pada tahun 2012. Sedangkan ternak babi meningkat dari tahun 2011 yang berjumlah 28.747 ekor dan pada tahun 2012 menjadi 30.611 ekor. Populasi kambing mengalami peningkatan, dimana tahun 2011 berjumlah 12.689 ekor, meningkat menjadi 21.194 ekor tahun 2012. Populasi ayam juga mengalami peningkatan, dimana tahun 2011 berjumlah 284.317 ekor menjadi 294.878 ekor pada tahun 2012.

d. Sub Sektor Perikanan

Perikanan umumnya dibudidayakan di sawah, kolam atau pinggiran Danau Toba. Produksi ikan dari kolamyang dibangun penduduk Kecamatan Merek secara swadaya mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun, misalnya data tahun 2011 menghasilkan 138 ton, pada tahun 2012 meningkat menjadi 140 ton.Peningkatan produksi perikanan yang sangat signifikan tersebut merupakan inisiatif dari masyarakat dan belum mendapat perhatian dan pembinaan intensif dari pemerintah. Universitas Sumatera Utara

e. Sub Sektor Kehutanan

Kawasan hutan sangat vital bagi kehidupan, selain sebagai paru-paru dunia hutan juga merupakan tempat habitat hidup berbagai jenis hewan.Hutan juga berfungsi sebagai resapan air.Di Kabupaten Karo terdapat hutan lindung seluas 98.644,5 Ha yaitu daerah kawasan Leuser.Sedangkan hutan suaka alam ada 7 Ha, hutan produksi terbatas ada 15.592 Ha.Hutan produksi ada seluas 11.293 Ha. Dari seluas 125.536,50 Ha hutan yang terdapat di Kabupaten Karo kondisinya sudah sangat memprihatinkan hal ini dapat kita lihat dari hasil produksi hutan seperti getah damar, rotan, kayu dan lain-lain yang semakin menurun tiap tahun, dimana beberapa tahun terakhir sudah tidak ada lagi. Wilayah kecamatan Naman Teran, Simpang Empat, Payung, Tiganderket dan Merdeka yang merupakan kecamatan paling dekat dengan Gunungapi Sinabung umumnya pertanian masyarakat terdiri dari pertanian sawah dan kebun. Sistem pertanian agrikultur merupakan komoditas unggulan wilayah ini, dengan hasil pertanianperkebunan: jeruk, kol, cabai, tomat, kentang, wortel, kopi, cokelat, dan lain-lain. Erupsi Gunungapi Sinabung yang mengeluarkan material debu vulkanik diperkirakanmmenyebabkan masyarakat akan mengalami gagal panen, dan menghilangkan pendapatan dan menyebabkan kredit macat. Karena selama ini modal kerja pertanian para petani Karo diperoleh dari pinjaman Pihak Ketiga. Selain itu, dampak lain yang juga penting yaitu menurunnya derajat kesehatan dan gangguan sosio-psikis. Universitas Sumatera Utara 4.1.5.Karakteristik Responden Penelusuran data dilakukan sesuai karakteristik responden yang ditemukan di lapangan agar dapat mengggambarkan hasil penelitian yang sahih. Karakteristik responden adalah ciri-ciri khusus responden yang menjadi objek penelitian untuk dapat membedakannya dengan kelompok lain. Beberapa data karakteristik responden yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel-6 : Karakteristik Jenis KelaminResponden No Jenis Kelamin N 1 Laki-laki 92 92,00 2 Perempuan 8 8,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Tabel di atas menjabarkan bahwa responden laki-laki mayoritas dengan jumlah 92 92,00; selebihnya perempuan sebanyak 8 orang 8,00 menyandang status janda dan berperan sebagai Kepala Keluarga. Karakteristik selanjutnya adalah karakteristik umur, sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel-7 : Karakteristik UmurResponden No Kelompok Umur N 1 20 - 30 tahun 17 17,00 2 30 - 40 tahun 35 35,00 3 40 - 50 tahun 34 34,00 4 50 - 60 tahun 8 8,00 5 60 tahun ke atas 6 6,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden berada pada primer age atau kelompok umur 30 - 40 tahun, usia produktif, yakni sebanyak 35 orang 35,00; usia paling rendah adalah pada kelompok umur 60 tahun ke Universitas Sumatera Utara atas, yakni sebanyak 6 orang 6,00. Hasil penelusuran yang lain adalah karakteristik status; Tabel-8 : Status Perkawinan Responden No Status Perkawinan N 1 Kawin 43 43,00 2 Duda 34 34,00 3 Janda 23 23,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden status kawin, yakni sebanyak 43 orang 43,00; status janda dan duda masing-masing sebanyak 34 orang 34,00 dan 23 orang 23,00. Karakteristik ini menggambarkan gangguan terhadap mata pencaharian responden akan memberi pengaruh besar terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di suatu wilayah. Penelitian ini juga mengidentifikasi karakteristik pekerjaan, dapat dilihat pada paparan karakteristik pekerjaan responden; Tabel-9 : Pekerjaan Responden No Pekerjaan N 1 Petani 87 87,00 2 Pedagang 7 7,00 3 PNS 4 4,00 4 Lain-lain 2 2,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden adalah petani, yakni sebanyak 87 orang 87,00; pedagang sebanyak 7 orang 7,00; PNS sebanyak 4 orang 4,00; sebanyak 2 orang 2,00 berprofesi sebagai supir, tukang dan serabutan. Profesi petani merupakan profesi utama sebesar 87,00 responden, dapat dipastikan kerusakan dan gagal panen tanaman akan Universitas Sumatera Utara sangat mengganggu kestabilan sosial dan ekonomi masyarakat terdampak bencana. Karakteristik responden lainnya yang juga penting yaitu jumlah tanggungan, sebagaimana table di bawah ini; Tabel-10 : Jumlah Tanggungan Anak Responden No Pekerjaan N 1 Tidak ada 14 14,00 2 1 orang 29 29,00 3 2 orang 39 39,00 4 3 orang 18 18,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden memiliki anak dalam tanggungan2 orang sebanyak 39 responden 39,00; dan hanya 14 responden 14,00 yang tidak memiliki anak dalam tanggungan. Dengan demikian gagal panen akan menyebabkan kaum ibu dan anak-anak akan menanggung dampak yang sangat besar. Lebih lanjut, perlu pula untuk memperhatikan karakteristik status kepemiliki rumah responden, agar dapat dilihat tingkat kelayakan hunian para korban bencana pascaerupsi terjadi. Tabel-11 : Status Kepemilikan Rumah Responden No Tanggungan anak N 1 Rumah Milik Sendiri 63 63,00 2 Menumpang tidak sewa 11 11,00 3 Menumpang sewa 26 26,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Dapat dilihat mayoritas responden sudah memiliki rumah sendiri, yakni sebanyak 63 responden 63,00; dan masih terdapat responden yang tidak memiliki rumah dengan rincian menumpang dengan menyewa sebanyak 26 responden 26,00; dan menumpang tetapi tidak menyewa sebanyak 11 Universitas Sumatera Utara responden 11,00. Rumah merupakan salah satu indikator standar hidup layak, oleh karena itu kerusakan rumah dapat menjadi penyumbang besar terhadap merosotnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat terdampak bencana. Kondisi sosial ekonomi responden dapat pula diukur melalui data status kepemilikan rumah, pendataan terhadap karakteristik tersebut, terlihat dalam table sebagai berikut; Tabel-12 : Status Kepemilikan Ladang Responden No Tanggungan anak N 1 Ladang Milik Sendiri 63 63,00 2 Ladang milik org lain tidak sewa 14 14,00 3 Ladang milik org lain sewa 23 23,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Dapat dipahami bahwa mayoritas responden memiliki ladang sendiri, yakni sebanyak 63 responden 63,00; dan masih terdapat responden yang tidak memiliki ladang dengan rincian menyewa sebanyak 23 responden 23,00; dan menumpang tetapi tidak menyewa sebanyak 14 responden 14,00. Karakteristik responden yang terakhir adalah; Tabel-13 : Tempat Tinggal Responden Saat ini No Tanggungan anak N 1 Desa 55 55,00 2 Pengungsian 45 45,00 Jumlah 100 100,00 Sumber : Angket Penelitian, 2014 Tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas responden sudah berada di desa mereka setelah dipulangkan dari pengungsian, yakni sebanyak 55 orang 55,00; sebanyak 45 responden lagi 45,00 masih berada di pengungsian, Universitas Sumatera Utara disebabkan berbagai alasan antara lain rumah mengalamai kerusakan akibat erupsi gunungapi Sinabung. 4.2.Kondisi Erupsi Gunung Sinabung 4.2.1. Kronologi Erupsi Gunung Sinabung Di wilayah Sumatera terdeteksi 13 gunungapi tipe A, 12 gunungapi tipe B dan 6 gunungapi tipe C. Salah satu gunungapi aktif tipe A terdapat di Sumatera Utara Kabupaten Karo yaitu gunungapi Sinabung. Pada awalnya gunungapi Sinabung merupakan Gunungapi tipe B, yaitu gunungapi yang tidak memiliki catatan letusan sesudah tahun 1600 Masehi. Tetapi kemudian ditetapkan menjadi tipe Aoleh Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi Kementerian ESDM, dengan kronologi sebagai berikut :  Setelah lebihkurang 400 tahun tidak ada aktivitas, gunungapi Sinabung kembali mengeluarkan letusan freatikpada 27 Agustus 2010. Sejak itu tipe Gunungapi Sinabung diklasifikasikan tipe A.  15 September 2013 Gunungapi Sinabung kembali erupsi dan dinyatakan SIAGA LEVEL III Radius 3 Km dan pada 29 September turun statusnya menjadi WASPADA LEVEL II.  24 November 2013 - Saat ini Aktivitas Gunungapi Sinabung semakin meningkat, sejak 24 November 2013 status naik menjadi AWAS LEVEL IV radius 5 Km. Terhitung mulai November sampai 14 Januari tercatat telah terjadi 749 kali erupsi.  Tanggal 27-28 Agustus letusan abufreatik dari kawah puncak, Tanggal 29-30 Agustus letusan abu dari puncak disertai suara dentuman dan kolom abu Universitas Sumatera Utara berkisar 1500-2000 m, Tanggal 3 dan 7 September letusan abu dengan tinggi kolom abu berkisar 2000-5000 m.  Sejak 15 September – 25 November 2013 sudah terjadi 107 kali letusan abu yang kadang-kadang disertai lontaran pasir-kerikil lk Terjauh 5 Km dan aliran awan panas dengan jarak luncur terjauh lk 1,5 km Terjadi 22 kali letusan dengan kolom abu 1200-7000 m 125 kali guguran awan panas dengan jarak luncur 0,5-3,5 Km ke arah Tenggara. Tanggal 15 September pukul 02:51 WIB : Terjadi erupsi abu diikuti lontaran batu pijar di sekitar kawah, statusnya dinaikkan menjadi SIAGA. 3 Desa 900 jiwa diungsikan.  Tanggal 29 September status diturunkan menjadi WASPADA Tanggal 15, 23, 24, 25, 26, 29, 30, dan 31 terjadi erupsi abu, tinggi 700 hingga 5000 meter. Sebagian erupsi diikuti lontaran batu pijar dan jatuh di sekitar kawah.  Tanggal 3 November status dinaikkan menjadi SIAGA 4 desa 1.695 jiwa diungsikan.  Tanggal 5-14, 17 – 20, 23 dan 24: terjadi erupsi abu, tinggi 500 hingga 10.000 meter dan tersebar ke arah Baratdaya-Barat, Timur-Tenggara, umumnya disertai suara gemuruh. Sebagian besar erupsi diikuti awan panas ke arah Tenggara dengan jarak luncur 500 – 1500 meter. Erupsi tanggal 24 mencapai 20 kejadian, statusnya dinaikkan menjadi AWAS pada pukul 10:00 WIB. Desa 17.713 jiwa diungsikan.  Tanggal 20 Januari status AWAS LEVEL IV radius 5 Km ditambah 6 Desa diluar radius masih mengeluarkan abu vulkanik dan awan panas, jumlah pengungsi menjadi 28.536 jiwa 8.967KK di 42 titik pengungsi. Universitas Sumatera Utara  Surat BVMBG No. 127043BGL.V2014, tanggal 11 April 2014 penurunan status AWAS LEVEL IV menjadi status SIAGA LEVEL III. 4.2.2.Wilayah Terkena dan Terdampak Wilayah kecamatan yang terkena bencana erupsi Gunungapi Sinabung terdiri dari 4 Kecamatan, yakni Kecamatan Naman Teran, Simpang Empat, Payung dan Kecamatan Tiganderket. Sedangkan wilayah terdampak mencapai radius 10 Km dari kawah, yakni Kecamatan Munte, Merdeka dan Kecamatan Dolatrayat.Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi membagi Kawasan Rawan Bencana KRB kedalam KRB I, II dan III.

a. Kawasan Rawan Bencana III 3 Km