Peranan Pemerintah dan Stake Holder dalam Pemulihan Sosial konomi

- Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat mati. - Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktivitas masyarakat lumpuh. http:www.tempointeraktif.com. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dampak sosial masyarakat pasca erupsi Gunungapi Sinabung adalah mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan anak- anak tidak dapat pergi ke sekolah, terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain.

2.3. Peranan Pemerintah dan Stake Holder dalam Pemulihan Sosial konomi

Dalam UU No. 34 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada Bab III tentang Tanggung Jawab dan Wewenang, pada pasal 5 disebutkan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana”. Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa penanggung jawab utama dalam penanganan bencana adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah KabupatenKota dan Provinsi. Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, sedangkan institusi pada Pemerintah Daerah adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah KabupatenKota dan Universitas Sumatera Utara Provinsi dan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah di tingkat KabupatenKota dan Provinsi. Oleh karena itu pemerintah bertanggung jawab membuat kebijakan pembangunan denganmengintegrasikanpenanggulangan bencana agar kegiatan pada semua tahapan memberikan manfaat bagi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan lingkungan. Penanganan bencana terdapat 3 siklus, yakni prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana. Selain peran pemerintah, penanggulangan bencana menurut UU N0.24 tahun 2007 juga mengisyaratkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam penanggulangan bencana. Pada pasal 27 disebutkan kewajiban masyarakat adalah: a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana. Selanjutnya pada Bab VI Peran Lembaga Usaha dan Lembaga Internasional diperkenankan berpartispasi dalam penanganan bencana. Hal ini dapat dilihat pada pasal 28, yang menyebutkan : “Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana, yakni pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.Ketiga pemangku kepentingan ini secara terkoordinasi dan terintegrasi melaksanakan penanganan bencana pada 3 siklus bencana, khususnya dalam pascabencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Universitas Sumatera Utara Rehabilitasi dan rekonstruksi yang berada pada siklus terakhir yang berperan untuk memulihkan kondisi masyarakat dan lingkungannya atas bencana yang sudah terjadi.Kegiatan rehabilitasi rekonstruksi merupakan bagian penting dalam rangka pemulihan kondisi masyarakat yang terkena dampak bencana untuk dapat bangkit kembali menjadi lebih baik dari sebelum terjadinya bencana. Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 1, point 11 dan 12 disebutkan: 11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. 12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Dari kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di atas dapat dipahami bahwa tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah untuk mengembalikan kembali fungsi sosial-ekonomi, hukum, budaya, dan lain-lain pada wilayah bencana.Wilayah bencana harus mendapatkan pemulihan, untuk mengembalikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pascabencana. Pada pasal 58, huruf a disebutkan rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: a Perbaikan lingkungan daerah bencana; b. Perbaikan prasarana dan sarana umum; c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d. Pemulihan sosial psikologis; e. Pelayanan kesehatan; Universitas Sumatera Utara f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik; g. Pemulihan sosial ekonomi budaya; i. Pemulihan keamanan dan ketertiban; j. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan k. Pemulihan fungsi pelayanan publik. Selanjutnya pada pasal 59 huruf a 1 rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana; b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g. Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. Dari pengertian rehabilitasi dan rekonstruksi menurut UU No. 24 tahun 2007 di atas, jelas dipahami bahwa pascabencana terdapat kegiatan pemulihan, yakni rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan dan membangun kembali sarana-prasarana yang telah rusak untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam kehidupan sosial ekonomi dan kehidupan secara umum.

2.4. Penelitian Terdahulu