stratum spongiosum, dan starum kompaktum. Pada hari ke 26 – 27 siklus haid,
ekstravasasi sel lekosit kolinuklear menyusup masuk kedalam stroma endometrium d.
Fase Deskuamasi Pada hari ke 25 siklus, 3 hari menjelang haid, predesidual membentuk lapisan
kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terjadi kehamilan maka usia korpus luteum berakhir, diikuti kadar estrogen dan progesteron
semakin berkurang. Kadar estrogen dan progesteron yang sangat rendah akan menyebabkan rangkaian peristiwa di endometrium seperti vasemotor, apoptosis,
pelepasan jaringan endometrium, dan di akhiri dengan haid. Kadar esteregon dan progesteron yang rendah mengakibatkan tebal endometrium menurun, apoptosis, dan
pelepasan endometrium.
2.1.3 Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi memiliki efek negatif pada kualitas hidup wanita. Gangguan menstruasi meliputi amenore hipogonadotropi, dismenore terdiri dari
dimenore primer dan dismenore sekunder, sindrom pramenstruasi, dan endometriosis Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004.
2.2 Sindrom Pramenstruasi
2.2.1 Definisi Sindrom Pramenstruasi
Menurut Magos Studd 1984, dalam Andrews 2009 sindrom pramenstruasi adalah gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang menimbulkan distres dan tidak
disebabkan oleh penyakit organik yang secara teratur timbul lagi selama fase yang
Universitas Sumatera Utara
sama pada siklus ovarium atau menstruasi, dan secara signifikan menurun atau hilang selama sisa siklus tersebut. Menurut Suparman 2011, sindrom pramenstruasi
adalah suatu kumpulan keluhan dan atau gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi pada usia reproduksi yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari
sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan wanita tersebut dan
kemudian diikuti oleh suatu periode waktu bebas gejala sama sekali. Sindrom pramenstruasi adalah suatu kondisi atau kumpulan keluhan gejala
fisik, gejala emosional, dan perilaku yang dialami seorang perempuan sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar, serta mempengaruhi aktivitas
dan pekerjaan seseorang Andrews, 2009; Suparman, 2011.
2.2.2 Gejala Sindrom Pramenstruasi
Gejala sindrom pramenstruasi sering dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu gejala fisik, gejala emosional, dan gejala perilaku.
a.
Gejala fisik
Gejala fisik meliputi payudara membengkak, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, nyeri tekan di abdomen, mual, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri
panggul, nyeri sendi dan otot, edema ekstermitas, peningkatan berat badan, rasa panas dan kemerahan pada wajah serta leher, jerawat atau lesi kulit, palpitasi, gangguan
penglihatan, perubahan pola buang air besar, perubahan nafsu makan atau ngidam, dan penurunan koordinasi Andrews, 2009; Baradero, Dayrit Siswadi, 2006;
Universitas Sumatera Utara
Bobak, Lowdermilk Jensen, 2004; Glasier Gebbie, 2005; Jones, 2001; Mitayani,2009 ; Rayburn Carey, 2001; Suparman, 2011.
b. Gejala Emosional
Gelaja emosional sindrom pramenstruasi yang umum terjadi adalah tegang, irritabilitas mudah tersinggung, agresif, rasa bermusuhan, suka marah, mood yang
berubah-ubah, perasaan lepas kendali, depresi, perubahan alam perasaan, sering panik, bingung, ansietas, gelisah, letargi, lelah, penurunan konsentrasi, pelupa,
kemarahan yang muncul tanpa provokasi yang adekuat, sering menangis, keinginan menyendiri, perasaan bersalah, pikiran bunuh diri, dan merasa kehilangan harga diri
Andrews, 2009; Bobak, Lowdermilk Jensen, 2004; Glasier Gebbie, 2005; Jones, 2001; Mitayani, 2009; Rayburn Carey, 2001; Suparman, 2011.
c. Gejala perilaku
Gangguan perilaku meliputi insomnia, agorafobia, bolos kerja, kehilangan konsentrasi, penghindaran akitivitas sosial Andrews, 2009; Suparman, 2011.
2.2.3 Penyebab Sindrom Pramenstruasi