yang dilakukan oleh Ratikasari 2015 didapati bahwa 67,7 mayoritas yang mengalami gejala sindrom pramenstruasi ringan.
Berbeda dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ricka Wahyuni 2010 didapati bahwa mayoritas siswi mengalami sindrom pramenstruasi sedang
50, sindrom pramenstruasi ringan 36, dan sindrom pramenstruasi berat 14. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari 2015 didapati mayoritas siswi
yang mengalami sindrom pramenstruasi sedang 56,4, sindrom pramenstruasi berat 25,5, dan sindrom pramenstruasi ringan 18,2. Hasil penelitiaan lain yang
dilakukan oleh Wahyuni 2014 didapati bahwa mayoritas siswi mengalami sindrom pramenstruasi sedang 72, sindrom pramenstruasi berat 18, dan sindrom
pramenstruasi ringan 10. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan dalam proses pengumpul data, dan instrumen penelitian, serta responden.
5.2.2 Berdasarkan Gejala Fisik Sindrom Pramenstruasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan didapati mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi yang selalu
dialami adalah tumbuh jerawat atau lesi kulit 27,1 . Terdapat hasil gejala fisik lain yang selalu dialami adalah nyeri abdomen 13,6, perubahan nafsu makan atau
ngidam 11,9, nyeri punggung, nyeri panggul dan perut kembung 8,5, nyeri kepala 5,1, nyeri payudara, mual, nyeri sendi dan otot, serta perubahan pola buang
air besar 3,4 , pembengkakan payudara, rasa panas dan kemerahan pada wajah dan leher, serta penurunan koordinasi 1,7.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Johnson 2014 perubahan hormon dapat menyebabkan kelenjar sebase memproduksi lebih banyak sebum, zat minyak ini dapat menyumbat pori-pori
dan menyebabkan tumbuhnya jerawat hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan hormon progesteron. Saat terjadi ketidakseimbangan hormon saat siklus menstruasi,
dimana terjadi kelebihan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi peningkatan prostaglandin sehingga menimbulkan kemerahan, dan pelepasan histamin yang
berpotensi menimbulkan manifestasi alergi seperti rasa panas serta kemerahan Suparman, 2011.
Efek dari kelebihan estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi dan rasa nyeri pada otot polos uterus sehingga terasa nyeri pada abdomen, dan juga dapat
menimbulkan retensi sodium sehingga menimbulkan gejala perut kembung Suparman, 2011. Akibat dari retensi air dan garam karena peningkatan estrogen
dapat menimbulkan gejala mual dan muntah Manuaba, dkk, 2009. Saat terjadi peningkatan kadar progesteron, waktu transit gastrointestinal meningkat pada fase
luteal siklus menstruasi sehingga dapat menghambat otot polos yang mengakibatkan konstipasi dan perut kembung Andrews, 2009. Faktor psikis, yaitu stres sangat
hebat pengaruhnya terhadap kejadian sindrom pramenstruasi, dimana gejala-gejala sindrom pramenstruasi akan sangat berat jika seseorang terus mengalami tekanan
Saryono Sejati, 2009. Stres dapat menyebabkan gangguan pada usus sehingga dapat menyebabkan nyeri perut pada seseorang serta perubahan pola buang air besar
Wijayaningsih, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan nafsu makan atau ngidam dapat disebabkan oleh stres dan kurangnya magnesium, dimana salah faktor resiko terjadinya sindrom pramenstruasi
adalah kekurangan zat-zat gizi seperti kurangnya vitamin dan magnesium Sibagariang, Pusmaika Rismalinda, 2010. Peningkatan nafsu makan bertambah
dapat disebabkan oleh tolerasi terhadap karbohidrat meningkat saat sindrom pramenstruasi Baradero, Dayrit Siswadi, 2006. Banyak perempuan mengidam
jenis makanan dalam beberapa hari sebelum periode menstruasinya yaitu sering mengidam makan ringan yang manis dan kaya karbohidrat, seperti kue, roti, coklat,
dan minuman bersoda Andrews, 2009. Akan tetapi salah satu faktor meningkatnya resiko sindrom pramenstruasi adalah faktor kebiasaan makan seperti makanan yang
mengandung gula tinggi, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, dan makanan olahan, dimana dapat memperberat sindrom pramenstruasi Sibagariang, Pusmaika
Rismalinda, 2010. Defisiensi progesteron pada fase luteal diakibatkan dominasi estrogen
sehingga terjadi terjadi retensi air dan garam yang menyebabkan nyeri pada payudara, serta terasa tegang Manuaba, dkk, 2009. Gejala nyeri dan pembengkakan payudara
sebelum haid terjadi akibat berkumpulnya air diluar sel ekstrsel karena tingginya asupan garam dan gula Sibagariang, Pusmaika Rismalinda, 2010. Kelebihan
estrogen dapat mempengaruhi peningkatan relatif prolaktin yang dapat menyebabkan nyeri pada payudara Suparman, 2011.
Menurut Suparman 2011 efek dari kelebihan estrogen dapat mempengaruhi peningkatan prostaglandin, yang menyebabkan timbulnya nyeri. Nyeri kepala dapat
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh dominasi estrogen yang menyebabkan peningkatan retensi air dan garam Manuaba, dkk, 2009. Beberapa penderita sindrom pramenstruasi mengeluh
sakit kepala selama fase pramenstruasi dalam siklus menstruasinya. Sakit kepala tersebut dapat menyebabkan mual dan muntah Andrews, 2009.
Penurunan koordinasi dapat memburuk saat sindrom pramenstruasi, sehingga seseorang dapat menjatuhkan dan memecahkan barang, terkena pisau, atau menabrak
furnitur. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi Andrews, 2009. Penurunan konsentrasi dapat disebabkan oleh faktor psikis yaitu stres Wijayaningsih,
2014. Berdasarkan teori, salah satu faktor penyebab sindrom pramenstruasi adalah
stres Saryono Sejati, 2009; Sibagariang, Pusmaika Rismalinda, 2010. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rihu Zulaikhah 2014 bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mayyane 2011 bahwa ada hubungan antara
tingkat stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bungasari, Tandean Suparman
2015 didapati mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi adalah timbul jerawat 83,3. Didapati juga hasil gejala fisik lain yaitu rasa lelah 72,2, nafsu makan
meningkat 59,2, sakit kepala 48,1, nyeri otot 38,9, perut kembung dan nyeri sendir 29,7, dan nyeripembengkakan payudara 27,8. Hal ini sejalan
dengan penilitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa mayoritas gejala fisik yang
Universitas Sumatera Utara
dialami oleh remaja putri SMA Swasta Kristen Immanuel Medan adalah jerawat atau lesi kulit 27,1.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pawestri Utari 2014 didapati bahwa mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi yang dialami adalah
perubahan nafsu makan 72,2. Didapati juga hasil gejala fisik lain yaitu timbulnya jerawat atau lesi 71,9, ketidaknyaman panggul 68,9, nyeri tekan dan
pembengkakan payudara 56,8, sakit kepala dan perubahan pola buang air besar 25,8, perut kembung 15,9, mual 12,1, rasa panas serta kemerahan pada
leher dan limbung 7,6, palpitasi 6,8, edema perifer 4,5, dan gangguan penglihatan 2,3. Hasil penelitian lain yang dilakuan oleh Rizal 2013 didapati
mayoritas gejala fisik sindrom pramenstruasi yang selalu dialami adalah nyeri perut 30. Didapati juga hasil gejala fisik lain yaitu sakit pinggang 12,5, nyeri
punggung 5, nyeri dan pembengkakan payudara 2,5.
5.2.3 Berdasarkan Gejala Emosional Sindrom Pramenstruasi