dan edema paru-paru. Efek dari gas SO
2
dalam jangka yang lama menyebabkan terjadinya bronkhitis kronis dan emfisema paru Safrizal, 2003.
Menurut Rahajoe et al.,  1994  dalam  Mengkidi 2006 menyatakan bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan ventilasi paru karena dapat
menyebabkan iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan pada bronkus. Keadaan seperti ini  dapat mengurangi efektifitas mukosiler dan membawa partikel-partikel
debu sehingga merupakan media yang baik tumbuhnya bakteri. Asap rokok dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronkitis dan kanker paru. Dalam hal ini
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok  dan gangguan saluran pernapasan.
4.3 Hasil Gambaran Morfologi Paru-paru
Hasil pengamatan gambaran morfologi paru-paru  kelompok kontrol P0 dan perlakuan P1 dan P2 dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Morfologi Paru Mencit Akibat Pemberian Asap Rokok Elektrik. Lobus Paru Berwarna Putih Kemerahan,         Lobus Paru
Berwarna Merah Agak Gelap.
Dari gambaran morfologi paru-paru  gambar 4.3  antara kelompok kontrol dan perlakuan memiliki berat yang tidak jauh berbeda. Gambar 4.3  menunjukkan bahwa
warna paru-paru antara kelompok kontrol P0  dan kelompok perlakuan pemaparan asap rokok kandungan rasa strawberry  P1 tidak jauh berbeda  dimana lobus dari
kedua paru-paru berwarna putih kemerahan serta memiliki struktur yang kenyal dan berat rata-rata yang sama yaitu 0,2 g. Tetapi, pada kelompok perlakuan pemaparan
P0 P1
P2
Universitas Sumatera Utara
asap rokok kandungan rasa gudang garam P2 memiliki perbedaan warna  dan berat rata-rata 0,21 g. Lobus paru-paru pada kelompok  P2 ini memiliki warna putih
kemerahan serta agak  gelap.  Hal  ini dikarenakan adanya bercak-bercak hitam pada permukaan paru-paru.
Pada saat merokok, berbagai bahan kimia terserap masuk dan bila terjadi dalam jangka waktu lama akan terjadi penghambatan kerja paru, misalnya karbon
monoksida, keberadaannya dalam paru akan mengurangi kemampuan darah untuk mengikat oksigen dari paru. Hal ini terjadi karena sel darah  merah  memiliki  afinitas
yang lebih kuat terhadap karbon monoksida dibandingkan dengan oksigen. Selain karbon monoksida, tar dan bahan-bahan kimia pengganggu lainnya juga akan
menyelimuti paru-paru dan pada saat bersamaan akan terjadi pengurangan kekenyalan kantung udara di dalamnya.  Hal ini menyebabkan hanya sejumlah kecil udara yang
dapat dihirup, sehingga pertukaran udara tidak berjalan lancar. Keadaan ini menyebabkan sesak napas  dan batuk hebat dalam waktu lama Guyatt,1970 dalam
Santoso et al., 2004.
Pada umumnya, merokok memiliki dampak yang sangat besar pada kehidupan manusia, dimana merokok biasanya telah dimulai dari usia sekolah atau remaja.
Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif Active smoker, tetapi juga bagi perokok pasif
Pasive smoker. Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif. Asap
rokok yang mengandung nikotin akan mengeluarkan  racun  karsinogenik  yang  dapat menyebabkan  gangguan  kesehatan.  Salah satunya yaitu penyakit kanker paru-paru.
Sebatang rokok dikatakan menciptakan 3 triliun radikal  bebas pada pembuluh darah. Saat  seseorang merokok,  nikotin  dalam  asap  akan  terhisap  masuk  ke  paru-paru,
kemudian  ikut  terserap  oleh  darah,  dan selanjutnya  akan  menyebar  ke  seluruh tubuh Palupi, 2006.
Rokok mengandung setidaknya 200 elemen yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan proses inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet, hipertropi
otot polos dan obstruksi jalan napas yang akhirnya mengakibatkan terganggunya faal
Universitas Sumatera Utara
paru. Gold, 2001 dalam Santoso et al., 2004. Asap rokok merupakan radikal bebas yang mengandung lebih dari 1500 bahan yang merupakan campuran kompleks. Asap
rokok yang dihisap terdiri dari 2 komponen, yaitu yang cepat menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat, dengan
demikian asap  rokok yang terhisap dapat berupa gas sejumlah 85 dan sisanya berupa partikel dan zat yang menyebabkan penyakit  paru. Asap rokok yang masuk ke
dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan gangguan refleks saluran napas, gangguan fungsi silier siliotoksik dan meningkatkan produksi mukus. Pada perokok
didapatkan pengurangan hantaran udara pada saluran pernapasan. Perokok berat jelas menunjukkan adanya bronkokonstriksi dibandingkan dengan perokok ringan atau
bukan perokok. Demikian pula perokok yang menghisap rokok dalam-dalam, akan memperlihatkan respon bronkokonstriksi lebih jelas Dastyawan, 2000 dalam Santoso
et al., 2004.
Perbedaan  insiden  kanker  paru  pada  orang  non   perokok  di  beberapa negara  berbeda  membuktikan  bahwa  lingkungan  dapat  mempengaruhi  resiko.
Polusi udara merupakan  gabungan kompleks  gas dan komponen partikel yang berperan sebagai faktor resiko  sedang  terhadap  kanker  paru.  Polusi  udara  yang
berasal  dari  lalu  lintas  padat, pembakaran  minyak  serta  pabrik  industri bertanggung  jawab  terhadap  insiden  kanker  paru. Hubungan  antara  kanker  paru
dengan  polusi  udara  telah  dilaporkan  dalam  berbagai penelitian  dari  berbagai negara.  Penduduk  kota  yang  mengalami  paparan  yang  tinggi mempunyai resiko
kanker paru 1.5 lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk desa. Oleh  karena  paru mempunyai  vulome  respirasi  yang besar  500-600  liter  oksigenjam,  disertai
dengan  area  yang  luas  75-85  m
2
dengan perfusi  yang  banyak  terpapar  oleh udara  beracun  disekitarnya  akan  mencetuskan keracunan  paru  dan  pertumbuhan
kanker  paru  walau  dengan  kadar  yang  rendah sekalipun Aage  Steen, 2008.
4.4 Hasil Pemeriksaan Histopatologis