mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang.
4.2 Data Hasil Pengamatan Bobot Badan
Hasil pengamatan perbandingan persentase perubahan bobot badan antara kelompok kontrol P0 dan kelompok perlakuan P1 dan P2 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Pengaruh Rokok Elektrik Terhadap Perubahan Bobot Badan Mencit.
P0 = Persentasi Kenaikan Bobot Badan P1 P2 = Persentase Penurunan Bobot Badan
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa untuk kelompok kontrol terjadi peningkatan persentase berat badan dan untuk kelompok perlakuan P1 dan P2 menunjukkan
persentase penurunan berat badan. Dari hasil uji ANOVA untuk perubahan berat badan mencit menunjukkan bahwa kelompok P0 kontrol berbeda nyata p0,05
dengan kelompok P1 strawberry tetapi tidak berbeda nyata p0,05 dengan kelompok P2 gudang garam. Hal ini dikarenakan pada kelompok perlakuan yang
dipapari dengan asap rokok mengalami gangguan metabolisme dalam tubuhnya. Penelitian dengan rokok putih oleh Chen et al., 2006, menunjukkan paparan selama
4 minggu menyebabkan anoreksia ringan yang berpengaruh pada bobot badan. Hal ini
2 4
6 8
10 12
14
P0 P1
P2 P
e r
ba ndi
ng a
n P
ers en
ta se
P e
r uba
ha n
B ob
ot B
ad an
Kelompok Perlakuan
a
b ab
Universitas Sumatera Utara
disebabkan paparan asap rokok menyebabkan penurunan enzim Neuropeptide Y Axis pada hipotalamus yang secara umum mengganggu sistem fisiologis tubuh dalam
metabolisme.
Partikel gas CO yang terdapat di dalam asap rokok memiliki afinitas yang kuat terhadap Hb, sehingga O
2
yang biasanya diikat oleh Hb diganti oleh CO dan menyebabkan O
2
dalam jaringan berkurang. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa, menghisap udara yang tercemar oleh gas CO dalam jangka waktu yang lama
akan mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat yang kurang normal Safrizal, 2003.
Efek yang ditimbulkan oleh asap rokok tergantung lamanya pemaparan, konsentrasi pemaparannya, dan imunitas suatu objek percobaannya dalam hal ini
objeknya yaitu mencit. Lebih singkat pemaparannya, tentu konsentrasinya lebih rendah, dan efeknya lebih ringan. Begitu juga jika lebih lama pemaparan asapnya,
maka efeknya lebih berat. Menurut Syafrizal 2003, konsentrasi yang membahayakan kesehatan manusia menurut OSHA Occupation Safety and Health Administration
dari Amerika Serikat, antara lain untuk respirable dust 5 mgm
3
, total dust 15 mgm
3
, monoksida karbon 50 ppm TWA, akrolein 0,1 ppm TWA dan hydrogen klorida 5
ppm.
Partikel-partikel yang terdapat di dalam asap menginfeksi saluran pernafasan, baik saluran pernafasan atas maupun saluran pernafasan bawah. Sistem pertahanan
mukosiliar akan mencoba mengatasi partikel-partikel yang masuk untuk diendapkan pada dinding saluran nafas, hanya partikel aerodiameter antara 2-5 µm saja yang
sampai ke alveoli. Tetapi, jika partikel dalam asap memiliki konsentrasi yang sangat banyak, maka akan melumpuhkan mekanisme pertahanan mukosiliar, sehingga
banyak partikel pencemar yang sampai di alveolar paru. Sering juga partikel-partikel tersebut melekat pada beberapa jenis gas seperti SO
2
dan NO
2
. Jika partikel tersebut diendapkan di saluran napas, maka akan bereaksi dengan H
2
O dan kedua gas tersebut dapat membentuk asam atau basa, yang sangat toksik terhadap mukosa saluras napas.
Kadang-kadang terjadi iritasi pada bronkus, yang menyebabkan bronkospasme menyempit sehingga orang menjadi sesak napas seperti penderita asma. Konsentrasi
tinggi gas SO
2
akan menyebabkan konjungtiva dan kerusakan kornea mata, faringitis,
Universitas Sumatera Utara
dan edema paru-paru. Efek dari gas SO
2
dalam jangka yang lama menyebabkan terjadinya bronkhitis kronis dan emfisema paru Safrizal, 2003.
Menurut Rahajoe et al., 1994 dalam Mengkidi 2006 menyatakan bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan ventilasi paru karena dapat
menyebabkan iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan pada bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi efektifitas mukosiler dan membawa partikel-partikel
debu sehingga merupakan media yang baik tumbuhnya bakteri. Asap rokok dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronkitis dan kanker paru. Dalam hal ini
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan gangguan saluran pernapasan.
4.3 Hasil Gambaran Morfologi Paru-paru