Struktur yang berbeda ini sangat penting untuk pertahanan saluran napas. Bulu dan epitel rambut getar berfungsi menyaring partikel-partikel yang masuk ke dalam
hidung sedangkan mukosa akan menahan partikel-partikel tersebut melalui tumbukan atau pengendapan sehingga alveolus selalu berada dalam keadaan steril. Penolakan
cemaran yang dilakukan oleh gerakan hidung terjadi secara spontan dengan kecepatan 7 mmdetik atau dengan cara bersin, pembuangan ingus atau dengan penelanan, dan
hal tersebut dapat diperburuk oleh adanya kongesti mukosa, misalnya akibat reaksi alergi Aiache Guyot, 1993.
Udara yang dihirup dipengaruhi oleh perpindahan panas dan uap air pada hidung bagian superior yang menyempit dan peranannya didukung oleh adanya
pengaliran darah yang cukup. Sementara itu, pada keadaan yang kurang menguntungkan, misalnya cuaca yang dingin atau kering, terjadi dehidrasi pada
saluran pernapasan Aiache Guyot, 1993.
2.2.2.2 Trakhea
Trakhea merupakan penyalur udara yang terletak antara laring dengan bronkhus, berbentuk buluh yang semifleksibel dan semikolaps, terdapat di bagian ventral leher,
terbentang mulai laring sampai rongga dada. Secara histologi, trakhea terdiri dari beberapa lapis, yaitu lapis mukosa epitel silindris banyak baris bersilia dan lamina
propria, lapis submukosa daerah ujung kelenjar, cincin tulang rawan, lapisan otot Musculus transversus trachealis, dan adventisia Dellmann Brown, 1992 dalam
Widodo 2006.
Trakhea terdiri dari 16 atau 20 cartilago hyaline yang pada permukaannya terdapat banyak sel kelenjar dan selanjutnya trachea bercabang dua menjadi bronkus
kanan dan kiri Aiache Hermann, 1993. Percabangan dua dari ujung trachea ini disebut bronkus primer. Daerah persimpangan bronkus kanan dan kiri disebut karina,
daerah ini sangat sensitif terhadap benda asing yang masuk sehingga berespons menjadi refleks batuk. Trakhea dilapisi oleh epitel mukosa yang banyak memproduksi
mukus dan adventitia yang tersusun oleh jaringan konektif Tarwoto et al., 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.3 Bronkus
Secara histologi, struktur bronkhus mirip dengan trakhea. Bronkhus dilapisi epitel silindris banyak baris, terutama terdiri dari sel-sel yang mampu bersekresi, sel
bersilia dan sel basal. Secara proporsional jumlah sel bronkhus lebih sedikit dibanding trachea Dellmann Brown, 1992 dalam Widodo, 2006. Bronkus merupakan cabang
dari trakhea yang bercabang dua ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar diameternya. Bronkus kiri lebih horizontal, lebih
panjang, dan lebih sempit. Bronkus primer kanan bercabang menjadi 3 bronkus sekunder bronkus lobaris dan bronkus kiri bercabang menjadi 2 bronkus sekunder.
Selanjutnya bronkus sekunder bercabang-cabang menjadi bronkus tersier, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori sampai pada alveolus Tarwoto et al.,
2009.
2.2.2.4 Bronkiolus
Bagian distal saluran udara intrapulmonar adalah bronkiolus. Bronkiolus terdiri dari epitel stratified columnar ephitelium, otot polos, sedikit jaringan ikat dan
tidak memiliki tulang rawan Dellmann Brown, 1992 dalam Widodo, 2006. Bronkiolus dianggap sebagai saluran penghantar bergaris tengah 1 mm atau kurang.
Bronkiolus mempunyai ciri tidak mengandung tulang rawan, kelenjar, dan kelenjar limfa. Lamina propria terutama tersusun oleh berkas otot polos serta serat-serat elastis.
Epitel-epitel yang membatasi bronkiolus besar merupakan epitel silindris bersilia dengan sedikit sel goblet, pada bronkiolus kecil, sel goblet hilang dan sel bersilia
merupakan sel kuboid atau silindris rendah. Diantara sel-sel itu, tersebar sejumlah sel silindris berbentuk kubah tak bersilia. Sel-sel ini disebut sel bronkiolar atau sel clara.
Fungsi sel ini tidak diketahui, diduga ikut berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar. Sel-sel ini juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan. Pada bronkiolus
terminalis, epitelnya tampak mempunyai sel-sel bersilia di sana-sini diantara sel-sel kuboid tak bersilia. Banyaknya jaringan elastis pada dinding bronkiolus dan di seluruh
jaringan pernapasan, umumnya memungkinkan paru-paru mengembang pada inspirasi dan pilinan serat elastis membantu kontraksi paru saat ekspirasi Tambajong, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.5 Paru-paru