Parameter Pengamatan Analisis Statistik Data Hasil Pengamatan Berat Paru-paru

f. Parameter Pengamatan

Pada penelitian ini, parameter yang diamati yaitu struktur mikroanatomi jaringan paru-paru mencit yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dibuat skor derajat kerusakan seperti tercantum dalam Tabel 1 Marianti, 2009, parameter berikutnya adalah berat badan dan berat pulmo mencit. Tabel 3.1 Skor Derajat Kerusakan Jaringan Paru-paru Mencit Akibat Paparan Asap Rokok antara Kelompok Kontrol, Perlakuan Rasa Gudang Garam, dan Rasa Strawberry Gambaran histologis Skor 1 2 3 Membran alveolus Lumen alveolus Hubungan antar alveolus membran alveolus utuh, berinti dan lengkap dengan sel-sel endotelium 75 membulat ukuran proporsional 75 rapat 75 membran alveolus utuh, berinti dan lengkap dengan sel-sel endotelium 25-75 membulat ukuran proporsional 25-75 rapat 25-75 membran alveolus utuh, berinti dan lengkap dengan sel- sel endothelium 25 membulat ukuran proporsional 25 rapat 25

g. Analisis Statistik

Data yang didapat dari setiap parameter variabel pengamatan dicatat dan disusun ke dalam bentuk tabel. Data kuantitatif variabel dependen yang didapatkan, diuji kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok perlakuan variabel independen dengan bantuan program statistik komputer yakni program SPSS release 17. Urutan uji untuk berat pulmo dan berat badan diawali dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Apabila hasil uji sudah normal dan homogen p0,05 maka dilanjutkan ke uji One-way ANOVA. Jika nilai p0,05, maka dilanjutkan ke uji Post Hoc- Bonferroni taraf 5. Untuk data non parametrik dilakukan uji Kruskal-Wallis. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan Berat Paru-paru

Rata-rata berat organ paru-paru mencit kelompok kontrol P0 dan kelompok perlakuan P1 dan P2 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Pengaruh Rokok Elektrik Terhadap Berat Paru-paru Mencit antara Kelompok Kontrol P0 dan Perlakuan P1 dan P2. Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 5 p0,05. Dari hasil uji parametrik Gambar 4.1 menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan p0,05 pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Untuk kelompok kontrol P0 dan kelompok perlakuan strawberry P1 berat rata-rata paru-paru yaitu 0,2 g ditimbang dengan neraca digital sedangkan kelompok perlakuan gudang garam P2 memiliki berat rata-rata 0,21 g. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yang lebih banyak pada asap rokok dengan kandungan rasa gudang garam. Asap rokok yang masuk ke dalam paru-paru akan menyebabkan gangguan 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 P0 P1 P2 B era t O r gan g Kelompok Perlakuan a a a Universitas Sumatera Utara pernapasan dan kerusakan jaringan paru-paru sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun dapat menyebabkan paru-paru perokok menjadi kolaps. Menurut Amin 1996, rokok merupakan faktor resiko utama PPOM Penyakit Paru Obstruktif Menahun yang utama. Asap rokok dapat mengganggu aktivitas bulu getar saluran pernapasan, fungsi makrofag, dan mengakibatkan hipertrofi kelenjar mukosa. Resiko PPOM yang diakibatkan oleh rokok empat kali lebih besar daripada bukan perokok. Rokok tidak hanya menimbulkan inflamasi tapi juga melemahkan pertahanan terhadap kerja elastase dan reparasi dari matriks ekstrasel. Mekanisme kerusakan paru akibat rokok melalui dua tahap yaitu peradangan yang disertai kerusakan matriks ekstrasel jalur utama dan jalur kedua adalah menghambat reparasi matriks ekstrasel. Mekanisme kerusakan paru-paru diakibatkan oleh rokok melalui radikal bebas yang dikeluarkan oleh asap rokok. Bahan utama perusak sel akibat proses di atas adalah protease, mieloperoksidase MPO, oksigen dan radikal bebas. Sedangkan yang bertugas meredam bahan-bahan tersebut adalah AAT alfa -1- antitrypsin. Disamping gas dan uap, aerosol cair dan partikel-partikel di udara juga dapat diserap. Umumnya, partikel besar 10 µm tidak memasuki saluran napas, dan kalaupun masuk, mereka akan diendapkan di hidung dan dihilangkan dengan mengusap, dan meniup. Partikel yang sangat kecil 0,01 µm lebih mungkin terbuang ketika menghembuskan napas. Partikel berukuran 0,01-10 µm diendapkan dalam berbagai bagian saluran napas. Partikel yang lebih besar mungkin diendapkan di nasofaring dan diserap lewat epitel di daerah ini atau lewat epitel saluran cerna setelah mereka tertelan bersama lendir Lu, 1994. Menurut Corwin 2008, penyumbatan aliran udara biasanya terjadi akibat penimbunan mucus dan obstruksi aliran udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok alveolus tertentu. Setiap keadaan yang menyebabkan akumulasi mucus, seperti fibrosis kistik, pneumonia, atau bronchitis kronis, meningkatkan resiko atelektasia absorpsi tidak adanya udara di dalam alveolus. Hal ini juga bisa menyebabkan kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta dalam pertukaran gas. Kondisi ini Universitas Sumatera Utara mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang.

4.2 Data Hasil Pengamatan Bobot Badan