Analisis Multivariat dr. Taufik Ashar, M.K.M

Variabel lama merokok diketahui 28 responden yang mempunyai lama merokok 10 tahun mayoritas memiliki karboksihaemoglobin HbCO rendah sebanyak 18 responden 60,0. Hasil analisis bivariat Exact Fisher didapat nilai p=1,000 p0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kadar karboksihaemoglobin HbCO. Variabel jumlah rokok yang dihisap diketahui 26 responden yang mempunyai jumlah rokok yang dihisap 10-20 batang perhari mayoritas memiliki karboksihaemoglobin HbCO rendah sebanyak 16 responden 53,3. Hasil analisis bivariat Exact Fisher didapat nilai p=1,000 p 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan jumlah rokok yang dihisap perhari dengan kadar karboksihaemoglobin HbCO. Variabel cara menghisap rokok diketahui bahwa dari 14 responden yang menghisap rokok dengan hisap dalam mayoritas memiliki karboksihaemoglobin HbCO rendah sebanyak 10 responden 33,3. Hasil analisis bivariat chi square didapat nilai p=0,643 p0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara cara menghisap rokok dengan kadar karboksihaemoglobin HbCO.

4.7. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen yaitu karakteristik perokok, kadar CO dalam rumah, perilaku merokok yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Karboksihaemoglobin HbCO. Universitas Sumatera Utara . Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah Uji regresi logistik berganda yaitu untuk mencari variabel yang berpengaruh terhadap Karboksihaemoglobin HbCO. Variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik berganda adalah variabel yang pada analisis bivariat yang mempunyai nilai p0,25 yaitu variable umur, pendidikan, pekerjaan, dan tindakan. Variabel Kadar CO juga dimasukkan dalam analisis multivariat dikarenakan variabel tersebut dianggap penting terhadap kadar karbokhemoglobin. Hasil dari analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda dapat dilihat pada tabel 4.14. di bawah ini: Tabel 4.14. Seleksi Variabel yang Berhubungan dengan Kadar Karboksihaemoglobin HbCO pada Perokok Aktif di Lingkungan I Kelurahan Wek V Kota Padang Sidempuan No Variabel B P ExpB 95 CI for ExpB Lower Upper 1 Usia -1,384 0,172 0,251 0,034 1,829 Pendidikan -18,655 0,998 0,000 0,000 Pekerjaan 19,562 0,998 3,130E8 0,000 Tindakan 36,839 0,998 9,975E15 0,000 Kadar CO -18,069 0,999 0,000 Constant -36,670 0,998 0,000 2 Usia -1,463 0,149 0,231 0,032 1,685 Pendidikan -18,441 0,998 0,000 0,000 Pekerjaan 19,644 0,998 3,397E8 0,000 Tindakan 36,666 0,998 8,395E15 0,000 Constant -36,758 0,998 0,000 3 Usia -1,321 0,180 0,267 0,039 1,844 Pekerjaan 1,910 0,128 6,751 0,577 78,934 Tindakan 20,470 0,999 7,763E8 0,000 Constant -21,331 0,999 0,000 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Lanjutan No Variabel B P ExpB 95 CI for ExpB Lower Upper 4 Usia -1,326 0,149 0,265 0,044 1,607 Pekerjaan 2,309 0,050 10,060 0,997 101,533 Constant -1,556 0,181 0,211 5 Pekerjaan 2,621 0,022 13,750 1,452 130,239 Constant -2,398 0,022 0,091 Variabel yang dikeluarkan dalam setiap tahapan seleksi Berdasarkan Tabel 4.14. diatas dapat diketahui bahwa ada empat variabel yang dikeluarkan dari analisis uji regresi logistik karena mempunyai nilai p0,05 yaitu kadar CO, pendidikan, tindakan dan usia. Dan hanya ada satu variabel yang masuk ke dalam kandidat multivariat yaitu pekerjaan untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap Karboksihaemoglobin HbCO pada perokok aktif di Lingkungan I Kelurahan Wek V Kota Padang Sidempuan dengan nilai p=0,022 p0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan Kadar Karboksihaemoglobin HbCO dengan nilai Koefisien Exp. β yaitu 13,75. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat ditentukan model persamaan sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 atau Y = -2,398 + 2,621X1 Keterangan: Y = Probabilitas Karboksihaemoglobin HbCO X1 = Pekerjaan Universitas Sumatera Utara Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa setiap perubahan kadar Karboksihaemoglobin HbCO dipengaruhi secara signifikan dan proporsional perubahan pekerjaan. Dapat dihitung ramalan probabilitas risiko responden untuk mengalami Karboksihaemoglobin HbCO dapat dihitung dengan persamaan berikut : y = -2,398 + 2,621 pekerjaan y = 0,233 Dengan nilai probabilitasnya adalah : P = 1 1 + e -y = 1 1 + 2,7 -0,233 Dengan demikian probabilitas responden untuk mengalami Karboksihaemoglobin HbCO adalah 55,76 . = 55,76 Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Kadar Karboksihaemoglobin HbCO Karboksihaemoglobin merupakan karbonmonoksida yang terikat ke haemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Sehingga adanya karbonmonoksida karena banyak menghisap rokok, maka lebih mungkin terbentuk karboksihaemoglobin. Karboksihaemoglobin berwarna merah ceri terutama di dalam larutan encer Bustan, 2000. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden mayoritas memiliki kadar HbCO rendah sebanyak 19 responden 63,3 dan 11 responden 36,7 memiliki kadar HbCO tinggi. Kadar HbCO dikatakan rendah apabila 25 didalam darah sedangkan dikatakan tinggi apabila 25 didalam tubuh Alviventiasari 2012. Seseorang dengan kadar HbCO yang tinggi didalam tubuh dapat membahayakan jiwa karena dapat mengakibatkan kematian. Karboksihaemoglobin didalam darah mengganggu sistem sirkulasi darah sehinga beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen WHO, 1999.

5.2. Hubungan Karakteristik Responden Umur, Pendidikan dan Pekerjaan