Hal ini disebabkan karena afinitas CO terhadap Hb kira-kira 210 kali lebih kuat daripada afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini menyebabkan berkurangnya
kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh. Gas CO dalam dosis rendah menimbulkan efek atau gangguan pada penderitaan penyakit paru, jantung
ataupun perokok yang sebagian dari hemoglobin sudak terikat oleh CO. Karbonmonoksida CO yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan
keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas CO
mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit, lebih kuat dibandingkan oksigen sehingga setiap ada asap tembakau disamping kadar
oksigen udara yang sudah berkurang ditambah lagi eritrosit akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2-6
pada saat merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm sudah dapat meningkatkan kadar karboksihemoglobin dalam darah sejumlah
2-16 Anggraeni, 2009.
2.3.2. Keracunan Karbonmonoksida
Racun adalah suatu zat yang berasal dari alam maupun buatan yang bekerja pada tubuh baik secara kimiawi dan faali yang dalam dosis toksis dapat menyebabkan
suatu penyakit dalam tubuh serta dapat menyebabkan kematian IAPA, 2008. Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam tubuh manusia, racun dibagi menjadi
yang bekerja local dan sistemik. Racun yang bekerja lokal dapat bersifat korosif, iritasi atau anestetik. Racun yang bekerja sistemik biasanya mempunyai afinitas
Universitas Sumatera Utara
terhadap salah satu system contohnya barbiturate, alkohol, digitalis, asam oksalat, dan karbonmonoksida. Adapun racun yang bekerja lokal maupun sistemuk misalnya
arsen, asam karbol dan garam Pb Lingyun, 2005. Satuan konsentrasi CO diudara adalah ppm atau parts per million. Untuk
mengukur kadar CO tersebut digunakan gas analyzer dengan satuan persen volume, dimana 1 ppm setara dengan 10
-4
CO dapat terbentuk secara alamiah tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbonmonoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan,
oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam Lingyun, 2005.
. Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna diluar tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil kurang dari 0,5
dari katabolisme normal cincin protoporfirin hemoglobin di dalam tubuh dan tidak toksik bagi tubuh Anggraeni, 2009.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi jumlah CO dari sumber
buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya
berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestic Smart, 2001.
Berdasarkan laporan WHO 1992, dinyatakan paling tidak 90 dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga
mengandung CO sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap
Universitas Sumatera Utara
rokok yang sedang dihisapnya. Sumber lain CO adalah gas arang batu yang mengandung kurang lebih 5 CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas,
kompor gas, dan cerobong asap yang bekerja tidak baik. Menurut WHO 1999, gejala toksisitas atau keracunan ringan meliputi sakit
kepala dan mual-mual pada konsertrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm dapat menyebabkan 50 hemoglobin tubuh berubah menjadi
karboksihemoglobin HbCO. Karboksihemoglobin cukup stabil namun perubahan ini bisa reversible atau dapat kembali keadaan awal. Karboksihemoglobin tidaklah
efektif dalam menghantarkan oksigen di dalam system sirkulasi atau transportasi darah. Karena itu beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Sebagai akibatnya paparan pada tingkat ini dapat membahayakan jiwa. Menurut Organisasi Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Amerika Serikat membatasi paparan gas karbon monokksida ditempat kerja maksimal sebesar 50 ppm. Mekanisme bagaimana karbonmonoksida mengakibatkan efek
keracunan belum sepenuhnya dimengerti. Kebanyakan pengobatan akibat keracunan gas karbon monoksida adalah memberikan 100 oksigen atau terapi oksigen
heperbarik. Walaupun pengobatan ini masih kontroversial. Keracunan karbon monoksida domestik dapat dicegah dengan menggunakan gas detektor yang ada
sensor untuk mendeteksi gas ini, bisa juga alat khusus detektor karbon monoksida baik yang dipasang secara tetap maupun yang portable.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Toksikokinetika CO