2.3.4. Toksikodinamika CO
CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan CO bersaing dengan oksigen dalam mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase sitokroma
a3 dan sitokrom P-450, peroksidase dan katalase. Yang terpenting adalah reaksi CO dengan Hb dan sitokrom a3. Dengan diikatnya Hb menjadi HbCO mengakibatkan Hb
menjadi in aktif sehingga kemampuan darah berkurang untuk mengangkut oksigen. Selain itu adanya HbCO dalam darah akan menghambat disosiasi Oxi-Hb. Dengan
demikian jaringan akan mengalami hipoksia. Reaksi CO dengan sitokrom a3 yang merupakan link yang penting dalam sistem enzim pernafasan sel dan mengakibatkan
hipoksia jaringan.
2.3.5. Tanda dan Gejala Keracunan CO
Umumnya jalur keterpajanan gas karbonmonoksida adalah melalui jalan pernapasan atau terhirupinhalasi inhalation. Gas ini dikelompokkan sebagai bahan
kimia asfiksia asphyxiate. Gas tersebut mengakibatkan racun dengan cara meracuni hemoglobin Hb darah. Hb berfungsi mengikat darah dalam bentuk HbO. Setelah
CO mengikat haemoglobin darah terbentuk ikatan : HbCO maka otomatis oksigen akan terusir. Dengan mekanisme ini tubuh mengalami kekurangan oksigen dan gejala
asfiksia atau kekurangan oksigen akan terjadi. Sebab afinitas atau sifat pengikatan daya lengket karbonmonoksida ke hemoglobin darah dibandingkan dengan oksigen
jauh lebih besar sebanyak 200-3000 kali lipat. Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida jika terhirup dalam waktu tertentu dapat menyebabkan gejala racun
terhadap tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Berikut gejala keracunan CO : 1.
Gejala Akut-Waktu Singkat Gas karbonmonoksida adalah gas beracun. Gejalanya dapat terjadi perlahan-
lahan dan kerap terjadi secara mendadak cepat. Ini bergantung dari konsentrasi dan lama paparan. Indikasinya bibir dan kuku jari akan berubah menjadi agak merah. Ini
suatu tanda adanya paparan yang melampaui batas yang bisa diterima oleh tubuh. Orang yang terpapar mengalami gejala sakit kepala, pernapasan jadi pendek dan
dangkal, pusing, mendesah dan mual. Pada konsentrasi yang tinggi bisa saja terjadi pingsan atau tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat kematian. Gejalanya juga
bisa berupa penglihatan terganggu dan kehilangan ingatan. 2.
Gejala Kronik – Gejala Jangka Panjang Kajian klinis menunjukan adanya hubungan antara paparan gas karbon
monoksida untuk pekerjaan tertentu seperti petugas pemadam kebakaran, pekerja proyek foundry dan kejadian meningkatnya penyakit jantung. Gas karbon monoksida
adalah gas toksin reproduksi. Kajian klinis secara inhalasi terhadap tikus hamil menunjukkan dampak negatif. Melibatkan konsentrasi sekitar 65 ppm24 jam maka
akan menunjukkan gejala atau efek negatif terhadap sistem reproduksi. Organ tubuh yang diracuni adalah sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem
kardiovaskular, sistem saraf pusat dan sistem reproduksi. Paparan Exposure dapat dilihat pada tabel di bawah ini Alviventiasari, 2012 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Efek Keterpaparan Gas Karbonmonoksida Konsentrasi
Rerata 8 Jam
ppm
Konsentrasi HbCO
Didalam Darah
Gejala
25 – 50 2,5 - 5
Tidak ada gejala 50 – 100
5 - 10 Aliran darah meningkat, sakit kepala ringan
100 - 250 10 - 20
Tegang daerah dahi, sakit kepala, penglihatan agak terganggu
250 – 450 20 - 30
Sakit kepala sedang, berdenyut-denyut, dahi throbbing temple, wajah merah dan mual
450 – 650 30 - 40
Sakit kepala berat, vertigo, mual, muntah, lemas, mudah terganggu, pingsan pada saat bekerja
650 – 1000 40 - 50
Seperti diatas, lebih berat, mudah pingsan dan jatuh 1000 – 1500
50 - 60 Koma, hipotensi, kadang disertai kejang, pernafasan
Cheyne- Stokes 1500 – 2500
60 - 70 Koma dengan kejang, penekanan pernapasan dan
fungsi jantung, mungkin terjadi kematian. 2500 - 4000
70 - 80 Denyut nadi lemah, pernapasan lambat, gagal
hemodinamik, kematian.
Sumber : Alviventiasari, 2012
2.3.6. Sumber Karbonmonoksida