Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming
PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL
PRODUKSI CPO (
Crude Palm Oil
)
DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANDIRA AGRO
DENGAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING
Oleh :
RIO ARMINDO F34101076
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO (Crude Palm Oil)
DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANDIRA AGRO DENGAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : RIO ARMINDO
F34101076
Dilahirkan pada tanggal 10 Maret 1983 di Palembang
Tanggal lulus : 16 Januari 2006
Disetujui, Bogor, Januari 2006
Dr. Ir. Sukardi, MM Dosen Pembimbing
(3)
As wise as droplet in dry
As humble as ray in darkness
As value as smile in emptiness
I thank you to get me here
and be there...
to Walk with me tomorrow
I dedicate this little masterpiece to...
Mama, Papa, Taci, Ta’ni, Bibi...
and someone who always there....
(4)
Rio Armindo. F34101076. Determination of Optimal Capacity for CPO (Crude Palm Oil) Production in PT. Andira Agro Using Goal Programming Technique.
Supervised bySukardi. 2006
SUMMARY
Demand for the Crude Palm Oil (CPO) in Indonesia has been increasing over several years. The parties involved in CPO production need certain efforts to maintain good processing and management to fulfill the demand. The use of optimal capital and goods can improve factory’s operational effectiveness and efficiency as well as supporting quality of product. Production planning is one of the efforts that can be taken to achieve the requirement. The planning can formulated by a mathematic model of linear goal programming.
This research, which conducted in PT. Andira Agro, was aimed to identify the production factors involved in the production planning, and attain the optimum production capacity by using the linear goal programming.
The scope of the research was limited to the affecting condition of attaining the optimal capacity of CPO production, especially the activity on the field to produce the Fresh Fruit Bunch (FFB) as the main raw material of CPO product and the activity in the factory in producing the CPO.
Optimizing the production capacity was conducted by using goal programming solved byLinear Interactive Discrete Optimizer (LINDO). In the modeling technique, all the variables, constraints and goal functions were identified. The constraints are functional constraints (the constraints in the production process) and goal constraints (the constraints limiting a certain goal). The model consists of four decision variables, four functional constraints and seven goal constraints. The four decision variables are the amount of CPO production (X1), the amount of FFB from main field (X2), the amount of FFB from the plasma field (X3) and the number of transportation unit needed (X4). The four functional constraints are the availability of factory labor, availability of field labor, availability of time for CPO production and the availability of transportation unit on field. Functional constraints are the constraints that support the production process but not directly affect the goal. The seven goal constraints are (1) the production cost, (2) FFB production cost on the main field, (3) FFB production cost from the plasma field, (4) CPO production target, (5) availability of FFB from the main field, (6) availability of FFB from the plasma field, (7) the FFB processing.
Goal function was defined based on the goals set by PT. Andira Agro, which are fulfillment of CPO production target, cost minimization, fulfillment of FFB processing based on the established yield, and anticipation of FFB over production.
Results of the model show the goal function value (Zmin) of 4.231, which is the minimum value of undesired deviations against the goals. The optimum annual CPO production is 48.000 tons. The annual amount of FFB production from the main field is 40.335 tons. The annual amount of FFB supplied from the plasma field is 190.522 tons. The number of transportation needed is 31 units. The cost minimization for CPO processing, FFB production on the main field and FFB purchasing from the plasma field can be achieve. Despite of that, the goal for anticipation of FFB over production, fulfillment of FFB processing based on the established yield and fulfillment of CPO production target are unachieved.
(5)
Rio Armindo. F34101076. Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming. Di bawah bimbingan :Sukardi.2006
RINGKASAN
Permintaan minyak kelapa sawit kasar (CPO) di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pihak-pihak yang berkaitan dalam produksi CPO memerlukan suatu usaha tertentu agar proses produksi berjalan baik dan sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di pabrik guna mencukupi permintaan konsumen. Penggunaan barang dan modal yang optimal dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional pabrik dan juga mendukung mutu produk. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan perencanaan produksi CPO yang baik. Perencanaan dapat dilakukan dengan metode matematik program sasaran linier (linear goal programming).
Penelitian di PT. Andira Agro bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor produksi yang terlibat dalam perencanaan produksi CPO, (2) mendapatkan tingkat kapasitas produksi yang optimal dengan menggunakan program sasaran linier.
Ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada keadaan yang berpengaruh pada pencapaian optimasi produksi CPO, khususnya kegiatan di kebun untuk menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS), yang merupakan bahan baku utama CPO, dan kegiatan di pabrik untuk menghasilkan CPO.
Optimasi produksi dilakukan dengan menggunakan program sasaran (goal programming) dan penyelesaian model dilakukan dengan bantuan programLinear Interactive Discrete Optimizer (LINDO). Dalam teknik pemodelannya, dilakukan identifikasi terhadap variabel keputusan (nilai peubah) yang akan dicari, kendala-kendala yang ada dan fungsi tujuan yang ingin dicapai. Kendala-kendalanya adalah kendala fungsional (kendala yang ada dalam proses kerja/produksi) dan kendala sasaran (kendala yang membatasi suatu sasaran). Model program sasaran dalam penelitian ini memiliki 4 variabel keputusan, 4 kendala fungsional dan 7 kendala sasaran. Variabel keputusan yang digunakan adalah jumlah produksi CPO (X1), jumlah TBS dari kebun inti (X2), jumlah TBS dari kebun plasma (X3) dan jumlah alat angkut (X4). Kendala fungsional yang diperhitungkan adalah ketersediaan tenaga kerja pabrik, ketersediaan tenaga kerja pengangkutan di kebun, ketersediaan waktu pengolahan CPO dan ketersediaan alat transportasi yang digunakan. Kendala fungsional merupakan kendala yang mendukung proses produksi tetapi tidak secara langsung mengarah pada sasaran. Kendala sasarannya adalah (1) biaya produksi CPO, (2) biaya produksi TBS dari kebun inti, (3) biaya pembelian TBS dari kebun plasma, (4) target produksi CPO, (5) ketersediaan TBS kebun inti, (6) ketersediaan TBS kebun plasma dan (7) pengolahan TBS.
Fungsi tujuan dibuat berdasarkan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh PT. Andira Agro yaitu pemenuhan target produksi CPO, minimasi biaya-biaya, pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen dan antisipasi over produksi TBS.
Hasil analisis goal programming yang dilakukan menggunakan LINDO memperoleh nilai fungsi tujuan (Zmin) sebesar 4231 yang merupakan nilai minimal dari hasil penampungan penyimpangan-penyimpangan (deviasi) yang tidak dikehendaki terhadap sasaran. Angka produksi CPO terbaik adalah sebesar 48000
(6)
ton. Jumlah produksi TBS dari kebun inti sebanyak 40335 ton. Jumlah pembelian TBS dari kebun plasma sebanyak 190522 ton. Jumlah alat transportasi berupa truk angkut sebanyak 31 unit. Rendemen yang didapat menurut hasil optimasi adalah sebesar 20.8 persen yang sebelumnya ditargetkan sebesar 22 persen. TBS yang ada di kebun tidak terolah seluruhnya, sedangkan perusahaan menginginkan seluruh bahan baku yang ada di kebun dapat diolah seluruhnya. Sasaran minimasi biaya pengolahan CPO, biaya produksi TBS dan biaya pembelian TBS dari kebun plasma tercapai. Sedangkan upaya untuk pencegahan terjadinya over produksi dan kekurangan TBS dari tiap kebun, sasaran untuk mengolah TBS sesuai ketetapan rendemen dan pemenuhan target produksi CPO dari perusahaan tidak tercapai.
(7)
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming“ merupakan hasil karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, Januari 2006
Yang Membuat Pernyataan
Rio Armindo F 34101076
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Belitang, pada tanggal 10 Maret 1983, merupakan putra ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ali Bakri dan Ibu Rosmala Dewi (Alm.). Pendidikan dasar penulis diselesaikan di SD Xaverius 15 Belitang pada tahun 1995. Pendidikan lanjutan pertama penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP Negeri 1 Belitang. Tahun 2001, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Belitang dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknologi industri Pertanian.
Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, keolahragaan dan kegiatan organisasi, baik tingkat departemen maupun institut, diantaranya sebagai pengurus HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri), staf kementerian Departemen Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa IPB, sebagai anggota Forum Komunikasi Industri dan anggota dalam IPB Debating Community. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Menggambar Teknik dan Sistem Informasi Manajemen di Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB. Prestasi penulis semasa kuliah adalah menjuarai lomba karya tulis bahasa Inggris tingkat nasional bersama tim (2005) dengan judul paper “Halal Assurance System as Tool for Three Zero Concept in Food Industrial Practices”, juara 1 basket pada SPORTIN, menghasilkan VCD profil Departemen Teknologi Industri Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Penulis melaksanakan Praktek Lapangan di PT. Indolakto, Cicurug dengan judul laporan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Produk Susu UHT di PT. Indolakto, Cicurug, Sukabumi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun skripsi yang berjudul Penentuan Kapasitas Optimal Produksi Cpo (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit Pt. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit Andira Agro dengan menggunakan Goal Programming” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan yang bahagia ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, pengarahan, kerjasama, semangat, nasehat serta kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan Elisa Anggraeni, STP, MSc. selaku dosen penguji yang bersedia memberikan berbagai masukan yang sangat bermanfaat bagi perbaikan tulisan ini.
3. Bapak Ir. Hardo Wisudo selaku direktur PT. Andira Agro atas kesempatan kerjasama dan bantuan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini, 4. Mbak Rahma, yang banyak membantu memberikan informasi yang
dibutuhkan dan memberikan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi, 5. Alm. MAMA, PAPA, Ta’ci, Ta’ni dan Bibie tercinta atas do’a, dukungan dan
kasih sayangnya yang selalu menyertai penulis,
6. R. Winny Gunantiani Dewi atas perhatian, kasih sayang, motivasi, dorongan, semangat, dukungan do’a yang selalu menemani penulis selama penyusunan skripsi ini,
7. Keluarga Alm. Dr. Ir. Rd. Wisnu Gunarso, MSc khususnya Ibu, Onya dan Baby yang juga memberikan doa dan semangat kepada penulis,
8. Teman-teman Al-Afkar, Mas Jam, Mas Kamto, Antolin, Suhe, Budi, Asep, Bendot, Edoy, Nuno dan Lendi yang banyak memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini,
(10)
9. Teman-teman TIN 38, Ferry, Linda, Citra, Dhani dan warga Sakinah, Rizka, Djauhar, Nisa serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungannya sehingga skripsi ini bisa selesai.
Penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca secara umum. Penulis sangat menghargai saran dan kritik yang membangun demi perbaikan tulisan selanjutnya.
Bogor, Januari 2006
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………...……… i
DAFTAR ISI………...……….. iii
DAFTAR TABEL………...….………. iv
DAFTAR GAMBAR………...….………. v
DAFTAR LAMPIRAN………..………....vi
I. PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Tujuan ……… 3
C. Ruang Lingkup ………...……..…... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA……….. ……….…………....…... 5
A. Proses produksi CPO (Crude Palm Oil) ……… 5
B. Perencanaan Kapasitas Produksi..…….…...…………. 8
C. Teknik Optimasi .. ………... 11
D. Linear Goal Programming………....………... 14
E. LINDO... 18
III.METODOLOGI PENELITIAN... ……….…...……. 20
A. Kerangka Pemikiran...……….... 20
B. Pendekatan Berencana...……….…...…………... 21
C. Tata Laksana... 26
D. Langkah Pemodelan... 27
IV. PENERAPAN MODEL...32
A. Pengembangan Model...……….... 32
1. Identifikasi Peubah Keputusan………..……….. 32
2. Pemodelan Kendala-kendala……….………. 33
3. Formulasi Fungsi Tujuan……….……… 36
B. Penyusunan Model...…...………... 39
1. Pemodelan Kendala Sasaran... 39
2. Pemodelan Fungsi Tujuan...48
C. Verifikasi dan Validasi Model...…...……...……...51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN...55
A. Faktor Produksi...………..………….... 55
B. Solusi Model...………..…………....56
C. Analisis Sensitivitas...………....………..…………...62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...65
A. Kesimpulan...65
B. Saran...66
DAFTAR PUSTAKA... 67
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jenis-jenis kendala tujuan... 18
Tabel 2. Syarat mutu CPO... 25
Tabel 3. Variabel keputusan yang dicari... 32
Tabel 4. Bobot dan prioritas kendala sasaran... 50
Tabel 5. Nilai variabel keputusan yang optimal berdasarkan hasil pengolahan LINDO... 57
Tabel 6. Keputusan optimal yang dihubungkan dengan sasaran target produksi CPO dan biaya dari perusahaan... 58
Tabel 7. Hubungan keputusan optimal dengan potensi ketersediaan TBS di kebun inti dan plasma... 59
Tabel 8. Hubungan keputusan optimal, potensi ketersediaan TBS, sasaran mengantisipasi over produksi serta biaya produksi di kebun inti.. 60
Tabel 9. Hubungan keputusan optimal, potensi ketersediaan TBS, sasaran mengantisipasi over produksi serta biaya produksi di kebun plasma... 61
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Sistem Produksi... 23 Gambar 2. Diagram alir penentuan tingkat prioritas... 29 Gambar 3. Formulir pengisian pembobotan sasaran berdasarkan
tingkat kepentingan dari sasaran... 37
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Jumlah permintaan dan proyeksi permintaan CPO
di Indonesia ... 71 Lampiran 2. Perkembangan luas areal dan produksi
minyak kelapa sawit... 72 Lampiran 3. Diagram Alir Proses Produksi CPO
di PT. Andira Agro ... 73 Lampiran 4. Tahap Kerja Pendekatan Berencana... 74 Lampiran 5. Tahapan tata laksana penelitian... 75 Lampiran 6. Tabulasi pendapat responden terpilih terhadap pemilihan
prioritas sasaran... 76 Lampiran 7. Model persamaan matematik yang dapat dirumuskan... 77 Lampiran 8. Hasil dari model persamaan yang diolah
(15)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu industri berbasis pertanian yang menempati posisi strategis untuk berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh jumlah permintaan nasional terhadap minyak kelapa sawit kasar atauCrude Palm Oil (CPO) selalu meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan CPO pada tahun 1994 mencapai 2 juta ton dan tahun 2003 meningkat menjadi 5 juta ton (Lampiran 1). Alasan lainnya adalah karena potensi pengembangan industri kelapa sawit yang sangat terbuka dengan sumber daya lahan dan bahan baku yang melimpah. Saat ini industri pengolahan kelapa sawit didominasi oleh industri CPO dan industri minyak makan. Disamping itu, selain berperan dalam industri hilir yang menghasilkan produk-produk pangan (margarin, margarinlow-fat, cokelat dan edible oil), minyak kelapa sawit dapat pula digunakan sebagai bahan baku penolong industri yang lain seperti cat, tinta, sabun kecantikan, sampo,lotion, krim dan biodiesel.
Upaya pemanfaatan kelapa sawit menjadi CPO dan produk turunannya dengan nilai tambah yang tinggi merupakan suatu upaya strategis. Secara khusus, pemerintah telah menempatkan pengembangan industri pengolahan kelapa sawit menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua di dunia dan diproyeksikan akan menjadi negara penghasil kelapa sawit utama di dunia pada tahun 2010, Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk memaksimalkan pengembangan industri kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 2003 adalah 5 juta hektar dengan produksi CPO pada tahun yang sama adalah sebesar 9 juta ton (Lampiran 2.).
Posisi strategis kelapa sawit dalam perekonomian dapat diketahui dari data perdagangan internasional dalam periode 2003-2007. Kontribusi perdagangan dunia untuk CPO pada periode tersebut adalah 30,1 persen dan dalam periode 2007-2012 akan naik tipis menjadi sebesar 30,8 persen dari total produksi minyak nabati dunia yaitu sebesar 108 juta ton. Demikian pula menyangkut
(16)
konsumsi dunia, CPO diperkirakan akan memiliki daya serap terbesar bila dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dari total konsumsi 118 juta ton (2003-2007), pangsa pasar CPO mencapai 21,4 persen. Sedangkan pada periode 2007-2012 total konsumsi dunia diproyeksikan menjadi 132 juta ton dengan pangsa pasar CPO meningkat menjadi 22,5 persen (Basyar, 2000). Tahun 2010 pangsa pasar CPO Indonesia diperkirakan akan mencapai 40,03 persen dari pangsa pasar perdagangan dunia, sementara Malaysia akan berada pada posisi kedua dengan pangsa pasar 38,68 persen.
Dengan meningkatnya permintaan terhadap CPO, diperlukan suatu usaha agar proses produksi berjalan lancar sesuai dengan sumber daya yang tersedia serta menguntungkan. Begitu pula yang dilakukan oleh beberapa pihak swasta yang mulai membangun perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya. Salah satunya adalah PT. Andira Agro, yang akan mulai ambil bagian dalam memenuhi permintaan CPO ini.
Dalam pelaksanaan pabrikasinya, PT. Andira Agro memerlukan perencanaan kapasitas produksi yang baik, agar pabrik beroperasi secara efisien dan efektif. Untuk itu, penggunaan barang dan modal perlu diusahakan seoptimal mungkin dan dapat menghasilkan produk yang bermutu. Hal ini dilakukan agar dapat memaksimumkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang pada akhirnya menjadi lebih menguntungkan perusahaan.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam merencanakan kapasitas produksi CPO adalah metode matematiklinear programming. Metode linear programming yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode goal programming. Metode ini merupakan metode perluasan dari linear programming sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematik dan prosedur perumusan model tidak berbeda darilinear programming.
Keunggulan metode goal programming yaitu dapat menangani masalah alokasi optimal atau kombinasi optimum dari beberapa masalah yang bertolak belakang. Dengan demikian, keputusan yang diambil merupakan hasil yang memuaskan dari beberapa alternatif yang ditawarkan. Langkah ini sangat penting bagi pengambil kebijakan dalam membuat suatu keputusan.
(17)
Metode ini memerlukan berbagai masukan (input) dari sistem produksi yang ada di pabrik untuk mendukung keputusan yang akan dihasilkan. Menurut Buffa (1989), sistem produksi adalah proses yang digunakan dalam mengubah masukan-masukan sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat. Dalam industri manufaktur, masukan-masukan tersebut dapat berupa bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin sarana fisik, teknologi dan informasi.
Penelitian Luthfiyanti (2003) menyebutkan bahwa optimasi produksi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa sawit Kertajaya sangat diperlukan. Optimasi produksi CPO dapat mengefektifkan dan mengefisienkan sumber daya yang terbatas dalam memproduksi CPO. Optimasi produksi melaksanakan operasi manufakturing serta mengalokasikan sumber daya guna menghasilkan produk dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan dengan biaya sehemat mungkin. Perencanaan produksi merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar faktor-faktor produksi yang terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui faktor-faktor produksi yang terlibat dalam perencanaan kapasitas produksi CPO.
2. Mendapatkan tingkat kapasitas produksi yang optimal dengan menggunakan program sasaran linier (linear goal programming).
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada keadaan yang berpengaruh dalam pencapaian optimasi kapasitas produksi CPO di pabrik PT. Andira Agro. Pencapaian optimasi kapasitas produksi CPO mengarah pada maksimasi produksi dan minimisasi biaya produksi pabrik. Aspek optimasi kapasitas di pabrik dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Penelitian ini
(18)
memperhatikan seluruh kegiatan yang terjadi dalam proses produksi CPO. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan di perkebunan dan kegiatan di pabrik pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit kasar.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PROSES PRODUKSI CPO (Crude Palm Oil)
Kelapa sawit adalah tumbuhan yang termasuk keluarga palma, seperti kelapa, aren (enau), pinang, korma dan sebagainya. Kelapa sawit biasanya tumbuh di daerah tropis atau iklim panas. Tanaman kelapa sawit memerlukan beberapa persyaratan tertentu untuk tanah dan iklim bagi pertumbuhannya, antara lain letak tinggi tempat diusahakan pada daerah dengan ketinggian 400 m diatas permukaan laut, keadaan tanah yang subur, topografi, drainase dan iklim yang sesuai (Anonim, 1997).
Proses pengolahan tandan kelapa sawit menjadi minyak sawit dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Selain itu, proses pengolahannya dapat pula menggunakan teknologi tinggi yang biasa digunakan perkebunan-perkebunan besar untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dengan kualitas ekspor. Menurut Lubis (1992), tujuan pengolahan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit dengan mutu yang baik dan rendemen yang optimum. Proses produksi CPO secara umum terdiri dari proses penerimaan TBS, proses perebusan, penebahan, pengadukan, pengolahan minyak, pengolahan biji sampai proses penyimpanannya. Diagram alir proses produksi pengolahan kelapa sawit secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
1. Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)
Tempat penerimaan tandan buah segar disebut transfer ramp, dimana sebelumnya truk pengangkut telah melalui jembatan timbang sehingga dapat diketahui berapa berat bersih tandan buah segar yang masuk ke pabrik. Setelah ditimbang, tandan buah segar dipindahkan keloading ramp sebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan ke dalam lori rebusan. Lantai pada loading ramp dibuat berkisi-kisi sehingga pasir dan kotorannya jatuh (lolos) melalui kisi-kisi tersebut (Lubis, 1992).
(20)
Pada bagianloading ramp(tempat penimbunaan sementara tandan buah segar), dilakukan sortasi terhadap kurang lebih lima persen dari jumlah keseluruhan truk pengangkut tandan buah segar yang masuk ke pabrik. Proses ini diperlukan untuk menilai mutu tandan buah segar. Penilaian terhadap mutu tandan buah segar ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bagian pengendalian mutu.
2. Perebusan (Sterilisasi)
Setelah proses penerimaan, kemudian dilakukan perebusan dalam tangki dengan tujuan untuk memudahkan perontokan buah dari tandannya dan melunakkan daging buah sehingga memudahkan pengempaan. Tujuan lain dari proses perebusan ini adalah menonaktifkan enzim lipase agar kenaikan asam lemak bebas dapat diperlambat dan sebagai pengolahan pendahuluan terhadap biji sehingga biji mudah dipecahkan. Ketaren (1986) menyebutkan bahwa perebusan juga bertujuan untuk mengumpulkan protein dalam buah sawit, membunuh mikroba, untuk pengawetan serta mempermudah perontokan buah.
Perebusan tandan buah segar dilakukan dengan menggunakan uap panas (steam). Uap panas tersebut berasal dari ketel uap sebagai media penghantar panas dengan suhu, waktu dan tekanan tertentu.
3. Penebahan Buah
Proses penebahan bertujuan untuk melepaskan dan memisahkan buah kelapa sawit dari tandannya. Alat penebahan buah yang umum digunakan adalah thresser hopper yang berbentuk silinder. Pada sekeliling silinder dipasang besi kanal yang bertindak sebagai saringan dan besi siku yang berfungsi sebagai sudut-sudut dalam sangkar. Buah lepas akan masuk melalui kisi-kisi dan ditampung discrew conveyor, kemudian oleh elevator dibawa ke distributing conveyor untuk didistribusikan ke tiap-tiap unit digester. Tandan buah kosong hasil perontokan yang tidak mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar diinceneratoratau digunakan sebagai pupuk tanaman.
(21)
4. Pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk memutuskan ikatan struktur jaringan buah dan membuka sel-sel yang mengandung minyak serta melepaskan dinding buah dari bijinya sehingga pengempaan serabut menjadi lebih mudah. Pengadukan buah dilakukan dalam digester dengan mengalirkan uap panas melalui mantel, bertujuan untuk memanaskan buah yang sedang diproses. Menurut Lubis (1992), untuk menghasilkan pengadukan yang baik, suhu pencampuran di dalam digester harus selalu dijaga pada suhu 85-95 °C agar minyak yang dihasilkan tidak menjadi kental.
5. Pengempaan (Pressing)
Proses pengempaan bertujuan untuk mengeluarkan minyak dan cairan dari kelapa sawit. Alat yang digunakan adalah alat press berulir ganda (double screw press). Hasil yang diperoleh dari pengempaan kemudian diproses lebih lanjut menjadi CPO. Ampas kempa diolah lebih lanjut untuk mendapatkan inti sawit (kernel). Proses pengempaan biji kelapa sawit dapat berupa ekstraksi yang bertujuan mengambil minyak dari massa adukan. 6. Pemurnian dan Penjernihan CPO
Stasiun terakhir dalam tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit kasar adalah unit penjernihan minyak, dimana pada unit ini terjadi proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran yang dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal dan penguapan.
Menurut Ketaren (1986), minyak kasar dialirkan dari tangki penjernihan kemudian disaring di dalam penyaring sentrifugal. Dari penyaring sentrifugal, minyak yang telah dijernihkan dipompakan kedalam tangki penimbunan, sedangkan air dan kotoran dikembalikan ke dalam tangki pengendapan.
7. Penyimpanan CPO
Sebelum CPO didistribusikan ke konsumen, CPO disimpan distorage tank yang berfungsi untuk menampung minyak sawit kasar yang sudah
(22)
diproduksi. Penyimpanan minyak sawit kasar dilakukan dengan cara pendinginan minyak (oil cooler) untuk menurunkan suhu minyak dan mempertahankannya sekitar 40-45 °C agar tidak terjadi pembekuan minyak dan oksidasi minyak yang mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas (ALB).
B. PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI
Perencanaan adalah fungsi dari manajemen yang menentukan usaha-usaha atau tindakan yang perlu diambil oleh pimpinan dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat produksi ataupun di masa yang akan datang. Perencanaan produksi meliputi perencanaan dan pengorganisasian orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin, peralatan serta modal yang diperlukan untuk melakukan proses produksi (Machfud, 1999).
Perencanaan dan pengendalian produksi mempunyai peranan sentral dalam peningkatan produktifitas, karena melalui perencanaan dan pengendalian produksi yang baik akan dicapai penghematan dalam biaya bahan, pemanfaatan sumber daya baik fasilitas produksi (mesin), tenaga kerja serta waktu yang optimal (tidak boros dan tidak banyak terhambat dalam proses produksi yang dapat merugikan waktu produksi) (Machfud, 1999).
Menurut Gitosudarmono (1998), perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar faktor produksi yang biasanya terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan tentang keadaan masa depan yang diinginkan
2. Pemilihan dan penentuan cara yang akan ditempuh (dari semua alternatif yang mungkin), dan
3. Usaha mencapai tujuan tersebut
Perencanaan produksi yaitu proses penentuan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan operasi manufakturing serta mengalokasikannya sehingga menghasilkan produk dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan dengan mengeluarkan ongkos lebih rendah (Buffa, 1989).
(23)
Perencanaan produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor eksternal perusahaan dapat berupa kebijakan pemerintah, inflasi dan bencana alam. Faktor internal perusahaan didominasi oleh faktor-faktor yang berada dalam kekuasaan pimpinan, seperti kapasitas mesin, produktivitas tenaga kerja, kemampuan pengadaan dan penyediaan bahan.
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu (Buffa, 1989). Proses perencanaan kapasitas suatu industri meliputi kegiatan peramalan permintaan di masa mendatang, termasuk kemungkinan dampak teknologi, persaingan yang timbul serta kejadian-kejadian lain yang berpengaruh.
Kapasitas produksi suatu industri menentukan sejauh mana industri tersebut mendapatkan keuntungan. Perencanaan kapasitas industri baru, mempengaruhi cepat lambatnya industri tersebut mendapatkan laba dari produk yang dihasilkan, oleh sebab itu perencanaan kapasitas produksi terpasang industri yang baru berdiri sangatlah penting. Perencanaan kapasitas dapat dilihat dari teknologi yang dipakai, struktur biaya serta bahan baku yang tersedia.
Selanjutnya, menurut Buffa (1989) perencanaan kapasitas produksi dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari teknologi, persaingan dan lain sebagainya.
2. Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan fisik.
3. Menyusun pilihan rencana kapasitas yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
4. Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana. 5. Meninjau resiko dan pengaruh strategi pada pilihan rencana. 6. Memutuskan rencana pelaksanaan.
Perencanaan kapasitas normal suatu industri memerlukan informasi mengenai kapasitas maksimal suatu mesin. Kapasitas maksimal merupakan jumlah produksi yang layak secara teknis, berhubungan dengan kapasitas terpasang yang dijamin supplier pabrik. Dengan adanya kapasitas maksimal
(24)
nominal dapat memberikan masukan kepada pengguna untuk mendapatkan angka output maksimal, kerja lembur, dan bisa menentukan suku cadang yang dibutuhkan.
Menurut Assauri (1998), tujuan dari perencanaan produksi adalah :
1. Untuk mencapai tingkat atau level keuntungan (profit) yang tertentu. Misalnya berapa hasil (output) yang diproduksi supaya dapat mencapai tingkat atau level profit yang diinginkan dan tingkat persentase tertentu dari keuntungan setahun terhadap penjualan (sales) yang diinginkan. 2. Dapat menguasai pasar sehingga output perusahaan ini tetap mempunyai
pangsa pasar (market share) tertentu.
3. Mengusahakan agar perusahaan ini dapat bekerja pada tingkat efisiensi tertentu.
4. Mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatannya dan berkembang.
5. Menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada perusahaan yang bersangkutan.
Prakiraan permintaan sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen dalam menentukan perencanaan strategis produk di masa datang, kapasitas produksi dan pengembangan industri. Menurut Suad (1987) terdapat beberapa metode pengukuran permintaan produk masa lalu dan masa sekarang. Metode ini bisa digunakan untuk pengukuran permintaan produk yang masih baru maupun yang sudah mapan. Metode yang relevan adalah penggunaan data ekspor, impor dan produksi dalam negeri dengan formulasi :
PE = P + ( I – E ) + ∆ C Keterangan :
PE = Permintaan efektif yang dicari
P = Produksi dalam negeri selama masa yang bersangkutan I = Impor yang dilakukan
E = Ekspor yang dilakukan
∆ C = Jumlah perubahan cadangan produk, yakni selisih persediaan awal dan akhir masa
(25)
Menurut Buffa (1989), model-model deret berkala dapat diterapkan untuk ramalan-ramalan operasi jangka pendek. Metode kausal paling sesuai untuk peramalan jangka pendek hingga menengah. Salah satu metode kausal adalah peramalan yang didasarkan pada metode-metode regresi, yaitu dengan menetapkan suatu fungsi peramal yang disebut persamaan regresi. Persamaan regresi ini menyatakan hubungan antara deret yang diramalkan dengan suatu deret lain yang diduga mengendalikan atau menyebabkan naik atau turunnya penjualan.
Metode regresi diukur menurut waktu dengan bentuk fungsional dinamakan regresi deret berkala (time series regretion). Teknik regresi umumnya membahas pendekatan sebab akibat atau bersifat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan atau kejadian yang diramalkan. Teknik ini mencoba memperkirakan keadaan dimasa akan datang dengan menemukan dan mengukur variabel-variabel bebas yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tidak bebas yang diramalkan (Makridakis, et al., 1999).
Setiap strategi memiliki biaya sendiri. Kombinasi strategi tunggal atau murni biasanya menghasilkan perencanaan yang paling ekonomis. Dengan metoda matematika yang ada, kombinasi strategi dapat menghasilkan biaya yang minimum (Chery, 1988)
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan perencanaan kapasitas produksi adalah untuk memproduksi barang-barang (output) pada masa yang akan datang dengan kualitas dan kuantitas yang dikehendaki. Selain itu perencanaan tidak boleh mengabaikan tiga golongan terbesar yang ada di masyarakat yaitu konsumen, pengusaha dan pekerja.
C. TEKNIK OPTIMASI
Optimasi adalah suatu pendekatan normatif untuk mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dalam pengambilan keputusan dari suatu permasalahan. Penyelesaian permasalahan dalam teknik optimasi diarahkan untuk mendapatkan titik maksimum atau titik minimum dari fungsi yang dioptimumkan.
(26)
Dalam optimasi, permasalahan akan diselesaikan untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan batasan yang diberikan. Jika permasalahan diformulasikan dengan tepat, maka nilai peubah keputusan yang diperoleh akan optimum. Setelah pemecahan optimum diperoleh, permasalahan sering dievaluasi kembali pada kondisi yang berbeda untuk memperoleh penyelesaian yang baru (Cleland dan Kacaogln, 1980 ; Maarif,et al.,1989).
Selanjutnya Maarif,et al.(1989), menjelaskan bahwa tujuan dari optimasi adalah untuk meminimumkan usaha yang diperlukan atau biaya operasional dan memaksimumkan hasil yang diinginkan. Jika usaha yang diperlukan atau hasil yang diharapkan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari peubah keputusan, maka optimasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian kondisi maksimum atau minimum dari fungsi tersebut.
Komponen penting dari permasalahan optimasi adalah fungsi tujuan, yang dalam beberapa hal sangat tergantung pada peubah. Dalam penelitian operasional, optimasi sering diartikan sebagai maksimasi atau minimasi pemecahan suatu masalah (Kristiadi, 1994).
Teknik optimasi dapat digunakan untuk fungsi yang berkendala dan fungsi tidak berkendala. Penyelesaian permasalahan dapat berbentuk persamaan dan pertidaksamaan. Unsur penting dalam masalah optimasi adalah fungsi tujuan, yang sangat bergantung pada sejumlah berhingga peubah masukan. Peubah-peubah ini dapat tidak saling bergantung atau saling bergantung melalui satu atau lebih kendala (Bronson, 1982).
Cleland dan Kacaogln (1980), menjelaskan bahwa penyelesaian masalah optimasi dengan program matematika dapat dilakukan melalui program linear, program tak linear, program integer dan program dinamik.
Fungsi tujuan secara umum merupakan langkah minimisasi biaya atau penggunaan bahan-bahan baku, maksimasi hasil atau efisiensi pemanfaatan bahan-bahan produksi atau proses, dan sebagainya. Penentuan fungsi tujuan dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi (Maarif,et al.,1989).
Metode penentuan kondisi optimum dikenal sebagai pemrograman teknik matematik. Nasendi dan Anwar (1985), menyebutkan bahwa tujuan dan kendala-kendala dalam program matematika diberikan dalam bentuk
(27)
fungsi-
n j CjXj 1
n j i jijX atau b a
1
fungsi matematika dan hubungan fungsional (hubungan keterkaitan). Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi, timbal-balik, dan saling menunjang.
Program matematik ini dapat berbentuk :
Optimumkan : Z= , untuk j= 1, 2,...,n
sehingga memenuhi kendala
, untuk i= 1,2,...,m dan Xj> 0
Untuk :
Cj = Parameter yang dijadikan kriteria optimisasi, atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan
Xj = Peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ( yang ingin dicari; yang tidak diketahui).
aij = Koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan (kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i.
bi = Sumber daya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang bersangkutan; disebut pula konstanta atau "nilai sebelah kanan" (Right Hand Side/ RHS) dari kendala ke-i.
Z = Nilai skalar kriteria pengambilan keputusan; suatu fungsi tujuan
Masalah yang dinyatakan dalam program matematik merupakan masalah maksimasi atau minimasi dari suatu fungsi tujuan f(CjXj) dengan memilih vektor aijXj sehingga nilainya memenuhi fungsi tujuan.
Teknik optimasi dalam penelitian operasional merupakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah operasi pengolahan. Penerapan teknik ini menyangkut pembentukan deskripsi matematis atau pembentukan model keputusan. Analisa kepekaan teknik ini dapat menganalisa hubungan yang menyatakan akibat-akibat yang mungkin terjadi di masa mendatang sebagai akibat keputusan yang telah diambil (Purnomo, 1988).
(28)
D.LINEAR GOAL PROGRAMMING
Linear Goal Programming adalah suatu metodologi matematis dalam penelitian operasional yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan tujuan tunggal maupun tujuan berganda. Tujuan-tujuan tersebut diberi urutan prioritas dan dianalisa secara simultan dengan pengurutan (Ignizio, 1983).
Menurut Moskowitz dan Wright (1979), dengan menggunakan program sasaran linear, pengambil keputusan dapat memasukkan tujuan atau sasaran yang tidak dapat direduksi ke dalam suatu dimensi dalam formulasi masalah. Teknik ini tidak memerlukan translasi ukuran sasaran yang tidak dapat dibandingkan (incommensurable) menjadi ukuran keuntungan atau utilitas yang telah umum melalui pembentukan fungsi tujuan berdimensi ganda. Fleksibilitas program sasaran linear juga ditunjukan dengan kemampuan teknik ini mengatasi permasalahan dengan tujuan-tujuan yang saling bertentangan secara efektif dan masih dapat memberikan pemecahan yang optimal berdasarkan urutan prioritas sasaran manajemen.
Program linear merupakan suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisis-analisisnya memakai model matematika, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah, kemudian dipilih mana yang terbaik diantaranya dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut tentang alokasi sumber daya dan dana yang terbatas guna mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan secara optimal (Nasendi dan Anwar, 1985).
Penekanan disini adalah pada alokasi optimal atau kombinasi optimum, artinya suatu langkah kebijakan yang pertimbangannya telah dipertimbangkan dari segala segi untung dan rugi secara baik, seimbang dan serasi. Alokasi optimal tersebut tidak lain adalah memaksimumkan dan meminimumkan fungsi tujuan yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang dikehendaki oleh syarat ikatan (kendala) dalam bentuk pertidaksamaan linier.
Nasendi dan Anwar (1985) mengemukakan empat asumsi dasar yang harus dipenuhi agar program linear dapat digunakan sebagai sarana penunjang dalam pemecahan suatu masalah. Keempat asumsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
(29)
1. Proporsional (Proportionality)
Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambil keputusan, Xj berubah maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan, CjXj, dan juga pada kendalanya, aijXj. Misalnya, jika kita naikkan nilai Xj dua kali, maka secara proporsional (seimbang dan serasi) nilai-nilai aijXj-nya juga akan menjadi dua kali lipat.
2. Penambahan (Additivity)
Asumsi ini dipakai untuk mencegah terjadinya "cross-product terms" karena adanya interaksi diantara beberapa aktivitas, yang akan mengubah pengukuran total efektifitas dan penggunaan total beberapa sumber daya. Berdasarkan asumsi ini bahwa nilai parameter suatu kriteria optimisasi (koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu-individu Cj dalam model program linear tersebut. Dampak total terhadap kendala ke-i merupakan jumlah dampak individu terhadap peubah pengambil keputusan Xj.
3. Pembagian (Divisibility)
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambil keputusan Xj, jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai Xj tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tapi boleh noninteger (misalnya 5; 0.58; 38.987, dan sebagainya).
4. Deterministik (Deterministic)
Asumsi ini menghendaki agar semua parameter dalam model program linier, yaitu Cj, aij, dan bi tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti (konstanta).
Asumsi dasar dalam program sasaran linear menurut Moskowitz dan Wright (1979) dan Ignizio (1983), adalah pengambil keputusan harus dapat mengurutkan dalam skala ordinal menurut tingkat kepentingan perusahaan.
(30)
m i 1
n j 1
n i jBerdasarkan falsafah pemuas (satisfying) yang menjadi karakter program sasaran linear, maka optimalisasi diwujudkan sedekat mungkin dengan sasaran-sasaran yang terpenuhi melalui pengurutan ordinal.
Secara ringkas Hillier dan Lieberman (1994), menyatakan bahwa program linear adalah suatu teknik untuk mendapatkan hasil yang optimal dari suatu masalah alokasi sumber daya yang terbatas dengan berbagai aktifitas. Masalah alokasi timbul jika seseorang harus memilih tingkat aktifitas tertentu dengan sumber daya yang langka untuk memenuhi aktifitas tersebut.
Menurut Nasendi dan Anwar (1985), model umum untuk program sasaran adalah :
Minimum Z = (PyWi,ydi++ PsWi,sdi-) Syarat-ikatan:
Kendala tujuan:
a
ijXj + di-- di +
= bi Untuk i = 1, 2,....,m
Pembatas fungsional:
gijXj < = > Ck
Untuk k = 1, 2, …., p J = 1, 2, …., n, dan
Xj, di
-, di +
> 0 Keterangan :
Xj : Peubah pengambil keputusan atau kegiatan yang kini dinamakan sebagai sub tujuan.
Ck : Jumlah sumber daya k yang tersedia
aij : Koefisien teknologi fungsi kendala tujuan, yaitu yang berhubungan dengan tujuan peubah pengambil keputusan (Xi) bi : Tujuan atau target yang ingin dicapai
(31)
di-, di+ : Deviasi plus dan minus dari tujuan atau target ke-i Py,Ps : Faktor prioritas
Wi,y+ : Timbangan relatif dari di+dalam urutan (ranking) ke-y Wi,s- : Timbangan relatif dari di-dalam urutan (ranking) ke-s
Berdasarkan perumusan model di atas, pencapaian tingkat sasaran dilakukan dengan cara meminimumkan peubah deviasi. Pencapaian sasaran dari penyelesaian model program sasaran linier ditunjukkan dengan kedua atau salah satu peubah deviasinya bernilai nol. Oleh karena itu harus berlaku hubungan :
Ada dua tipe program sasaran, yaitu program sasaran yang setiap sasarannya memiliki tingkat kepentingan yang sama dan program sasaran yang mengurutkan sasarannya menurut tingkat kepentingan dari sasaran. Untuk sasaran yang diurutkan tingkat kepentingannya diberi faktor pembobot. Faktor pembobot adalah suatu nilai numerik yang tidak berdimensi dan digunakan untuk menunjukkan tingkat kepentingan relatif dari suatu sasaran. Besar kecilnya nilai faktor pembobot dari setiap sasaran diperoleh dari hasil manipulasi pendapat para ahli atau pengambil keputusan (Masud dan Ravindran, 2001).
Jika faktor pembobot fungsi sasaran ke-i dilambangkan dengan Wi, maka secara matematik dapat bersifat :
0 < Wi < 1 , dan
y
i i W 1
1
Apabila ada pernyataan Wb lebih besar dari Wy menunjukkan bahwa sasaran ke-b lebih penting dari pada sasaran ke-y dan jika Wb sama dengan Wy maka sasaran ke-b dan sasaran ke-y sama penting.
Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis kendala ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Keenam jenis kendala tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
(32)
Tabel 1.Jenis-jenis kendala tujuan
Kendala Tujuan
Variabel simpangan dalam fungsi
tujuan
Kemungkinan simpangan
Penggunaan nilai RHS yang
diinginkan
aijXj+ di-= bi di- Negatif = bi
aijXj- di+= bi di+ Positif = bi
aijXj+ di-- di+= bi di- Neg dan pos biatau lebih aijXj+ di-- di+= bi di+ Neg dan pos biatau kurang aijXj+ di-- di+= bi di-dan di+ Neg dan pos = bi aijXj+ di-= bi di+(artf) Tidak ada Pas = bi Sumber : Mulyono (2004)
E. LINDO
LINDO kependekan dari Linear Intearctive Diskret Optimizer, merupakan program komputer yang digunakan untuk aplikasi linear programming. Aplikasi linear programming yaitu suatu permodelan matematik yang digunakan untuk mengoptimalkan suatu tujuan dengan berbagai kendala yang ada. Linear programming merupakan bagian dari management science atau penelitian operasional. Program LINDO ini diciptakan oleh profesor Linus Scrage dari Graduate School of Business, Chicago (Siswanto, 1990).
LINDO adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linier, non-linier dan integer. LINDO digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Selain itu, LINDO juga digunakan dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan produksi, transportasi, keuangan, alokasi saham, pangaturan modal, penjadwalan, inventarisasi, alokasi sumber daya dan lain-lain.
LINDO telah menjadi software optimasi selama lebih dari 21 tahun. Sistem LINDO telah menjadi pilihan utama dalam penyelesaian yang cepat dan mudah, terutama untuk optimasi persamaan matematika. Selain itu struktur bahasa yang digunakan dalam memformulasikan masalahnya sederhana, yaitu persamaan linier. Materi optimasi dengan menggunakan
(33)
LINDO antara lain adalah program sasaran linier yang berupa multi kriteria, analisis data, pengukuran efisiensi, metode komprehensif untuk pengukuran efisiensi organisasi (Anonim, 2005a).
Untuk mendayagunakan LINDO ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Merumuskan masalah dalam kerangka program linier. 2. Menuliskan dalam persamaan matematik.
3. Merumuskan rumusan ke dalam LINDO dan mengeksekusinya. 4. Interpretasi keluaran LINDO.
Instruksi input LINDO adalah langsung, membutuhkan fungsi tujuan dan kendala yang dimasukkan dalam terminal pengolahan sama seperti dalam formulasi permodelan yang dibuat. Program LINDO selalu mempertimbangkan fungsi tujuan sebagai fungsi utama dan kendala yang pertama dijadikan sebagai model fungsi yang kedua. Dengan demikian semua kendala diberi penomoran secara sekuensial, dimulai pada kendala pertama yang akan diidentifikasikan sebagai fungsi nomor dua dan selanjutnya (Siswanto, 1990).
Dari sudut pandang teori sistem, program ini menghendaki masukan model matematik pemrograman linier dengan format standar. Masukan tersebut akan diolah dengan proses tertentu agar menghasilkan keluaran. Hasil olahan program sebagai keluaran sistem, dapat ditampilkan dalam dua macam format yaitu format LINDO dan format simpleks. Format simpleks merupakan hasil olahan program yang masih mentah dan masih merupakan keluaran langsung dari program yang perlu dikembangkan lagi agar lebih bermanfaat dalam proses pembuatan keputusan manajerial. Menurut Siswanto (1990), selama variabel-variabel dalam model program sasaran linier juga mengikuti sifat linier maka LINDO dapat digunakan.
(34)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN
Perusahaan pada umumnya berusaha untuk dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Salah satu faktor yang berperan dalam menghasilkan produk secara efektif dan efisien adalah dengan melakukan suatu perencanaan produksi yang baik.
Dalam industri berbasis sawit, perencanaan merupakan hasil dari optimasi sumber-sumber daya yang terbatas agar mendapatkan hasil yang maksimum dengan biaya yang minimum. Sumber-sumber daya yang ada tersebut akan dilihat dan diuji terlebih dahulu untuk menentukan variabel-variabel yang paling kritis dalam model penentuan kapasitas produksi CPO. Apabila telah ditentukan variabel-variabel kritisnya maka akan diolah lebih lanjut dengan menggunakan teknik optimasi sehingga kita dapat melakukan suatu perencanaan produksi.
Untuk menghasilkan keuntungan yang memuaskan maka dalam penelitian ini sumber daya perusahaan terutama yang berasal dari bagian pabrik harus digunakan secara optimal. Pengoptimalan penggunaan sumber daya ini juga berpengaruh dari kebijakan pengambil keputusan. Dalam penelitian ini, peran pengambil keputusan sangat penting terutama untuk menentukan prioritas kebijakan yang diambil untuk memenuhi tujuan-tujuan perusahaan dalam berproduksi.
Pada pengkajian di bagian produksi akan dilihat komponen-komponen apa saja yang merupakan variabel yang sangat kritis untuk produksi CPO sehingga menghasilkan CPO dengan rendemen tinggi serta proses berjalan secara efektif dan efisien. Dengan demikian, apabila telah didapatkan variabel-variabel kritisnya maka langkah selanjutnya adalah memfomulasikan permasalahan menggunakan model matematika. Model yang telah disusun kemudian diolah lebih lanjut agar menghasilkan suatu hasil yang optimal sehingga keputusan yang diambil akan tepat sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
(35)
Analisis yang akan digunakan adalah dengan metodegoal programming. Alasan penggunaan metode goal programming karena pada kondisi-kondisi tertentu keputusan yang harus diambil oleh pengambil keputusan di perusahaan tidak hanya terpaku pada satu kategori saja. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tujuan atau sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan dan biasanya tujuan-tujuan tersebut saling bertentangan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, analisis optimasi produksi CPO pada PT. Andira Agro dilakukan dengan menggunakan metodegoal programmingsebagai salah satu langkah perencanaan produksi.
B. PENDEKATAN BERENCANA
Menurut Thierauf dan Klekamp (1983), pendekatan berencana (Planned Approach) dapat digunakan untuk menguraikan permasalahan seperti pertentangan-pertentangan secara objektif, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan alternatif-alternatif yang mempunyai tujuan utama untuk mengembangkan dan menerapkan model-model kuantitatif untuk memecahkan masalah yang spesifik.
Penelitian ini menggunakan model kuantitatif, oleh karena itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berencana. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah persediaan bahan baku, komponen proses produksi, transportasi, komponen-komponen biaya produksi, sifat target produksi CPO dan lain-lain. Skema tahapan pendekatan berencana dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tahapan-tahapan dalam pendekatan berencana yang akan dilakukan, diuraikan dalam langkah-langkah berikut :
1. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan secara nyata. Pada tahap ini dilakukan pendataan umum terhadap fakta-fakta yang dapat membantu pengembangan pemahaman terhadap masalah. Selain pendataan dilakukan wawancara terhadap pengambilan keputusan yang terdapat di pabrik dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan apa, dimana, kapan, siapa, bagaimana dan mengapa.
(36)
2. Perumusan masalah yang sebenarnya dalam perencanaan produksi. Pada tahap ini ditentukan variabel keputusan yang akan digunakan. Tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta kendala-kendala apa saja yang dijadikan pembatas-pembatas terhadap setiap tindakan yang tersedia.
3. Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan melalui :
a. Analisa data untuk mendapatkan model matematik yang menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh dengan tujuan yang hendak dicapai
b. Pengembangan alternatif model berdasarkan pada peubah-peubah keputusan dan kendala yang ada.
4. Pemilihan penyelesaian optimum melalui tahap analisa alternatif-altematif dengan bantuan komputer.
5. Pembuktian penyelesaian optimum melalui tahap implementasi.
6. Pembuatan kendali-kendali yang tepat untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan mempengaruhi penyelesian model. Maksud tahapan ini adalah agar forrnulasi permasalahan menjadi lebih tepat karena adanya umpan balik terhadap observasi awal.
Menurut Handoko (2000) kegiatan yang berlangsung di pabrik merupakan serangkaian aktivitas yang berjalan secara sistematis. Sistem produksi di pabrik adalah proses pengubahan masukan-masukan sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna, seperti digambarkan pada Gambar 1. Proses produksi terkait langsung dengan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor input seperti material (bahan baku), tenaga kerja, modal dan biaya, energi, lahan, waktu, alat transportasi, informasi, proses pengerjaan dan juga faktor outputyaitu berapa banyak produk jadi yang akan dihasilkan.
(37)
Gambar 1. Sistem Produksi (Handoko, 2000)
Untuk memudahkan proses penghitungan dalam penyelesaian model digunakan Software Linear Interactive Diskret Optimizer(LINDO). Software ini menggunakan teknik pemodelan matematik program sasaran linier, yang terdiri dari :
1. pemodelan kendala termasuk kendala sasaran yang digunakan, yaitu:
o Sasaran penggunaan biaya, meminimumkan penyimpangan atas
terhadap sasaran biaya yang telah ditargetkan :
o Sasaran memproduksi CPO berdasarkan target produksi yang
ditetapkan oleh pihak perusahaan. Dalam hal ini akan dilakukan peminimuman penyimpangan bawah terhadap sasaran yang ditetapkan.
o Sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan
Ekonomi P o l i t i k S o s i a l
Perkembangan teknologi, dll Feed Back Information Pengendalian mutu, input,
proses dan teknologi Input
Material
Modal
Tenaga kerja
Energi Lahan waktu Informasi Proses produksi Transformasi dan konversi Output Produk (barang dan jasa)
(38)
persentase rendemen, yang akan diminimumkan adalah penyimpangan bawah persamaan kendala sasaran. Tujuan peminimuman penyimpangan bawah adalah agar TBS terolah seluruhnya sesuai ketentuan rendemen yang berlaku.
o Sasaran untuk mengantisipasi terjadinya over produksi TBS dari setiap
kebun (kebun inti dan kebun plasma). Penyimpangan terhadap sasaran di luar batas toleransi tidak dikehendaki, oleh karena itu penyimpangan yang akan diminimumkan adalah penyimpangan atas dan bawah terhadap sasaran ketersediaan bahan baku.
o Kendala ketersediaan tenaga kerja pabrik
o Kendala ketersediaan tenaga panen dan pengangkutan o Kendala waktu pengolahan
2. Pemodelan fungsi tujuan, yaitu:
o Maksimalkan produksi CPO
o Minimumkan terjadinya over produksi TBS
o Minimumkan penyimpangan kelebihan biaya-biaya o Minimumkan penyimpangan pada fungsi sasaran lainnya
Tahapan Pendekatan Berencana
1. Pengamatan Kegiatan Produksi CPO
Kegiatan produksi yang ada di pabrik kelapa sawit Andira Agro terdiri dari dua kegiatan utama yaitu kegiatan produksi di pabrik dan kegiatan di kebun. Kegiatan produksi CPO diharapkan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Produk CPO yang berkualitas memiliki kadar asam lemak bebas kurang dari 5 persen b/b dan kadar air kurang dari 0,05 persen b/b. Syarat mutu CPO yang baik menurut SNI 01-2901-1992 dapat dilihat pada Tabel 2. Kegiatan produksi CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan bahan baku berupa TBS kelapa sawit, waktu pengolahan, tenaga kerja di pabrik pengolahan, alat transportasi dan proses pengolahan produksi TBS menjadi CPO (nilai rendemen).
(39)
Ketersediaan bahan baku yang merupakan unsur penting dari suatu pengolahan CPO berasal dari kebun inti dan kebun plasma. TBS yang berasal dari kebun inti dan plasma dikelola oleh manajemen yang sama dengan tujuan hasil produksi kebun relatif sama. Dalam usaha produksi TBS kelapa sawit diperlukan biaya untuk menunjang aktivitas tersebut, yaitu berupa biaya panen dan pengumpulan hasil yang meliputi biaya tenaga kerja panen dan pengangkutan, pengangkutan TBS ke pabrik, pemeliharaan jalan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta biaya-biaya lain yang menunjang terhadap hasil produksi.
Tabel 2.Syarat mutu CPO berdasarkan Standar Nasional Indonesia
No. Karakteristik Satuan Syarat
1. Warna
-Kuning jingga sampai hingga
kemerah-merahan 2. Asam lemak bebas
(sebagai asam palmitat)
%
(bobot/bobot) Maks. 5.00
3. Kadar kotoran %
(bobot/bobot) Maks. 0.05
4. Kadar air %
(bobot/bobot) Maks. 0.45 Sumber : SNI 01-2901-1992
2. Identifikasi Permasalahan
Dari hasil pengamatan kegiatan produksi CPO di pabrik maka selanjutnya dilakukan identifikasi dari beberapa permasalahan yang ada, diantaranya adalah :
a. Upaya untuk memproduksi CPO sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. b. Upaya untuk mengantisipasi over produksi TBS, sehingga TBS yang merupakan bahan baku utama CPO dapat diolah seluruhnya dan tidak juga terjadiidle capacity(pengangguran kapasitas).
c. Ketersediaan biaya yang terbatas.
d. Upaya untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan.
(40)
C. TATA LAKSANA 1. Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengumpulan data di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro.
PT. Andira Agro saat ini memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 1.800 Ha dan melakukan kerja sama dengan para petani setempat sehingga mendapatkan tambahan lahan sebanyak 7.500 Ha. PT. Andira Agro ingin mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Perusahaan ini telah merencanakan bahwa kegiatan produksinya nanti berlangsung selama 312 hari dalam satu tahun dan 20 jam satu harinya.
Data dikumpulkan melalui pencatatan hasil wawancara dan diskusi dengan para pengambil keputusan berupa tingkat kepentingan (prioritas) masing-masing sasaran untuk mendapatkan tingkat pembobotan, data dana yang tersedia, jumlah areal lahan, tenaga kerja yang dipakai, waktu kerja, rendemen produksi berdasarkan uji coba dilapangan, target produksi dari perusahaan. Data yang digunakan adalah dalam satuan per tahun. Selain itu, data permintaan CPO dan perkembangan areal lahan perkebunan kelapa sawit serta produksi CPO di Indonesia didapat dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian.
2. Pengolahan Data
Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuansoftwareprogram sasaran linier (Linear Goal Pragramming) yang bernama LINDO. Tahapan tata laksana penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Data yang diperoleh kemudian diolah secara manual untuk mendapatkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai parameter model. Setelah itu, data disusun menurut kegiatannya dan dimasukkan ke dalam model linier. Kegiatan-kegiatan tersebut kemudian disusun menjadi suatu persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan sebagai fungsi kendala sesuai dengan target-target yang ditetapkan untuk model program sasaran linier.
(41)
D. Langkah Pemodelan
Penetapan masukan proses dan keluaran proses merupakan masalah yang dihadapi dalam suatu proses produksi yang menyangkut pengolahan bahan baku. Proses yang karakteristik produknya terdiri dari bermacam-macam spesifikasi yang harus dipenuhi dapat menggunakan model program linier untuk menyelesaikannya. Model program linier tidak dapat digunakan lagi jika diantara karakteristik tersebut terjadi pertentangan (konflik) atau setiap karakteristik mempunyai tingkat kepentingan yang tidak sama atau mempunyai susunan prioritas.
Program sasaran linier adalah salah satu teknik program matematik dalam penelitian operasional untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan keputusan kriteria jamak dan diantara sasarannya terdapat kondisi yang bertentangan. Unsur subyektifitas yang terlibat dalam teknik ini dinyatakan dengan susunan prioritas dan pembobotan.
Dalam pengembangan model program sasaran linier diperlukan tujuh langkah yang harus dilakukan menurut Saepuloh (1987) :
1. Penentuan Variabel Keputusan
Langkah ini merupakan dasar utama dari kegiatan selanjutnya dalam pengembangan model keputusan. Variabel keputusan adalah variabel yang dapat dikendalikan oleh pengambil keputusan. Sebagai standarisasi, variabel keputusan dilambangkan dengan X.
2. Formulasi Fungsi Sasaran
Dalam model keputusan yang dikaji, sasaran-sasaran yang akan diperhatikan merupakan hasil dari keinginan pengambil keputusan dan keterbatasan sumber daya. Dalam perumusan berikutnya jumlah fungsi sasaran diusahakan sesedikit mungkin, sehingga fungsi sasaran yang dianggap kurang penting tidak perlu dilibatkan dalam pemodelan.
Penyederhanaan model tersebut didasarkan atas bertentangan atau tidaknya antara fungsi sasaran satu dengan fungsi sasaran lainnya. Suatu fungsi sasaran dikatakan bertentangan terhadap fungsi sasaran lainnya,
(42)
jika untuk meningkatkan kepuasan fungsi sasaran tertentu dapat menurunkan kepuasan fungsi sasaran yang lain. Kondisi ini dapat dilihat dari nilai variabel keputusan pada saat suatu fungsi sasaran mencapai kondisi optimum.
3. Tujuan Absolut
Dalam pembentukan model program sasaran linier, sering kali ditemukan adanya tujuan absolut yang harus dipenuhi. Tujuan absolut ini merupakan tujuan yang paling utama dan selalu dimasukkan pada prioritas kesatu, sehingga tujuan ini akan diperhatikan lebih dahulu sebelum tujuan yang terdapat pada prioritas yang lebih rendah dipenuhi.
4. Pemilihan Tingkat Prioritas
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa tujuan yang absolut dimasukkan pada prioritas yang pertama. Sementara tujuan yang lainnya dikelompokkan ke dalam prioritas yang lebih rendah sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pengelompokkan fungsi tujuan terhadap prioritasnya ditentukan oleh pengambil keputusan.pada pengkajian masalah ini penentuan tingkat prioritas sesuai dengan diagram alir pada Gambar 2.
5. Pembentukan Fungsi Pencapaian
Fungsi pencapaian merupakan peminimuman deviasi dari sasaran-sasaran yang ditetapkan. Langkah berikutnya setiap fungsi pencapaian harus dihubungkan dengan tingkat prioritas yang telah ditentukan. Bentuk persamaan yang diperoleh sebagai berikut :
Minimumkan :
Z = {P1(W1(di-,di+)),..., Pk(Wk(dk-,dk+))} Untuk i = 1, 2, 3, ...., m
Keterangan :
Pk : Faktor prioritas
Wk : Fungsi linier dari variabel deviasi pada prioritas ke-k Z : Fungsi pencapaian
(43)
M ulai
P enetapan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
P engam bil keputusan atau ahli
P enetapan prioritas
P rogram sasaran
S esuai
S usunan prioritas sasaran
S elesai Y a T idak
Gambar 2. Diagram alir penentuan tingkat prioritas
6. Formulasi Program Sasaran Linier
Berdasarkan pengkajian permasalahan, yaitu menentukan masukan proses secara optimum, diperlukan suatu model keputusan yang sesuai untuk memecahkan masalah ini dengan syarat fungsi sasaran harus linier. Bentuk formulasi program sasaran linier dapat dinyatakan sebagai berikut :
(44)
Tentukan Xj
agar meminimumkan :
Z = {P1(W1(di-,di+)),..., Pk(Wk(dk-,dk+))} dan memenuhi :
a
ijXj + di-- di+= bi gijXj < = > Ck Xj, di-, di+ > 0 untuk i : 1, 2, 3, ...., mj : 1, 2, 3, ...., n k : 1, 2, 3, ...., o
Keterangan :
Z : fungsi pencapaian
Wk : fungsi linier dari variabel deviasi pada prioritas ke-k d- : variabel deviasi negatif
d+ : variabel deviasi positif Xj : variabel keputusan ke-j
a
ij : parameter kendala sasaran baris ke-i kolom-j gij : parameter kendala fungsional baris ke-i kolom-j Ck : Jumlah sumber daya ke-k yang tersedia7. Menghitung Penyelesaian Persoalan
Setelah proses operasi diformulasikan ke dalam model program sasaran linier, langkah selanjutnya mencari penyelesaian model. Untuk memperoleh penyelesaian model program sasaran linier, proses perhitungan dilakukan dengan bantuan perangkat komputer agar diperoleh penyelesaian yang cepat dan ketelitian yang tinggi. Software yang digunakan bernama LINDO.
8. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan penyelesaian optimal yang telah diperoleh, akibat adanya
(45)
perubahan-perubahan parameter model. Analisis sensitivitas sangat penting, karena dalam kenyataannya lingkungan proses sering mengalami perubahan. Dengan berubahnya lingkungan proses, selanjutnya akan mempengaruhi parameter-parameter model yang telah diformulasikan, sehingga kondisi optimal model awal akan berubah. Analisis sensitivitas dapat diketahui dengan bantuan LINDO.
(46)
IV. PENERAPAN MODEL
A. PENGEMBANGAN MODEL 1. Identifikasi Peubah Keputusan
Pabrik kelapa sawit PT. Andira Agro akan memproduksi CPO dari TBS yang berasal dari dua sumber yaitu dari hasil penanaman di kebun inti dan dari hasil pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik kelapa sawit PT. Andira Agro juga membeli dari kebun plasma. Kebun plasma merupakan kebun rakyat yang bekerjasama dengan pihak perusahaan. Analisis dilakukan dalam periode waktu satu tahunan, karena dari perkebunannya sendiri memiliki karakter tanah gambut yang banyak mengandung air dan dilengkapi dengan sistem tersier yang siap digunakan apabila terjadi musim kemarau. Setelah diadakan penelitian mengenai pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segarnya, didapat bahwa produksi perbulannya relatif sama karena kebutuhan airnya selalu tercukupi dari tersier yang bersumber dari sungai di dekat areal tersebut.
Variabel keputusan yang dipilih merupakan variabel yang berasal dari kegiatan-kegiatan produksi yang ada di pabrik kelapa sawit PT. Andira Agro. Kegiatan- kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang terkait langsung dengan kapasitas produksi yaitu keluaran (output) produk CPO di pabrik, jumlah bahan baku dan alat angkut yang diperlukan. Berdasarkan uraian di atas dapat disampaikan bahwa variabel keputusan dalam modelgoal programmingtersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3.Variabel keputusan yang dicari
Kegiatan Variabel keputusan Simbol
Produksi CPO Jumlah produksi CPO (ton) X1
Produksi TBS dari kebun Inti
Jumlah produksi TBS dari kebun
Inti (ton) X2
Produksi TBS dari kebun plasma
Jumlah produksi TBS dari kebun
plasma (ton) X3
(47)
2. Pemodelan Kendala-kendala
Menurut Handoko (2000) sistem produksi di pabrik adalah proses pengubahan masukan-masukan sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Proses produksi terkait langsung dengan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor input seperti material (bahan baku), tenaga kerja, modal dan biaya, energi, lahan, informasi, waktu, alat transportasi, proses pengerjaan dan juga faktor output yaitu berapa banyak produk jadi yang akan dihasilkan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, bahwa perusahaan menginginkan produksi maksimum dengan keterbatasan biaya, bahan baku, tenaga kerja dan waktu olah maka permasalahan dapat diformulasikan ke dalam program sasaran linier sebagai berikut :
Tentukan : X1, X2, X3, X4
Agar meminimumkan : Z : {P1(d-,d+), P2(d-,d+),...Pk(d-,d+)} Sehingga memenuhi :
a. Kendala sasaran biaya pengolahan CPO a X1+ DA – DB = A
b. Kendala sasaran biaya produksi TBS dari kebun inti c X2+ DC – DD = C
c. Kendala sasaran biaya pembelian TBS dari kebun plasma e X3+ DE – DF = E
d. Kendala sasaran target produksi dari perusahaan X1+ DG – DH = G
e. Kendala sasaran ketersediaan TBS dari kebun inti X1+ DI – DJ = I
f. Kendala sasaran ketersediaan TBS dari kebun plasma X1+ DK – DL = K
(48)
g. Kendala sasaran pengolahan TBS di pabrik sesuai ketetapan rendemen o X2+ p X3– X1+ DM – DN = 0
h. Kendala ketersediaan tenaga kerja pabrik r X1< R
i. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Panen Dan Pengangkutan s X2 < S
j. Kendala ketersediaan waktu pengolahan t X1< T
k. Jumlah alat transportasi yang digunakan X4– u X2– v X3= 0
Keterangan :
a : rata-rata biaya pengolahan per ton CPO (Rp/ton CPO) c : rata-rata biaya produksi untuk menghasilkan per ton TBS di
kebun inti (Rp/ton TBS)
e : rata-rata biaya untuk pembelian per ton TBS dari kebun plasma (Rp/ton TBS)
o : Rendemen produksi CPO yang dihasilkan dari tiap ton TBS kebun sendiri atau inti yang diolah
p : Rendemen produksi CPO yang dihasilkan dari tiap ton TBS kebun plasma yang diolah
r : tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan per ton CPO (HK/ton CPO)
s : tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan per ton TBS (HK/ton TBS)
t : waktu yang diperlukan untuk menghasilkan per ton CPO (jam/ton CPO)
u : Jumlah angkutan yang diperlukan untuk mengangkut per ton TBS dari kebun inti per hari (Unit/ton TBS/HK)
(49)
v : Jumlah angkutan yang diperlukan untuk mengangkut per ton TBS dari kebun plasma per hari (Unit/ton TBS/HK) A : Ketersediaan biaya produksi CPO (Rp)
C : Ketersediaan biaya produksi TBS dari kebun inti (Rp) E : ketersediaan biaya pembelian TBS dari kebun plasma (Rp) G : target produksi CPO dari perusahaan
I : jumlah potensi produksi TBS yang dapat dihasilkan dari kebun inti untuk diolah (ton)
K : jumlah potensi produksi TBS yang dapat dihasilkan dari kebun plasma untuk diolah (ton)
R : ketersediaan tenaga kerja pabrik (HK)
S : ketersediaan tenaga kerja panen dan pengangkutan (HK) T : ketersediaan waktu pengolahan maksimum yang tersedia
(jam)
DA : deviasi bawah kendala biaya pengolahan CPO DB : deviasi atas kendala biaya pengolahan CPO
DC : deviasi bawah kendala biaya produksi TBS dari kebun inti DD : deviasi atas kendala biaya produksi TBS dari kebun inti DE : deviasi bawah kendala biaya pembelian TBS dari kebun
plasma
DF : deviasi atas kendala biaya pembelian TBS dari kebun plasma
DG : deviasi bawah target produksi CPO DH : deviasi atas target produksi CPO
DI : deviasi bawah kendala ketersediaan TBS dari kebun inti DJ : deviasi atas kendala ketersediaan TBS dari kebun inti DK : deviasi bawah kendala ketersediaan TBS dari kebun plasma DL : deviasi atas kendala ketersediaan TBS dari kebun plasma DM : deviasi bawah kendala pengolahan TBS
(50)
3. Formulasi Fungsi Tujuan
Kegiatan produksi pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan CPO. Produksi yang diinginkan oleh perusahaan adalah menghasilkan produk CPO yang optimum dengan tetap memperhatikan kendala-kendala sumber daya yang ada di perusahaan.
Oleh karena itu di dalam penelitian ini diformulasikan fungsi tujuan yang ingin dicapai dengan menetapkan sasaran teknis dan finansial yang disesuaikan dengan kemampuan sumber daya dan biaya yang ada.
Fungsi tujuan yang akan digunakan, dimaksudkan untuk memaksimalkan produksi CPO dalam kisaran yang optimal berdasarkan target produksi dari perusahaan. Secara matematis diformulasikan sebagai berikut :
Minimumkan Z = W P
d d
untuk k km
i
i i k
ki 1,2,...., 1
Minimumkan Z=
m i k ki DN DM DL DK DJ DI DH DG DF DE DD DC DB DA P W 1
Fungsi tujuan tersebut adalah mengurutkan sasaran-sasaran dan variabel simpangan berdasarkan prioritasnya. Setiap tingkatan prioritas akan dibedakan dengan menggunakan bobot yang berlainan (WkPk).
Prinsip kerja AHP (Analytical Hierarchy Process) digunakan dalam proses pembobotan. Proses kerja AHP merupakan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) yang memungkinkan tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. Formulir pengisian dapat dilihat pada Gambar 3.
Pemberian nilai kepentingan dari sasaran yang terdapat dalam formulir pengisian dilakukan oleh pengambil keputusan dari perusahaan. Pemberian nilai (pengisian formulir) dilakukan pada kolom-kolom kosongnya saja. Kolom yang bernilai 1 (satu) artinya sasaran pada baris sama pentingnya dengan sasaran pada kolom, karena pada baris dan kolomnya berisi kriteria (sasaran) yang sama. Dengan demikian, nilai-nilai perbandingan relatif dapat diolah untuk menentukan bobot dan peringkat relatif dari seluruh sasaran yang ditetapkan.
(51)
Gambar 3. Formulir pengisian pembobotan sasaran berdasarkan tingkat kepentingan dari sasaran.
Sasaran pemenuhan target produksi CPO Sasaran minimasi biaya-biaya Sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan
ketetapan persentase rendemen Sasaran mengantisipasi over produksi CPO Sasaran pemenuhan target produksi CPO 1 Sasaran minimasi biaya-biaya 1 Sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen 1 Sasaran mengantisipasi over produksi CPO 1 Keterangan :
Misal, yang diisi adalah sasaran baris dan sasaran kolom 1 , sasaran baris sama penting dengan sasaran kolom 3 , sasaran baris sedikit lebih penting dari sasaran kolom 5 , sasaran baris jelas lebih penting dari sasaran kolom
7 , sasaran baris sangat jelas lebih penting dari sasaran kolom 9 , sasaran baris mutlak lebih penting dari sasaran kolom 2,4,6,8 , apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Apabila sasaran kolom yang di pentingkan, maka nilainya adalah 1/nilai tingkat kepentingannya.
(52)
Sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu :
Sasaran pemenuhan target produksi CPO
Sasaran pemenuhan target produksi CPO menyesuaikan target yang ditetapkan oleh pihak perusahaan. Pada sasaran ini akan diminimumkan penyimpangan bawah (deviasi bawah) terhadap sasaran.
Sasaran minimasi biaya-biaya
Sasaran nilai biaya (sumber dana) yang ada dan telah ditetapkan oleh perusahaan. Meminimumkan biaya-biaya yang ditanggung dalam berproduksi (biaya pengolahan TBS menjadi CPO, biaya produksi TBS di kebun inti, biaya pembelian TBS di kebun inti). Pada sasaran ini akan diminimumkan penyimpangan atas (deviasi atas) terhadap sasaran.
Sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen
Sasaran ini menghendaki bahwa TBS yang akan diolah, hasilnya akan sesuai dengan hitungan persentase rendemen yang telah diuji dari hasil penelitian pendahuluan di perusahaan tersebut. Pada sasaran ini akan diminimumkan penyimpangan bawah (deviasi bawah) terhadap sasaran.
Sasaran mengantisipasi over produksi TBS
Mengantisipasi terjadinya over produksi TBS dari kebun inti dan plasma (waktu pemanenan TBS hendaknya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk produksi) agar tidak terjadi kelebihan (over produksi) dan kekurangan (idle produksi). Pada sasaran ini akan diminimumkan penyimpangan bawah (deviasi bawah) dan penyimpangan atas (deviasi atas) terhadap sasaran.
(53)
B. PENYUSUNAN MODEL 1. Pemodelan Kendala Sasaran
a. Kendala Sasaran Biaya Produksi CPO
Biaya produksi CPO (Crude Palm Oil) adalah biaya yang digunakan untuk memproduksi TBS atau tandan buah segar menjadi CPO di pabrik. Biaya produksi CPO ini meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, pemeliharaan sarana pabrik, biaya administrasi dan umum pabrik. Biaya produksi menentukan seberapa besar kemampuan pabrik dalam menghasilkan produk. Karena itulah faktor biaya dijadikan faktor kendala dalam penentuan produksi CPO di PT. Andira Agro.
Untuk mendapatkan biaya per ton CPO adalah dengan membagi biaya produksi dengan banyaknya produksi CPO yang dihasilkan. Biaya produksi per ton CPO untuk setiap periode tahun yang di proyeksikan oleh perusahaan adalah Rp. 3.603.000. Biaya produksi per ton CPO ini diperoleh berdasarkan perencanaan perusahaan sendiri dan hasil pengamatan dari pabrik yang telah berproduksi yang ada di sekitar wilayah Musi Banyuasin. Biaya produksi yang direncanakan oleh pihak perusahaan untuk setiap tahunnya Rp. 180.605.556.000.
Pada kendala sasaran biaya produksi CPO yang akan diminimumkan adalah penyimpangan atau deviasi atas (DB).
Model persamaan kendala sasaran untuk biaya produksi CPO dapat disajikan sebagai berikut :
3.603.000 X1+ DA - DB = 180.605.556.000
b. Kendala Sasaran Biaya Produksi TBS Dari Kebun Inti
Biaya produksi dari kebun inti merupakan biaya yang digunakan untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS). Kebun inti memiliki total luas areal 1.800 hektar. Biaya produksi TBS dari kebun inti dikenal juga dengan biaya tanaman. Biaya produksi TBS di kebun inti dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya untuk pemeliharaan tanaman menghasilkan dan biaya panen dan pengumpulan hasil. Biaya pemeliharaan tanaman
(54)
menghasilkan meliputi biaya pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta biaya pemeliharaan menghasilkan. Biaya panen dan pengumpulan hasil meliputi biaya pekerja panen, premi pengawas serta biaya pengangkutan ke pabrik. Penggunaan biaya produksi TBS yang terbesar adalah biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan khususnya untuk biaya pemupukan. Menurut Risza (1994), biaya pemupukan porsinya sekitar 40-60 persen dari biaya pemeliharaan, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas sudah tentu sangat tinggi.
Pemupukan ini juga sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan sumber daya alam seperti iklim, tanah, dan topografi. Oleh karena itulah manajemen pabrik harus benar-benar memperhatikan hal ini, terutama mengenai efisiensi dan efektifitas pemupukan di lapangan harus tepat seperti tepat dosis, tepat tabur, tepat jenis dan tepat waktu atau frekuensi.
Biaya produksi per ton TBS untuk periode anggaran perusahaan setiap tahun adalah Rp. 739.000. Harga ini ditetapkan berdasarkan harga jual-beli TBS yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, para pemilik Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan petani setempat (Anonim, 2005b). Perusahaan menetapkan nilai ini sebagai biaya per ton TBS dari kebun inti karena perusahaan induk memisahkan antara manajemen kebun dengan manajemen pabrik. Manajemen kebun dibuat terpisah dengan tujuan perkebunan inti akan berkembang lebih baik oleh tim tersendiri yaitu manajemen kebun. Perkembangan kebun inti diarahkan pada peningkatan luas perkebunan inti guna menyediakan kebutuhan bahan baku pabrik agar lebih terjamin jumlah dan persediaannya. Jadi, statusnya pabrik membeli TBS dari kebun inti. Biaya yang dipersiapkan oleh perusahaan untuk produksi TBS di kebun inti tiap tahunnya adalah Rp. 29.807.742.000. Kendala sasaran biaya produksi TBS yang akan diminimumkan adalah deviasi atas (DD) terhadap target biaya yang ditetapkan.
Model persamaan kendala sasaran untuk biaya produksi TBS dari kebun inti adalah :
(1)
Rio Armindo. F34101076. Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming. Di bawah bimbingan :Sukardi.2006
RINGKASAN
Permintaan minyak kelapa sawit kasar (CPO) di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pihak-pihak yang berkaitan dalam produksi CPO memerlukan suatu usaha tertentu agar proses produksi berjalan baik dan sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di pabrik guna mencukupi permintaan konsumen. Penggunaan barang dan modal yang optimal dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional pabrik dan juga mendukung mutu produk. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan perencanaan produksi CPO yang baik. Perencanaan dapat dilakukan dengan metode matematik program sasaran linier (linear goal programming).
Penelitian di PT. Andira Agro bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor produksi yang terlibat dalam perencanaan produksi CPO, (2) mendapatkan tingkat kapasitas produksi yang optimal dengan menggunakan program sasaran linier.
Ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada keadaan yang berpengaruh pada pencapaian optimasi produksi CPO, khususnya kegiatan di kebun untuk menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS), yang merupakan bahan baku utama CPO, dan kegiatan di pabrik untuk menghasilkan CPO.
Optimasi produksi dilakukan dengan menggunakan program sasaran (goal programming) dan penyelesaian model dilakukan dengan bantuan programLinear Interactive Discrete Optimizer (LINDO). Dalam teknik pemodelannya, dilakukan identifikasi terhadap variabel keputusan (nilai peubah) yang akan dicari, kendala-kendala yang ada dan fungsi tujuan yang ingin dicapai. Kendala-kendalanya adalah kendala fungsional (kendala yang ada dalam proses kerja/produksi) dan kendala sasaran (kendala yang membatasi suatu sasaran). Model program sasaran dalam penelitian ini memiliki 4 variabel keputusan, 4 kendala fungsional dan 7 kendala sasaran. Variabel keputusan yang digunakan adalah jumlah produksi CPO (X1), jumlah TBS dari kebun inti (X2), jumlah TBS dari kebun plasma (X3) dan jumlah alat angkut (X4). Kendala fungsional yang diperhitungkan adalah ketersediaan tenaga kerja pabrik, ketersediaan tenaga kerja pengangkutan di kebun, ketersediaan waktu pengolahan CPO dan ketersediaan alat transportasi yang digunakan. Kendala fungsional merupakan kendala yang mendukung proses produksi tetapi tidak secara langsung mengarah pada sasaran. Kendala sasarannya adalah (1) biaya produksi CPO, (2) biaya produksi TBS dari kebun inti, (3) biaya pembelian TBS dari kebun plasma, (4) target produksi CPO, (5) ketersediaan TBS kebun inti, (6) ketersediaan TBS kebun plasma dan (7) pengolahan TBS.
Fungsi tujuan dibuat berdasarkan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh PT. Andira Agro yaitu pemenuhan target produksi CPO, minimasi biaya-biaya, pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen dan antisipasi over produksi TBS.
Hasil analisis goal programming yang dilakukan menggunakan LINDO memperoleh nilai fungsi tujuan (Zmin) sebesar 4231 yang merupakan nilai minimal dari hasil penampungan penyimpangan-penyimpangan (deviasi) yang tidak dikehendaki terhadap sasaran. Angka produksi CPO terbaik adalah sebesar 48000
(2)
ton. Jumlah produksi TBS dari kebun inti sebanyak 40335 ton. Jumlah pembelian TBS dari kebun plasma sebanyak 190522 ton. Jumlah alat transportasi berupa truk angkut sebanyak 31 unit. Rendemen yang didapat menurut hasil optimasi adalah sebesar 20.8 persen yang sebelumnya ditargetkan sebesar 22 persen. TBS yang ada di kebun tidak terolah seluruhnya, sedangkan perusahaan menginginkan seluruh bahan baku yang ada di kebun dapat diolah seluruhnya. Sasaran minimasi biaya pengolahan CPO, biaya produksi TBS dan biaya pembelian TBS dari kebun plasma tercapai. Sedangkan upaya untuk pencegahan terjadinya over produksi dan kekurangan TBS dari tiap kebun, sasaran untuk mengolah TBS sesuai ketetapan rendemen dan pemenuhan target produksi CPO dari perusahaan tidak tercapai.
(3)
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit PT. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming“ merupakan hasil karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, Januari 2006
Yang Membuat Pernyataan
Rio Armindo F 34101076
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Belitang, pada tanggal 10 Maret 1983, merupakan putra ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ali Bakri dan Ibu Rosmala Dewi (Alm.). Pendidikan dasar penulis diselesaikan di SD Xaverius 15 Belitang pada tahun 1995. Pendidikan lanjutan pertama penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP Negeri 1 Belitang. Tahun 2001, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Belitang dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknologi industri Pertanian.
Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, keolahragaan dan kegiatan organisasi, baik tingkat departemen maupun institut, diantaranya sebagai pengurus HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri), staf kementerian Departemen Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa IPB, sebagai anggota Forum Komunikasi Industri dan anggota dalam IPB Debating Community. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Menggambar Teknik dan Sistem Informasi Manajemen di Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB. Prestasi penulis semasa kuliah adalah menjuarai lomba karya tulis bahasa Inggris tingkat nasional bersama tim (2005) dengan judul paper “Halal Assurance System as Tool for Three Zero Concept in Food Industrial Practices”, juara 1 basket pada SPORTIN, menghasilkan VCD profil Departemen Teknologi Industri Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Penulis melaksanakan Praktek Lapangan di PT. Indolakto, Cicurug dengan judul laporan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Produk Susu UHT di PT. Indolakto, Cicurug, Sukabumi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun skripsi yang berjudul Penentuan Kapasitas Optimal Produksi Cpo (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit Pt. Andira Agro Dengan Menggunakan Goal Programming.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oil) Di Pabrik Kelapa Sawit Andira Agro dengan menggunakan Goal Programming” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan yang bahagia ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, pengarahan, kerjasama, semangat, nasehat serta kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan Elisa Anggraeni, STP, MSc. selaku dosen penguji yang bersedia memberikan berbagai masukan yang sangat bermanfaat bagi perbaikan tulisan ini.
3. Bapak Ir. Hardo Wisudo selaku direktur PT. Andira Agro atas kesempatan kerjasama dan bantuan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini, 4. Mbak Rahma, yang banyak membantu memberikan informasi yang
dibutuhkan dan memberikan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi, 5. Alm. MAMA, PAPA, Ta’ci, Ta’ni dan Bibie tercinta atas do’a, dukungan dan
kasih sayangnya yang selalu menyertai penulis,
6. R. Winny Gunantiani Dewi atas perhatian, kasih sayang, motivasi, dorongan, semangat, dukungan do’a yang selalu menemani penulis selama penyusunan skripsi ini,
7. Keluarga Alm. Dr. Ir. Rd. Wisnu Gunarso, MSc khususnya Ibu, Onya dan Baby yang juga memberikan doa dan semangat kepada penulis,
8. Teman-teman Al-Afkar, Mas Jam, Mas Kamto, Antolin, Suhe, Budi, Asep, Bendot, Edoy, Nuno dan Lendi yang banyak memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini,
(6)
9. Teman-teman TIN 38, Ferry, Linda, Citra, Dhani dan warga Sakinah, Rizka, Djauhar, Nisa serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungannya sehingga skripsi ini bisa selesai.
Penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca secara umum. Penulis sangat menghargai saran dan kritik yang membangun demi perbaikan tulisan selanjutnya.
Bogor, Januari 2006