VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

Prioritas 2 P2 = Sasaran penggunaan biaya, dimana disini akan diminimumkan penyimpangan sasaran diatas biaya yang telah ditargetkan untuk biaya-biaya : sasaran biaya pengolahan TBS menjadi CPO; biaya produksi TBS di kebun inti; biaya pembelian TBS dari kebun plasma. Penyimpangan yang akan diminimumkan adalah deviasi bawah sasaran terhadap target biaya yang ditetapkan. Prioritas 3 P3 = Sasaran untuk mengantisipasi terjadinya over produksi TBS dari setiap kebun kebun inti dan kebun plasma. Penyimpangan terhadap sasaran di luar batas toleransi tidak dikehendaki, oleh karena itu penyimpangan yang akan diminimumkan adalah penyimpangan atas dan bawah terhadap sasaran ketersediaan bahan baku. Prioritas 4 P4 = Prioritas ini mengarah pada sasaran pemenuhan target produksi CPO. Pada prioritas ini akan diminimumkan penyimpangan bawah deviasi bawah terhadap sasaran. Model fungsi tujuan dengan pemberian prioritas didalamnya adalah : Minimumkan Z = 0.532DM + 0.248DB+DD+DF + 0.165DI+DJ+DK+DL + 0.055DG

C. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL

Verifikasi adalah memeriksa sistem model dengan logika dan atau analitik secara teoritik. Verifikasi dapat dibedakan menurut tahap pemodelannya, yaitu verifikasi model konseptual dan verifikasi logis. Verifikasi model konseptual adalah pengujian relevansi asumsi-asumsi dan teori-teori yang dipegang oleh pengambil keputusan dan analisis dalam melakukan cara pandang point of view situasi masalah. Verifikasi logis adalah tahap memeriksa dilibatkan atau diabaikannya variabel Simatupang, 1999. Verifikasi dan validasi dilakukan terutama untuk menghindari terjadinya kesalahan logik yang mungkin timbul. Verifikasi dalam tahap ini termasuk verifikasi teoritik, yakni memeriksa kesesuaian model dengan prinsip-prinsip yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa model dapat bekerja mewakili sistem nyatanya dan memberikan solusi yang masuk akal logis. Beberapa pendekatan yang sering dipakai dalam verifikasi model adalah : 1 menelusuri apakah konsistensi pemakaian relasi dan fungsi pada model sesuai dengan aturan matematika; dan 2 bila dimungkinkan menggambarkan fungsi suatu variabel terhadap variabel lainnya pada sebuah grafik untuk beberapa nilai-nilai taksiran, misalnya dalam koordinat kartesian jika hanya dua variabel. Langkah ini dilakukan untuk memeriksa pola kecenderungan perubahan suatu variabel yang disebabkan oleh variabel yang lain, misalnya bila kedua variabel tersebut diformulasikan menguat secara linier, maka pola grafik untuk beberapa nilai taksiran harus juga memperlihatkan kecenderungan menguat secara linier Daalen dan Thissen, 2001. Model linear goal programming dibuat berdasarkan permasalahan yang ada di PT. Andira Agro untuk mendapatkan nilai optimal kapasitas produksi pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Dalam linear goal programming, hal- hal yang harus diperhatikan adalah variabel, kendala sasaran dan fungsi tujuan. Variabel pertama yang ditentukan adalah jumlah CPO yang akan dihasilkan. Kemudian, untuk menghasilkan CPO tersebut harus direncanakan jumlah bahan baku tandan buah segar yang dibutuhkan, baik itu dari kebun inti maupun kebun plasma. Tandan buah segar tersebut harus sampai ke pabrik dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk mengurangi penurunan kualitasnya sebagai bahan baku. Oleh karena itu, perlu alat transportasi untuk mengangkut bahan baku agar segera tibe ke pabrik dalam waktu yang relatif cepat. Persamaan kendala dibuat berdasarkan prinsip linear goal programming yang merupakan pengembangan dari linear programming. Kendala-kendala yang dibentuk disesuaikan dengan sasaran yang ditetapkan, yakni untuk sasaran minimasi biaya, kendala yang dapat diidentifikasi adalah kendala sasaran biaya produksi CPO, kendala sasaran biaya produksi TBS di kebun inti dan kendala sasaran biaya pembelian TBS di kebun plasma. Persamaan kendala sasaran minimasi biaya menggunakan data biaya produksi per ton CPO, biaya produksi perton TBS, biaya pembelian per ton TBS pada PT. Andira Agro serta sasaran biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan dalam proses produksinya. Persamaan kendala untuk sasaran target produksi CPO dari perusahaan adalah berdasarkan perkiraan jumlah bahan baku yang tersedia di kebun, sehingga apabila bahan baku diolah akan menghasilkan CPO sebanyak 56100 ton CPO. Kendala untuk sasaran mengantisipasi over produksi TBS adalah perencanaan kebutuhan bahan baku TBS dari kebun agar pada saat pemanenan untuk memenuhi kebutuhan pabrik tidak terjadi kelebihan atau kekurangan bahan baku. Oleh karena itu pada persamaannya disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku yang ada di kebun. Demikian pula halnya dengan persamaan kendala sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen bahwa CPO yang dihasilkan adalah 22 persen dari bahan baku yang diolah. Angka tersebut diperoleh berdasarkan pengujian oleh pihak perusahaan sendiri dalam skala kecil dan sesuai dengan data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Persamaan kendala lainnya disesuaikan dengan kondisi suatu pabrik beroperasi, yaitu waktu produksi, tenaga kerja dan alat transportasi yang digunakan. Kendala-kendala ini digunakan karena berhubungan dengan variabel keputusan yang diinginkan. Hal yang harus juga diperhatikan pada model linear goal programming adalah persamaan fungsi tujuannya. Fungsi tujuan dalam linear goal programming merupakan minimasi penyimpangan-penyimpangan dari sasaran yang ingin dicapai. Fungsi tujuan yang terbentuk berdasarkan sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu minimasi biaya-biaya, pemenuhan target produksi, pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen serta mengantisipasi over produksi TBS. Nilai penyimpangan yang diminimasi pada sasaran minimasi biaya adalah nilai simpangan atas dari kendala sasaran biaya produksi CPO, sasaran biaya produksi TBS di kebun inti dan sasaran biaya pembelian TBS dari kebun plasma. Nilai penyimpangan yang diminimasi pada sasaran pemenuhan target produksi adalah nilai simpangan bawah dari kendala sasaran pemenuhan target produksi. Nilai penyimpangan yang diminimasi pada sasaran pemenuhan target pengolahan TBS sesuai dengan ketetapan persentase rendemen adalah nilai simpangan bawah dari sasaran ketetapan persentase rendemen. Nilai penyimpangan yang diminimasi pada sasaran mengantisipasi over produksi TBS adalah nilai simpangan bawah dan simpangan atas pada kendala sasaran ketersediaan bahan baku agar tidak terjadi kelebihan dan kekurangan bahan baku yang dapat mengganggu produksi dan dapat merusak bahan baku. Model yang sudah sesuai dengan gambaran nyatanya diolah dengan program LINDO sebagai data input. Uji coba pemrosesan pengolahan data dengan LINDO dilakukan setelah data dimasukkan. Dari hasil uji coba menyatakan bahwa model yang dibuat dapat diterima program LINDO, tidak menunjukkan adanya error kesalahan struktur model dan menghasilkan keluaran berupa nilai optimal dari variabel keputusan yang dicari. Validasi merupakan tahap akhir dalam pengembangan model untuk memeriksa model dengan meninjau apakah keluaran model sesuai dengan sistem nyata. Model yang telah dibuat diuji validitasnya dengan menunjukkan hasil uji coba pemrosesan pengolahan model dengan perkiraan yang telah dibuat oleh perusahaan. Menurut perusahaan, model yang dibuat telah sesuai dengan keadaan sebenarnya di PT. Andira Agro. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pemodelan ini juga sesuai dengan asumsi-asumsi yang dibuat oleh perusahaan. Begitu juga dengan keluaran model yang dibuat, sesuai dengan perkiraan yang telah dibuat oleh perusahaan. Dengan demikian, model yang telah dibuat bisa diterima dan digunakan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. FAKTOR PRODUKSI

Faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi sangat penting untuk diketahui dalam rangka perencanaan produksi pada masa yang akan datang. Proses produksi akan berjalan lancar dan keuntungan dapat meningkat lebih tinggi jika faktor-faktor produksi tersebut dikelola dengan baik. Namun apabila tidak dapat dikelola dengan baik maka proses produksi berjalan kurang baik dan dapat merugikan perusahaan. Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di PT. Andira Agro menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh besar dalam proses produksi pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah modal atau biaya, bahan baku, tenaga kerja, waktu kerja, alat transportasi dan metode kerja. Biaya yang digunakan adalah biaya untuk produksi pengolahan kelapa sawit menjadi CPO termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya lain-lain. Selain biaya produksi CPO, biaya lainnya adalah biaya produksi TBS di kebun inti atau sendiri dan biaya pembelian TBS di kebun plasma. Faktor produksi bahan baku sangat mempengaruhi proses produksi di pabrik ini. Ketersediaan bahan baku diperhitungkan untuk merencanakan proses produksi di pabrik ini. Berapa banyak bahan baku yang tersedia, menjadi perhitungan untuk merencanakan kapasitas produksi di suatu perusahaan. Tenaga kerja dan waktu kerja dibutuhkan untuk menjalankan sistem produksi di PT. Andira Agro. Dengan tenaga kerja dan waktu kerja yang mencukupi akan dapat mendukung proses produksi berjalan dengan lancar. Selain itu, alat transportasi juga mendukung proses produksi dalam hal ketepatan waktu bagi bahan baku untuk tiba di pabrik dari kebun. Kelapa sawit yang dipanen pada hari tersebut harus diolah pada hari yang sama agar kualitasnya tetap baik. Kelapa sawit sangat mudah rusak jika terlalu lama dibiarkan setelah proses pemanenannya, terutama apabila terkena sinar matahari langsung dan berada pada suhu diatas 37 o C. Hal ini terjadi akibat enzim-enzim lipase endogenus memiliki aktifitas optimum pada kondisi suhu tersebut. Enzim lipase endogenus merupakan enzim yang terdapat secara