Irwan 2003 mencatat ada 163 kasus penyakit Hirschsprung dari enam provinsi yang diteliti yaitu Sumatera Utara, Aceh, Riau, Sumatera Barat, Jambi dan Bengkulu
pada kurun waktu Januari 1997 sampai dengan Desember 2002 .
18
Dari hasil survei pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan, terdapat 110 bayi yang menderita penyakit Hirschsprung pada tahun 2010-2012. Rincian setiap
tahunnya yaitu pada tahun 2010 ada sebanyak 35 bayi, tahun 2011 sebanyak 25 bayi, dan tahun 2012 sebanyak 50 bayi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik bayi yang menderita penyakit Hirschsprung
di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik bayi yang menderita penyakit Hirschsprung menurut sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, daerah asal, dan asal
rujukan. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita yang menderita penyakit
Hirschsprung berdasarkan status rawatan yang meliputi keluhan utama, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi,
sumber biaya, lama rawatan rata-rata, dan keadaan sewaktu pulang c. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung berdasarkan jenis kelamin d. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis e. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata bayi yang menderita
penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis f.
Untuk mengetahui distribusi proporsi komplikasi pada bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis
g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis pada bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang
i. Untuk mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang bayi yang
menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi
Universitas Sumatera Utara
j. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata bayi yang menderita
penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai masukan bagi pihak RSUP H. Adam Malik Medan dalam upaya meningkatkan pelayanannya, khususnya pada penanggulangan bayi yang
menderita penyakit Hirschsprung. 1.4.2. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
dan untuk menambah wawasan dan penerapan ilmu yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan di FKM USU Medan.
1.4.3. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung juga disebut dengan aganglionik megakolon kongenital adalah salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal bayi berumur
0-28 hari.
15
Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit dari usus besar kolon berupa gangguan perkembangan dari sistem saraf enterik. Pergerakan dalam usus
besar didorong oleh otot. Otot ini dikendalikan oleh sel-sel saraf khusus yang disebut sel ganglion. Pada bayi yang lahir dengan penyakit Hirschsprung tidak ditemui
adanya sel ganglion yang berfungsi mengontrol kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam usus distal. Tanpa adanya sel-sel ganglion aganglionosis otot-otot di
bagian usus besar tidak dapat melakukan gerak peristaltik gerak mendorong keluar feses.
17,19
Gambar 2.1 Foto penderita penyakit Hirschsprung berumur 3 hari
2.2 Embriologi Kolon
Dalam perkembangan embriologis normal, sel-sel neuroenterik bermigrasi dari krista neural ke saluran gastrointestinal bagian atas kemudian melanjutkan ke arah
Universitas Sumatera Utara
distal. Sel-sel saraf pertama sampai di esofagus dalam gestasi minggu kelima. Sel-sel saraf sampai di midgut dan mencapai kolon distal dalam minggu kedua belas. Migrasi
berlangsung mula-mula ke dalam pleksus Auerbach, selanjutnya sel-sel ini menuju ke dalam pleksus submukosa. Sel-sel krista neural dalam migrasinya dibimbing oleh
berbagai glikoprotein neural atau serabut-serabut saraf yang berkembang lebih awal daripada sel-sel krista neural.
Glikoprotein yang berperan termasuk fibronektin dan asam hialuronik, yang membentuk jalan bagi migrasi sel neural. Serabut saraf berkembang ke bawah
menuju saluran gastrointestinal dan kemudian bergerak menuju intestine, dimulai dari membran dasar dan berakhir di lapisan muskular.
11
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri berasal dari usus belakang. Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita
yang disebut taenia yang berukuran lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus kantong kecil dan biasa disebut
haustra bejana. Kolon tranversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesentrium.
Gangguan rotasi usus embrional dapat terjadi dalam perkembangan embriologik sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesentrium yang lengkap. Keadaan ini
memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesentrium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya
yang sempit.
20
Universitas Sumatera Utara
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kolon