Pemeriksaan Penunjang Jenis Pemeriksaan Penunjang

menyatakan bahwa gambaran klinis yang paling sering ditemukan adalah distensi abdomen, konstipasi, dan muntah. 40 Demikian pula dengan hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 yang menunjukkan bahwa gambaran klinis yang paling banyak terjadi adalah distensi abdomen, sulit BAB, dan muntah. 27

5.2.3 Pemeriksaan Penunjang

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung dan melakukan pemeriksaan penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung yang Melakukan Pemeriksaan Penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012 Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang melakukan pemeriksaan penunjang lebih besar adalah melakukan pemeriksaan penunjang 85,5 sedangkan tidak melakukan pemeriksaan penunjang 14,5. Universitas Sumatera Utara Ada 16 orang pasien yang tidak melakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan rincian 3 orang menolak dengan alasan biaya karena merupakan pasien umum, 2 orang pasien juga menolak dengan alasan ingin mencari pengobatan di tempat lain, serta 11 orang meninggal tanpa sempat dilakukan pemeriksaan penunjang.

5.2.4 Jenis Pemeriksaan Penunjang

Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis pemeriksaan penunjang di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012 Dari gambar 5.8 dapat dilihat bahwa bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis pemeriksaan penunjang tertinggi adalah pemeriksaan radiologi enema barium 22,3 dan terendah pemeriksaan patologi anatomi 1,1. Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan foto polos abdomen dan terkhusus pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan diagnostik terpenting untuk mendeteksi penyakit Hirschsprung secara dini pada penderita penyakit Hirschsprung. 11 Pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan standart dalam menegakkan penyakit Hirschsprung. Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces. 17 Diagnosis patologi anatomi penyakit Hirschsprung dilakukan melalui prosedur biospsi yang dilaporkan Swenson pada tahun 1955 dengan eksisi seluruh tebal dinding mukulus rektum, sehingga pleksus myenterik dapat diperiksa. Tidak ditemukannya sel ganglion membuktikan diagnosa penyakit ini. Prosedur biopsi ini secara teknik relatif sulit karena memerlukan anastesi umum, juga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan fibrosis yang dapat mempersulit pembedahan selanjutnya. 12 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Monajemzadeh, dkk. di Childrens Medical Center in Tehran, Iran yang menyatakan bahwa enema barium merupakan pemeriksaan penunjang yang paling banyak dilakukan untuk menegakkan diagnosa penyakit Hirschsprung 81,1. 36 Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik tahun 2005-2009 yang menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan radiologis foto polos abdomen 54. 27 Universitas Sumatera Utara

5.2.5 Penatalaksanaan Medis