4.2. Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan
Sosiodemografi
Proporsi karakteristik bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Sosiodemografi f
Umur 0 – 28 hari
28 hari – 1 tahun 66
44 60,0
40,0 Jumlah
110 100,0
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan 80
30 72,7
27,3 Jumlah
110 100,0
Daerah Asal Kota Medan
Luar Kota Medan 16
94 14,5
85,5 Jumlah
110 100,0
Asal Rujukan
Rumah Sakit Umum Kabupaten Kota Rumah Sakit Swasta KabupatenKota
Dokter Praktik Umum dan Spesialis LangsungTanpa Dirujuk
57 28
5 20
51,8 25,5
4,5 18,2
Jumlah 110
100,0
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi umur bayi lebih besar adalah pada kelompok umur 0-28 hari 60,0 sedangkan pada kelompok umur 28 hari-1 tahun
sebesar 40,0. Proporsi jenis kelamin lebih besar adalah laki-laki yaitu sebesar 72,7 sedangkan perempuan sebesar 27,3. Proporsi daerah asal lebih besar adalah
Universitas Sumatera Utara
luar Kota Medan 85,5 sedangkan Kota Medan 14,5. Proporsi asal rujukan tertinggi adalah rumah sakit kabupatenkota 51,8 dan terendah dokter praktik umum
dan spesialis 4,5.
4.3 Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan
Status Rawatan
Proporsi karakteristik bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan status rawatan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Status Rawatan di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Status Rawatan f
Keluhan Utama Perut kembung
Perut membesar Sulittidak bisa BAB
Muntah 12
62 25
11 10,9
56,4 22,7
10,0
Jumlah 110
100,0
Gambaran Klinis Distensi abdomen, tidaksulit BAB,
keterlambatan mekonium Distensi abdomen, tidaksulit BAB, muntah
Distensi abdomen, keterlambatan mekonium, BAB
Distensi abdomen, BAB, muntah Distensi abdomen, muntah, keterlambatan
mekonium 49
29 4
16 12
44,5 26,4
3,6 14,6
10,9
Jumlah 110
100,0
Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan penunjang 94
85,5 Tidak melakukan pemeriksaan penunjang
16 14,5
Jumlah 110
100,0
Universitas Sumatera Utara
Jenis Pemeriksaan Penunjang Foto polos abdomen
Enema barium Patologi anatomi
16 21
1 17,0
22,3 1,1
Foto polos abdomen + enema barium Enema barium + retensi barium
Enema barium + patologi anatomi Foto polos abdomen + enema barium + retensi
barium Enema barium + retensi barium + patologi
anatomi 18
16 2
19
1 19,1
17,0 2,1
20,2
1,1 Jumlah
94 100,0
Penatalaksanaan Medis Tidak diterapi
Bedah 65
45 59,1
40,9 Jumlah
110 100,0
Komplikasi Ada komplikasi
Tidak ada komplikasi 22
88 20,0
80,0 Jumlah
110 100,0
Ada Komplikasi Sepsis
Stenosis Enterokolitis
17 2
3 77,3
9,1 13,6
Jumlah 22
100,0
Sumber Biaya Biaya sendiri
ASKES Jamkesmas
JPKMS Jampersal
JKA SKTM
17 3
47 8
6 2
27 15,5
2,7 42,7
7,3 5,5
1,8
24,5 Jumlah
110 100,0
Keadaan Sewaktu Pulang Pulang Berobat Jalan PBJ
Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS Meninggal
53 33
24 48,2
30,0 21,8
Jumlah 110
100,0
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah perut membesar 56,4 dan
Universitas Sumatera Utara
terendah muntah 10,0. Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan gambaran klinis tertinggi adalah distensi abdomen, tidaksulit BAB,
keterlambatan mekonium 44,5 dan terendah distensi abdomen, BAB, muntah 3,6. Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan pemeriksaan
penunjang tertinggi adalah bayi yang melakukan pemeriksaan penunjang 86,4 dan terendah bayi yang tidak melakukan pemeriksaan penunjang 13,6. Jenis
pemeriksaan penunjang tertinggi adalah pemeriksaan enema barium 22,3 dan terendah patologi anatomi 2,4. Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung
berdasarkan penatalaksanaan medis lebih besar adalah tidak diterapi 59,1 sedangkan bedah 40,9. Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung
berdasarkan komplikasi lebih besar adalah tidak ada komplikasi 80,0 dibandingkan ada komplikasi 20,0. Jenis komplikasi tertinggi adalah sepsis 77,3 dan terendah
stenosis 9,1. Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah Jamkesmas 42,7 dan terendah JKA 1,8. Proporsi
bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah Pulang Berobat Jalan PBJ 48,2 dan terendah meninggal 21,8.
Case Fatality Rate CFR bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 adalah 21,8.
4.3.2 Lama Rawatan Rata-rata
Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirscshsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Lama Rawatan
Rata-rata Bayi
yang Menderita
Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung
Mean SD Standard Deviation
95 CI Minimum
Maximum 13,56
11,90 11,31 – 15,81
1 62
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah 13,56 hari atau 14 hari. SD Standar Deviasi 11,90
hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 62 hari.
4.4 Analisa Statistik
4.4.1 Umur Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin
Proporsi umur bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Umur Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Umur Bayi 0-28 hari
28 hari-1 tahun Total
No Jenis Kelamin
f f
f
1. Laki-laki
46 57,5
34 42,5
80 100,0
2. Perempuan
20 66,7
10 33,3
30 100,0
p= 0,382 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung berjenis kelamin laki-laki lebih besar pada kelompok umur bayi 0-28 hari yaitu 57,5, dibandingkan pada kelompok umur bayi 28 hari-1 tahun yaitu
42,5. Pada bayi dengan jenis kelamin perempuan lebih besar pada kelompok umur
Universitas Sumatera Utara
bayi 0-28 hari yaitu 66,7, sedangkan pada kelompok umur bayi 28 hari-1 tahun yaitu 33,3.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur bayi berdasarkan
jenis kelamin.
4.4.2 Umur Bayi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Proporsi umur bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Bayi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Umur Bayi 0-28 hari
28 hari-1 tahun Total
No Penatalaksanaan Medis
f f
F
1. Tidak diterapi
52 80,0
13 20,0
65 100,0
2. Bedah
14 31,1
31 68,9
45 100,0
p= 0,000 Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pada bayi yang tidak diterapi
proporsi umur bayi lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari 80,0, sedangkan pada kelompok umur 28 hari-1 tahun 20,0. Pada penatalaksanaan medis bedah,
proporsi umur bayi lebih besar pada kelompok umur 28 hari-1 tahun 68,9, sedangkan pada kelompok umur 0-28 hari 31,1.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur bayi berdasarkan
penatalaksanaan medis.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-
2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Lama Rawatan
Rata-rata Bayi
yang Menderita Penyakit
Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Lama Rawatan Rata-rata No.
Penatalaksanaan Medis f
X SD
1. Tidak diterapi
65 8,02
8,247 2.
Bedah 45
21,58 11,879
p= 0,000 Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang
tidak diterapi adalah 8,02 8 hari sedangkan lama rawatan rata-rata bayi dengan penatalaksanaan medis bedah adalah 21,58 22 hari.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh p0,05 artinya data lama rawatan tidak berdistribusi normal sehingga tidak
dapat dilakukan dengan uji t-test kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p0,05. Hal ini berarti ada perbedaan
bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis.
4.4.4 Komplikasi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Proporsi komplikasi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Komplikasi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Komplikasi
Ada
Komplikasi
Tidak Ada Komplikasi
Total No
Penatalaksanaan Medis
f f
f
1. Tidak diterapi
16 24,6
49 75,4
65 100,0
2. Bedah
6 13,3
39 86,7
45 100,0
p=0,146 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pada bayi yang tidak diterapi,
proporsi komplikasi lebih besar adalah tidak ada komplikasi 75,4 sedangkan ada komplikasi 24,6. Pada bayi dengan penatalaksanaan medis bedah, proporsi
komplikasi lebih besar adalah tidak ada komplikasi 86,7 sedangkan ada komplikasi 13,3.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara komplikasi berdasarkan
penatalaksanaan medis.
4.4.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Komplikasi
Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Lama Rawatan Rata-rata Bayi No.
Komplikasi f
X SD
1. Ada Komplikasi
22 15,05
15,990 2.
Tidak Ada Komplikasi 88
13,19 10,734
Universitas Sumatera Utara
p=0,946 Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi
dengan ada komplikasi adalah 15,05 15 hari, sedangkan tidak ada komplikasi 13,19 13 hari.
Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi.
4.4.6 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penatalaksanaan medis bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-
2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Penatalaksanaan Medis
Tidak
diterapi
Bedah Total
No Keadaan Sewaktu Pulang
f f
f
1. Pulang Berobat Jalan PBJ
16 30,2
37 69,8
53 100,0
2. Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS
27 81,8
6 18,2
33 100,0
3. Meninggal
22 91,7
2 8,3
24 100,0
p=0,000 Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada bayi yang pulang berobat
jalan, proporsi penatalaksanaan medis lebih banyak dilakukan adalah bedah 69,8 sedangkan yang tidak diterapi 30,2. Pada bayi yang pulang atas permintaan sendiri,
proporsi penatalaksanaan medis lebih banyak dilakukan adalah tidak diterapi 81,8 sedangkan bedah 18,2. Pada bayi yang meninggal, proporsi penatalaksanaan medis
lebih banyak dilakukan adalah tidak diterapi 91,7 sedangkan bedah 8,3.
Universitas Sumatera Utara
CFR berdasarkan penatalaksanaan medis lebih besar pada bayi yang tidak diterapi 33,8 sedangkan bedah 4,4. CFR bayi yang tidak diterapi tetapi tidak
mengalami komplikasi 20,4. CFR bayi yang tidak diterapi serta mengalami komplikasi 75,0. Sedangkan CFR bayi dengan tindakan bedah serta mengalami
komplikasi 33,3. Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang
artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
4.4.7 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi
Proporsi keadaan sewaktu pulang bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2010-2012
Keadaan Sewaktu Pulang
PBJ PAPS
Meninggal
Total No
Komplikasi f
f f
f
1. Sepsis
1 5,9
3 17,6
13 76,5
17 100,0
2. Stenosis
2 100,0
0,0 0,0
2 100,0
3. Enterokolitis
1 33,3
1 33,3
1 33,3
3 100,0
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada bayi dengan komplikasi sepsis proporsi keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah meninggal 76,5 sedangkan
terendah PBJ 5,9. Pada bayi dengan komplikasi stenosis, proporsi keadaan sewaktu
Universitas Sumatera Utara
pulang PBJ 100,0. Pada bayi dengan komplikasi enterokolitis, proporsi keadaan sewaktu pulang PBJ, PAPS, dan meninggal masing-masing 33,3.
CFR berdasarkan komplikasi lebih besar pada bayi yang mengalami komplikasi 63,6 sedangkan bayi yang tidak mengalami komplikasi 11,4. CFR
bayi dengan komplikasi sepsis adalah 76,5, stenosis 0, dan enterokolitis 33,3. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan karena terdapat 8 sel 88,9 yang memiliki nilai expected count kurang dari 5.
4.4.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-
2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.14 Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Lama Rawatan Rata-rata Bayi
No. Keadaan Sewaktu Pulang
f X
SD
1. Pulang Berobat Jalan PBJ
53 17,89
10,606 2.
Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS 33
8,82 6,807
3. Meninggal
24 10,54
16,376 χ2= 28,081
df= 2 p=0,000
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi dengan pulang berobat jalan 17,89 18 hari, pulang atas permintaan sendiri 8,82 9
hari, sedangkan yang meningggal 10,54 11 hari.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan
Sosiodemografi 5.1.1
Umur
Proporsi umur bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2010-2012
Dari gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur bayi lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari 60,0 dibandingkan dengan kelompok umur 28 hari-1
tahun 40,0. Penyakit Hirschsprung merupakan penyebab terbanyak obstruksi kolon pada neonatal 0-28 hari.
34
Berdasarkan hasil penelitian Nasir, dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung banyak terjadi pada
kelompok umur 1 bulan.
35
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Monajemzadeh, dkk. di Childrens Medical Center in Tehran, Iran yang menyatakan bahwa penyakit
Hirschsprung banyak terjadi pada kelompok umur neonatal.
36
Hasil penelitian Irawan pada kurun waktu 1997-2002 di RSUD Pirngadi dan RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak bayi yang
menderita penyakit Hirschsprung adalah 0-1 bulan.
18
5.1.2 Jenis Kelamin
Proporsi jenis kelamin bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin yang lebih besar adalah laki-laki 72,7 sedangkan perempuan 27,3. Penyakit Hirschsprung terjadi
Universitas Sumatera Utara
empat kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Namun para peneliti masih menyelidiki mengapa hal tersebut dapat terjadi.
37
Berdasarkan hasil penelitian Ryan, dkk. di Children’s Hospital Medical Center and the Department of Surgery, Harvard Medical School, Boston tahun 1969-
1985 menyatakan bahwa bayi yang menderita penyakit Hirschsprung terbanyak pada laki-laki 80.
38
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Izadi, dkk. di Specialized Re-ferral Medical Center at Poursina Hospital, Gilan, Iran Utara pada tahun 1995-
2001 yang menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung terjadi lebih banyak pada bayi berjenis kelamin laki-laki 67.
39
Penelitian Irawan pada kurun waktu 1997-2002 di RSUD Pirngadi dan RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa bayi yang terbanyak menderita penyakit
Hirschsprung adalah laki-laki 82,3.
18
Hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 juga menyatakan bahwa penyakit Hirschsprung lebih banyak terjadi pada bayi yang
berjenis kelamin laki-laki 72.
27
5.1.3 Daerah Asal
Proporsi daerah asal bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Daerah Asal Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi daerah asal bayi lebih besar berasal dari luar Kota Medan 85,5 dibandingkan dengan bayi yang berasal
dari Kota Medan 14,5. Banyaknya penderita yang berasal dari luar Kota Medan kemungkinan disebabkan fungsi RSUP H. Adam Malik sebagai pusat rujukan
kesehatan untuk wilayah Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darusssalam, Sumatera Barat, dan Riau. Adapun proporsi penderita yang berasal dari luar Kota Medan
mencakup Deli Serdang 21,2, Langkat 15,9, Aceh 11,7, Tapanuli Selatan 8,5, Labuhan Batu Selatan dan Binjai masing-masing 6,3, Asahan, Karo, Serdang
Bedagai, dan Simalungun masing-masing 5,2, Tobasa 2,1, dan Dairi, Nias, serta Tapanuli Tengah masing-masing 1.
Universitas Sumatera Utara
5.1.4 Asal Rujukan
Proporsi asal rujukan bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Asal Rujukan Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi asal rujukan tertinggi yaitu Rumah Sakit Umum KabupatenKota 51,8 dan terendah dokter praktik umum
dan spesialis 4,5. Asal rujukan Rumah Sakit Umum KabupatenKota merupakan asal rujukan
tertinggi kemungkinan disebabkan karena masyarakat berasumsi rumah sakit umum menerima lebih banyak jenis pembayaran yang akan memudahkan pasien dalam hal
biaya seperti pelayanan Jamkesmas atau SKTM Surat Keterangan Tanda Tak Mampu.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan
Status Rawatan 5.2.1
Keluhan Utama
Proporsi keluhan utama bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Keluhan Utama Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi keluhan tertinggi yaitu perut membesar 56,4 dan terendah muntah 2,4. Penyakit Hirschsprung terjadi akibat
kegagalan sel-sel neuroblas bermigrasi ke dinding usus sehingga menyebabkan tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatis otonom pada pleksus submukosa Meissner dan
myenterik Auerbach. Persarafan parasimpatik yang tidak sempurna mengakibatkan peristaltik abnormal pada kolon usus besar sehingga proksimal yang normal akan
melebar oleh tinja yang tertimbun, membentuk megakolon yang dapat membuat perut bayi membesar.
11,12
Universitas Sumatera Utara
Keadaan fisik bayi abnormal perut membesar tentu dapat dilihat dan diamati secara langsung oleh orang tua sehingga masalah ini kerap menjadi keluhan utama
orang tua membawa bayi untuk diperiksa oleh petugas kesehatan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Nasir dkk. di Pediatric
Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 yang menyatakan perut membesar adalah keluhan terbanyak yang dikatakan oleh orang tua yang memiliki bayi dengan
penyakit Hirschsprung.
35
Berdasarkan penelitian Henna, dkk. pada tahun 2009 di Institute of Child Healthand Mayo Hospital, Lahore, Pakistan dinyatakan bahwa keluhan utama orang
tua dari bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah perut membesar.
40
5.2.2 Gambaran klinis
Proporsi gambaran klinis bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Gambaran Klinis Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi gambaran klinis bayi yang menderita penyakit Hirschsprung tertinggi adalah distensi abdomen, tidaksulit BAB,
keterlambatan mekonium 44,5 dan terendah distensi abdomen, keterlambatan mekonium, BAB 3,6.
Bayi secara normal akan mengeluarkan mekonium feses pertama bayi yang baru lahir dalam usia 24-48 jam pertama. Namun, pada bayi dengan penyakit
Hirschsprung hal ini tidak terjadi karena tidak adanya sel-sel ganglion pada usus yang berfungsi mengatur kontraksi dan relaksasi pada usus. Hal ini pulalah yang
menyebabkan bayi dengan penyakit Hirschsprung kerap mengalami konstipasi atau sulit bahkan tidak dapat BAB Buang Air Besar. Motilitas yang abnormal pada usus
membuat feses tertahan di dalam kolon tanpa dapat dilakukan evakuasi feses secara spontan. Kegagalan mengeluarkan feses tersebut juga mengakibatkan terjadinya
dilatasi proksimal dan distensi abdomen perut membesar.
41,42
Berdasarkan hasil penelitian Nasir, dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 menyatakan bahwa gambaran klinis yang paling banyak
ditemukan pada bayi dengan penyakit Hirschsprung adalah distensi abdomen, konstipasi sulit BAB, dan keterlambatan mekonium.
35
Hasil penelitian Izadi, dkk. di Specialized Re-ferral Medical Center at Poursina Hospital, Gilan, Iran Utara pada tahun 1995-2001 juga mendukung bahwa
distensi abdomen, konstipasi, dan keterlambatan mekonium menjadi gambaran klinis yang paling banyak ditemukan pada penderita penyakit Hirschprung.
39
Namun, hal berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian Henna, dkk. pada tahun 2009 di Institute of Child Healthand Mayo Hospital, Lahore, Pakistan yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa gambaran klinis yang paling sering ditemukan adalah distensi abdomen, konstipasi, dan muntah.
40
Demikian pula dengan hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 yang menunjukkan bahwa gambaran klinis yang paling banyak
terjadi adalah distensi abdomen, sulit BAB, dan muntah.
27
5.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung dan melakukan pemeriksaan penunjang di RSUP H. Adam Malik Medan 2010-2012 dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung yang Melakukan Pemeriksaan Penunjang di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012 Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang melakukan
pemeriksaan penunjang lebih besar adalah melakukan pemeriksaan penunjang 85,5 sedangkan tidak melakukan pemeriksaan penunjang 14,5.
Universitas Sumatera Utara
Ada 16 orang pasien yang tidak melakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan rincian 3 orang menolak dengan alasan biaya karena merupakan pasien
umum, 2 orang pasien juga menolak dengan alasan ingin mencari pengobatan di tempat lain, serta 11 orang meninggal tanpa sempat dilakukan pemeriksaan
penunjang.
5.2.4 Jenis Pemeriksaan Penunjang
Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis pemeriksaan penunjang di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Penunjang di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.8 dapat dilihat bahwa bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan jenis pemeriksaan penunjang tertinggi adalah pemeriksaan
radiologi enema barium 22,3 dan terendah pemeriksaan patologi anatomi 1,1.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan foto polos abdomen dan terkhusus pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan diagnostik terpenting untuk mendeteksi penyakit
Hirschsprung secara dini pada penderita penyakit Hirschsprung.
11
Pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan standart dalam menegakkan penyakit
Hirschsprung. Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni
foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces.
17
Diagnosis patologi anatomi penyakit Hirschsprung dilakukan melalui prosedur biospsi yang dilaporkan Swenson pada tahun 1955 dengan eksisi seluruh
tebal dinding mukulus rektum, sehingga pleksus myenterik dapat diperiksa. Tidak ditemukannya sel ganglion membuktikan diagnosa penyakit ini. Prosedur biopsi ini
secara teknik relatif sulit karena memerlukan anastesi umum, juga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan fibrosis yang dapat mempersulit pembedahan
selanjutnya.
12
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Monajemzadeh, dkk. di Childrens Medical Center in Tehran, Iran yang menyatakan bahwa enema barium
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling banyak dilakukan untuk menegakkan diagnosa penyakit Hirschsprung 81,1.
36
Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik tahun 2005-2009 yang menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang yang paling
banyak dilakukan adalah pemeriksaan radiologis foto polos abdomen 54.
27
Universitas Sumatera Utara
5.2.5 Penatalaksanaan Medis
Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H.
Adam Malik Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis lebih besar yaitu bayi yang tidak
diterapi 59,1 dibandingkan bedah 40,9. Tindakan bedah yang dilakukan terdiri atas kolostomi sebanyak 10 orang 22,2 dan bedah definitif 35 orang 77,8.
Tindakan yang dilakukan pada bayi yang tidak diterapi berupa pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan pemasangan infus untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
12,33
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nasir, dkk. di Pediatric Surgical Unit Nigeria pada tahun 1998-2005 yang menyatakan bahwa
penatalaksanaan medis yang lebih banyak dilakukan adalah bedah.
35
5.2.6 Komplikasi
Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2010-2012 Dari gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung lebih besar yaitu tidak mengalami komplikasi 80,0 sedangkan ada komplikasi 20,0. Komplikasi yang dialami diantaranya 17 orang sepsis 77,3, 2
orang stenosis 9,1, dan 3 orang enterokolitis 13,6.
Universitas Sumatera Utara
Infeksi pada penyakit Hirschsprung bersumber pada kondisi obstruksi usus letak rendah. Distensi usus mengakibatkan hambatan sirkulasi darah pada dinding
usus, sehingga dinding usus mengalami iskemia dan anoksia. Jaringan iskemik mudah terinfeksi oleh kuman dan kuman menjadi lebih virulen. Terjadi invasi kuman
dari lumen usus ke mukosa, submukosa, lapisan muscular, dan akhirnya ke rongga peritoneal atau terjadi sepsis.
11
Perawatan serta penanganan yang terlambat menjadi salah satu penyebab tingginya kejadian sepsis pada bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Izadi, dkk. di Specialized Re-
ferral Medical Center at Poursina Hospital, Gilan, Iran Utara pada tahun 1995-2001 yang menyatakan bahwa komplikasi yang paling banyak ditemukan pada bayi yang
menderita penyakit Hirschsprung adalah enterokolitis .
39
5.2.7 Sumber Biaya
Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan sumber biaya di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.11 Diagram Bar Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit
Hirschsprung Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung berdasarkan sumber biaya tertinggi yaitu jamkesmas 42,7 dan terendah JKA 1,8. JKA Jaminan Kesehatan Aceh merupakan jaminan kesehatan
yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Aceh. Tingginya proporsi bayi dengan sumber pembiayaan Jamkesmas dapat
diasumsikan karena sebagian besar orang tua dari bayi yang menderita di RSUP H. Adam Malik Medan berasal dari sosial ekonomi rendah.
Sebanyak 16 orang pasien dengan biaya sendiri merupakan pasien rujukan luar Kota Medan serta 1 orang merupakan pasien yang berasal dari Kota Medan.
Pasien-pasien ini merupakan pasien yang harus dirujuk walaupun pada saat dating ke rumah sakit tidak memiliki jaminan kesehatan yang dibiayai oleh pemerintah. Lama
Universitas Sumatera Utara
rawatan dari pasien yang dirawat dengan biaya sendiri juga cukup singkat yaitu 5 hari dengan keadaan sewaktu pulang PBJ 2 orang, PAPS 9 orang, dan meninggal 6 orang.
Berdasarkan hasil penelitian Golberg di Baltimore City and County, Maryland dikatakan bahwa tidak ada ditemukan hubungan antara kejadian penyakit
Hirschsprung dengan kondisi sosial-ekonomi keluarga.
43
5.2.8 Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2010-2012
Dari gambar 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah PBJ Pulang
Berobat Jalan 48,2 dan terendah meninggal 21,8.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya bayi yang PBJ di RSUP H. Adam Malik Medan dikarenakan bayi dengan penyakit Hircshsprung tetap harus mendapat perawatanterapi obat baik pra
atau pasca penatalaksanaan medis yang dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi.
Bayi yang meninggal disebabkan karena terjadinya komplikasi dan dengan prognosis yang buruk. Penyebab bayi meninggal di antaranya adalah GSOM Gagal
Sistem Organ Multiple 22 orang serta sepsis 2 orang. GSOM merupakan penyebab kematian tersering pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif non-koroner
dan juga merupakan penyebab tersering morbiditas dan perawatan yang lama. Salah satu faktor resiko utama terjadinya GSOM adalah sepsis. Pada kasus sepsis, terdapat
penurunan tekanan perfusi sistemik yang mengakibatkan iskemia sistem organ. Perfusi jaringan menjadi inadekuat dan terjadi gangguan distribusi aliran darah yang
membawa oksigen, nutrient, dan zat-zat penting lainnya.
44
CFR bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 adalah 21,8. Angka kematian untuk penyakit
Hirschsprung berkisar antara 1-10. Tingginya angka kematian bayi akibat penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik kemungkinan disebabkan karena
terlambatnya penanganan atau pengobatan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena mayoritas bayi adalah pasien rujukan dari luar Kota Medan. Kondisi bayi yang
datang ke RSUP H. Adam Malik sudah dalam keadaan buruk seperti pucat, daya hisap lemah, mengalami dehidrasi, demam, dan sesak nafas.
Universitas Sumatera Utara
5.2.9 Lama Rawatan Rata-rata
Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung adalah 13,56 hari atau 14 hari. SD Standar Deviasi 11,90 hari dengan lama rawatan
minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 62 hari. Bayi yang menderita penyakit Hirschsprung paling lama dirawat 62 hari
berjumlah 1 bayi dengan jenis kelamin perempuan, pasien rujukan dari Kabupaten Karo, tindakan bedah berupa kolostomi, mengalami komplikasi sepsis serta luka
operasi terbuka, sumber biaya SKTM, dan keadaan sewaktu pulang adalah meninggal yang terjadi akibat GSOM.
Sementara itu bayi yang menderita penyakit Hirschsprung yang dirawat hanya dalam 1 hari berjumlah 6 bayi, dengan status pulang atas permintaan sendiri 2 bayi,
dan meninggal 4 bayi. Empat bayi yang meninggal dengan lama rawatan 1 hari merupakan pasien rujukan luar Kota Medan yang pada saat datang ke RSUP H.
Adam Malik kondisi tubuh sudah dalam keadaan buruk.
5.3 Analisa Statistik
5.3.1 Umur Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin
Proporsi umur bayi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.13 Diagram Bar Proporsi Umur Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi bayi dengan jenis kelamin laki-laki, lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari yaitu 57,5, demikian pula
dengan jenis kelamin perempuan lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari yaitu 66,7.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur bayi berdasarkan
jenis kelamin. Hal ini berarti bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung
pada kelompok umur 0-28 hari tidak berbeda secara bermakna pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Demikian pula dengan bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung pada kelompok umur 28 hari-1 tahun tidak berbeda secara bermakna pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Universitas Sumatera Utara
5.3.2 Umur Bayi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Proporsi umur bayi berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.14 Diagram Bar Proporsi Umur Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.14 dapat dilihat bahwa pada bayi yang tidak diterapi, proporsi umur lebih besar pada kelompok umur 0-28 hari 80, sedangkan pada bayi dengan
penatalaksanaan medis bedah, proporsi umur lebih besar ada pada kelompok umur 28 hari – 1 tahun 68,9.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur bayi berdasarkan
penatalaksanaan medis. Penatalaksanaan medis khusus untuk penyakit Hirschsprung ditentukan oleh
dokter yang menangani bayi tersebut berdasarkan besarnya masalah yang terjadi,
Universitas Sumatera Utara
umur dari bayi, kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta toleransi terhadap obat- obatan tertentu.
45
Haricharan dkk. mengatakan bahwa bahwa tindakan bedah biasanya dilakukan pada saat umur bayi 3 bulan – 1 tahun.
46
Berdasarkan hasil penelitian Henna, dkk. pada tahun 2009 di Institute of Child Healthand Mayo Hospital, Lahore,
Pakistan menyatakan bahwa tindakan bedah dilakukan pada bayi berumur 6-12 bulan.
40
5.3.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Proporsi lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-
2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.15 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.15 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang tidak diterapi adalah 21,58 hari 22 hari, sedangkan lama rawatan rata-rata bayi
dengan penatalaksanaan medis non-bedah adalah 8,02 hari 8 hari. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh p0,05 artinya data
lama rawatan tidak berdistribusi normal sehingga tidak dapat dilakukan dengan uji t- test kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-Whitney
diperoleh nilai p0,05, hal ini berarti ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis.
Penatalaksanaan medis bedah memiliki lama rawatan rata-rata yang lebih lama kemungkinan disebabkan karena persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum
melakukan tindakan bedah seperti proses administrasi, terapi medis untuk menunjang kondisi tubuh bayi, serta konseling dengan orang tua bayi mengenai segala
kemungkinan yang akan terjadi pada tindak pembedahan.
5.3.4 Komplikasi Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Proporsi komplikasi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.16 Diagram Bar Komplikasi Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.16 dapat dilihat bahwa bayi yang tidak diterapi, proporsi lebih besar tidak mengalami komplikasi 75,4. Demikian pula bayi dengan
penatalaksanaan medis bedah, proporsi yang lebih besar adalah tidak mengalami komplikasi 86,7.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara komplikasi berdasarkan
penatalaksanaan medis. Hal ini berarti bahwa proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung
yang mengalami komplikasi tidak berbeda secara bermakna pada penatalaksanaan medis non-bedah dan bedah. Demikian pula dengan bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung yang tidak mengalami komplikasi tidak berbeda secara bermakna pada penatalaksanaan medis non-bedah dan bedah.
5.3.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Komplikasi
Universitas Sumatera Utara
Proporsi lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Gambar 5.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.17 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang mengalamiada komplikasi adalah 15,05 hari 15 hari sedangkan bayi yang
tidak mengalamitidak ada komplikasi adalah 13,19 hari 13 hari. Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p0,05, hal ini berarti tidak ada
perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi.
5.3.6 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penatalaksanaan medis bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medis Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010- 2012
Dari gambar 5.18 dapat dilihat bahwa pada bayi yang PBJ Pulang Berobat Jalan, proporsi penatalaksanaan medis lebih besar adalah bedah 69,8. Bayi yang
PAPS Pulang Atas Permintaan Sendiri, proporsi penatalaksanaan medis lebih besar adalah tidak diterapi 81,8 sedangkan pada bayi yang meninggal, proporsi
penatalaksanaan medis lebih besar adalah tidak diterapi 91,7. CFR berdasarkan penatalaksanaan medis lebih besar pada bayi yang tidak diterapi 33,8 sedangkan
bayi dengan penatalaksanaan medis bedah 4,4. Bayi yang meninggal karena tidak diterapi tetapi tidak mengalami komplikasi
ada 10 orang CFR=20,4. Namun, tidak ada satu orang bayi pun yang meninggal setelah mendapat tindak pembedahan serta tidak mengalami komplikasi.
Universitas Sumatera Utara
Bayi yang meninggal karena tidak diterapi serta mengalami komplikasi ada 12 orang CFR=75,0. Sedangkan bayi yang meninggal setelah mendapat tindakan
bedah karena mengalami komplikasi ada 2 orang CFR=33,3. Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p0,05 yang
artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Keberhasilan pengobatan bayi dengan penyakit Hirschsprung tergantung pada diagnosis dan pengobatan dini. Keterlambatan diagnosis serta penanganan merupakan
faktor yang memperburuk keadaan pasien terutama dalam terjadinya invasi kuman yang dapat mengakibatkan komplikasi. Penyakit Hirschsprung dapat ditangani
dengan melakukan operasi. Secara umum, 90 pasien dengan penyakit Hirschsprung memiliki prognosis yang baik apabila mendapat tindak pembedahan.
23
Jika tidak, penyakit Hirschsprung dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk dalam
beberapa kasus, kematian.
41
5.3.7 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi
Proporsi keadaan sewaktu pulang bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan komplikasi di RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2012
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Bayi yang Menderita Penyakit Hirschsprung Berdasarkan Komplikasi di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-2012 Dari gambar 5.19 dapat dilihat bahwa pada bayi yang mengalami sepsis,
proporsi keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah meninggal 76,5. Bayi yang mengalami stenosis, keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah PBJ 100,0.
Sedangkan bayi yang mengalami enterokolitis, proporsi keadaan sewaktu pulang PBJ, PAPS, dan meninggal masing-masing 33,3.
CFR berdasarkan komplikasi lebih besar pada bayi yang mengalami komplikasi 63,6 sedangkan bayi yang tidak mengalami komplikasi 11,4. CFR
bayi dengan komplikasi sepsis adalah 76,5, stenosis 0, dan enterokolitis 33,3. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan karena terdapat 8 sel 88,9 yang memiliki nilai expected count kurang dari 5.
Bayi yang mengalami komplikasi lebih banyak yang meninggal disebabkan oleh GSOM Gagal Sistem Organ Multiple yang merupakan akibat dari terjadinya
Universitas Sumatera Utara
sepsis. Sedangkan bayi yang tidak mengalami komplikasi lebih banyak yang berobat jalan karena kondisi kesehatan bayi tersebut memungkinkan untuk dilakukan
perawatan di rumah.
5.3.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi lama rawatan rata-rata bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.20 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010-
2012
Berdasarkan gambar 5.20 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang keadaan sewaktu pulang PBJ Pulang Berobat Jalan 17,89 18 hari, meninggal
10,54 11 hari, sedangkan PAPS Pulang Atas Permintaan Sendiri 8,82 9 hari. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p0,05 artinya ada
perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan
Universitas Sumatera Utara
sewaktu pulang. Hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata bayi yang keadaan sewaktu pulang PBJ secara bermakna lebih lama daripada yang pulang atas
permintaan sendiri dan meninggal. Bayi yang PBJ merupakan bayi yang tetap dirawat di rumah sakit sampai
dokter yang merawat bayi tersebut menyatakan bahwa kondisi bayi sudah cukup baik untuk dilakukan perawatan di rumah. Sedangkan bayi yang pulang atas permintaan
sendiri memiliki lama rawatan rata-rata tersingkat karena orang tua lebih memilih untuk merawat anaknya sendiri atau mencari pengobatan di luar RSUP H. Adam
Malik. Barry Barber dan David Johnson pada tahun 1973 berhasil menciptakan suatu
metode yang digambarkan dalam sebuah grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pelayanan rawat inap rumah sakit. Konsep Barber
Johnson digunakan dalam manajemen rumah sakit untuk menilai efisiensi manajemen perawatan. Salah satu indikatornya adalah lama rawatan rata-rata atau Length of Stay
LOS. Standar efisiensi LOS 3-12 hari dan LOS dianjurkan serendah mungkin tanpa
mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan.
47
Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Barber Johnson maka pelayanan medis di RSUP H. Adam Malik dapat
dikatakan tidak efisien. Lamanya LOS dapat disebabkan oleh proses administrasi rumah sakit yang lambat, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien atau kebijaksanaan di bidang medis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan sosiodemografi tertinggi yaitu pada kelompok umur 0-28 hari 60,0, jenis
kelamin laki-laki 72,7, daerah asal luar Kota Medan 85,5, dan asal rujukan Rumah Sakit Umum Pemerintah KotaKabupaten 51,8.
6.1.2 Proporsi bayi yang menderita penyakit Hirschsprung berdasarkan status rawatan tertinggi yaitu keluhan utama perut membesar 56,4, gambaran
klinis berupa distensi abdomen, tidaksulit BAB, keterlambatan mekonium 44,5, melakukan pemeriksaan penunjang 85,5, jenis pemeriksaan
penunjang pemeriksaan enema barium 44,6, penatalaksanaan medis non- bedah 59,1, tidak ada komplikasi 80,0, sumber biaya jamkesmas 42,7,
keadaan sewaktu pulang PBJ 48,2. 6.1.3 Lama rawatan rata-rata bayi yang menderita penyakit Hirschsprung 13,56 hari
14 hari. 6.1.4 Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi umur bayi
berdasarkan jenis kelamin p=0,382. 6.1.5 Terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi umur bayi berdasarkan
penatalaksanaan medis p=0,000. 6.1.6 Terdapat perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan
penatalaksanaan medis p=0,000. 6.1.7 Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara komplikasi berdasarkan
penatalaksanaan medis p=0,146.
Universitas Sumatera Utara
6.1.8 Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan komplikasi p=0,946
6.1.9 Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang p=0,000
6.1.10 Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi tidak dapat dilakukan karena
terdapat sel dengan expected count 5. 6.1.11 Terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan
keadaan sewaktu pulang p=0,000
6.2 Saran