Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, manusia tidak terlepas dari unsur seni, khususnya yang berkaitan dengan seni musik. Penggunaan musik itu memang berbeda seiring dengan fungsi dari musik itu, kapan dan dimana digunakan. Selain itu, konsep dan pemahaman tentang musik itu berbeda pengertiannya dalam setiap kelompok masyarakat. Konsep dan makna musik dalam setiap kebudayaan itu sendiri biasanya memang cenderung dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat pendukung suatu kebudayaan musik itu sendiri. Demikian juga halnya terjadi dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, dimana musik itu mempunyai makna dan fungsi tersendiri. Dalam setiap aktivitas upacara adat masyarakat Batak Toba biasanya selalu berdampingan dengan kegiatan musikal, dimana musik itu sendiri berfungsi sebagai pelengkap dan pengiring dalam upacara adat. Upacara adat dalam masyarakat Batak Toba yang menggunakan musik masih dapat kita jumpai hingga saat ini karena itu merupakan sebuah hasil karya cipta, karsa dan rasa yang nyata yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba itu sendiri. Dalam kehidupan sosial masyarakat Batak Toba kegiatan musik itu juga mempunyai makna dan tujuan yang berbeda, dimana itu terjadi berdasarkan penggunaannya seperti dalam konteks upacara adat, ritual keagamaan, maupun dalam konteks pertunjukan yang bersifat hiburan. Universitas Sumatera Utara Selain melihat dari sisi fungsi dan penggunaan musik dalam masyarakat Batak Toba tersebut, memang ada sisi lain yang juga sangat perlu diperhatikan, yaitu suatu unsur dinamika perubahan dan perkembangan. Sejak dimulainya suatu kebudayaan masyarakat Batak Toba mulai dari masa nenek moyang masyarakat Batak Toba, kebudayaan itu tidak terlepas dari suatu perubahan atau pun perkembangan. Baik itu dilihat dari fungsi dan penggunaan, cara-cara bermusik, status sosial musisi maupun hingga alat musik yang digunakan. Namun yang paling menonjol perubahan yang terjadi dalam kegiatan musikal masyarakat Batak Toba, itu ditandai dengan sebelum dan sesudah masuknya ajaran agama Kristen ke daerah masyarakat Batak Toba. Sebelum masuknya agama Kristen di tanah Batak, alat musik yang digunakan dalam upacara adat tradisi, ataupun upacara ritual lainnya adalah ensambel gondang sabangunan dan ensambel uning-uningan yang digunakan untuk memanggil arwah nenek moyang dan dalam konteks acara adat lainnya Monang Asi Sianturi: hal 1 1 1 Dikutip dari tesis Monang Asi Sianturi, pada program studi MagisterS2 Penciptaan dan Pengkajian Seni dengen judul “Ensambel Musik Tiup Pada Upacara Adat Masyarakat Batak Toba”. Tahun 2012. . Ensambel gondang sabangunan adalah ensambel yang instrumennya terdiri dari : empat buah ogung suspended gong yaitu ogung ihutan, ogung oloan, ogung doal, dan ogung panggora ; lima buah taganing atau gendang single headed braced drum, satu buah odap double headed drum satu buah gordang single headed braced drum, satu buah sarune bolon double reed oboe aerophone, dan satu buah hesek struck idiophone. Keseluruhan alat tersebut tergabung dalam ensambel yang disebut dengan gondang sabangunan Universitas Sumatera Utara Mauli Purba : 2004 2 . Namun setelah masuknya ajaran agama Kristen ke tanah Batak, penggunaan dan fungsi musik dalam budaya masyarakat Batak Toba juga mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena adanya pembatasan dan bahkan pelarangan aktivitas musik tradisi masyarakat Batak Toba yang dilarang oleh pihak gereja. Oleh karena itu misionaris yang membawa paham agama Kristen dalam kesempatan tersebut mulai memperkenalkan alat musik barat, yang diawali dengan alat musik tiup trompet yang kemudian menjadi sebuah ensambel musik tiup atau brass band, Monang Asi Sianturi 3 Adapun alat musik tiup yang berasal dari budaya barat yang dikelompokkan dalam ensambel musik tiup adalah terompet sopran dan alto, trombone baritone dan tenor, tuba, dan contra bass. Seiring berkembangnya ajaran agama Kristen di tanah Batak, maka musik tiup brass band itu pun sudah mulai digunakan dalam upacara adat acara yang bersifat perayaan dalam tradisi Batak Toba. Artinya, musik tiup tidak hanya digunakan dalam acara kebaktian di gereja saja. Sejak saat itulah istilah “musik tiup”untuk kelompok ataupun ensambel musik mulai populer disebut dalam budaya masyarakat Batak Toba. Walaupun digunakan dalam upacara adat, namun repertoar yang dimainkan tetap repertoar dari ensambel gondang. . Musik tiup adalah suatu kesatuan pengelompokan alat musik yang terbuat dari bahan logam, dimana materi penggetar bunyinya dihasilkan oleh udara. 2 Dikutip dari buku “PLURALITAS MUSIK ETNIK” dengan judul makalah Mengenal Tradisi Gondang dan Tortor Pada Masyarakat Batak Toba oleh Drs. Mauly Purba, MA.,PhD, halaman 62. Yang diterbitkan oleh Pusat Doumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak, UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN. 2004 3 Dikutip dari tesis Monang Asi Sianturi, pada program studi MagisterS2 Penciptaan dan Pengkajian Seni dengen judul “Ensambel Musik Tiup Pada Upacara Adat Masyarakat Batak Toba”. Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara Seiring dengan perkembangan istilah musik tiup, alat yang digunakan juga mengalami penambahan seperti saxophone. Perkembangan penggunaan ensambel musik tiup ini bukan hanya berkembang di daerah awalnya musik tiup muncul daerah Toba Samosir khususnya di Desa Tambunan, namun setelah adanya perpindahan penduduk atau migrasi masyarakat Batak Toba khususnya ke kota Medan, penggunaan alat musik tiup ini juga cukup populer digunakan dalam upacara adat masyarakat Batak Toba, khususnya upacara adat kematian. Jika kita lihat saat ini di wilayah kota Medan, istilah musik tiup itu sendiri bukan lagi hanya berpatokan pada alat musik tiup saja, namun sudah menggunakan alat musik gitar, bass, drum set, keyboard dan saxophone. Namun, walaupun penggunaan alat musiknya sudah beda istilah musik tiup tetap masih populer digunakan dalam ensambel alat musik yang berasal dari budaya barat tersebut. Dari penjelasan tersebut, penulis mengasumsikan bahwa dengan terjadinya kontak kebudayaan masyarakat Eropa khususnya yang dibawakan oleh misionaris dengan masyarakat Batak Toba telah membawa dampak perubahan pada budaya masyarakat Batak itu sendiri, dimana terjadi dua kontak budaya yang menghasilkan suatu inovasi pembaharuan. Dalam pertemuan kebudayaan ini ada juga perubahan alat musik yang digunakan, dimana saat ini hampir setiap upacara adat kematian masyarakat Batak Toba dijumpai alat musik barat, tanpa menghilangkan ciri khusus musik Batak namun alat yang digunakan berbeda. Pendapat tersebut juga didukung dengan pendapat Prof. Shin Nakagawa dalam bukunya yang berjudul Musik dan Kosmos hal 19 yang mengatakan bahwa : ……..dalam musik juga sering terjadi peminjaman cirri khusus dari suatu budaya musik…..dalam hal ini pertukaran instrumen juga dapat terjadi, dalam hal ini instrumen Universitas Sumatera Utara tidak harus disertai dengan konsep lamanya. Akan tetapi dalam hal ini composer inovatif tidak membutuhan makna baru tersebut dalam konteks aslinya. Ini merupakan inovasi maka kecil dianggap sebagai bagian kecil dari terakulturasi yang sangat mungkin terjadi. 4 hal tersebut diasumsikan Shin Nakagawa sebagai pengambil alihan ciri khusus musik transfer of discrete musical tarits. Di sisi lain, dampak dari kontak budaya tersebut juga dapat berdampak terhadap percampuran kebudayaan yang saling berdampingan, dimana dua unsur budaya musikal yang bercampur yang saling berdampingan. Sebagai contohnya adalah, konsep musikal Batak Toba yang dulunya dikenal dengan pentatonic terdiri dari 5 nada, setelah terjadinya kontak budaya dengan budaya barat saat ini konsep musikal dari Batak Toba sudah mengenal lebih dari 5 nada atau sudah mengarah pada konsep diatonic ada nada yang berjarak 1 dan ½ laras. Fenomena ini dapat kita jumpai pada masyarakat Batak khususnya yang berada di kota Medan. Prof.Shin Nakagawa dalam buku “Musik dan Kosmos”hal 20 juga mengatakan bahwa : ……..pluralisme biasanya terjadi pada masyarakat urban yang terjadi pada dua atau multi etnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik, pertama saling mencampur unsur musik yang ada menjadi sintesis yang baru dan kedua masing masing hidup berdampingan. 5 4 Dikutip dari buku “Musik dan Kosmos” karangan Prof Shin Nakagawa, hal 19, yang diterbitkan pada tahun 2000. 5 Dikutip dari buku “Musik dan Kosmos” karangan Prof Shin Nakagawa, hal 20, yang diterbitkan pada tahun 2000. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut dikatakan Shin Nakagawa sebagai pluralisme hidup yang berdampingan pluralistic coexistence of music. Atas alasan tersebut maka penulis akan mengkaji tentang percampuran dua kebudayaan yang berfokus alat pada alat musik saxophone. Dimana secara jelas diketahui bahwa saxophone bukan merupakan alat musik tradisi dalam budaya masyarakat Batak Toba, melainkan hasil dari budaya barat, yang pada saat ini telah sering digunakan dalam upacara adat masyarakat Batak Toba khususnya dalam upacara adat kematian. Sejak masuknya saxophone dalam ensambel musik tiup dalam budaya masyarakat Batak Toba, hingga saat ini alat musik ini masih sangat sering kita jumpai digunakan dalam upacara adat kematian masyarakat Batak Toba khususnya yang menggunakan ensambel musik tiup. Fenomena yang dilihat dalam ensambel musik tiup adalah bahwa saxophone sudah berperan sebagai pembawa melodi repertoar gondang untuk mengiringi tortor dalam upacara adat masyarakat Batak Toba di Medan. Pokok pembahasan dalam tulisan ini adalah tentang penggunaan saxophone dalam ensambel musik tiup khususnya yang menyangkut tentang teknik permainan saxophone sehingga dapat diterima oleh masyarakat Batak Toba, dan bagaimana permainan saxophone dapat mengikuti rasa musikalitas masyarakat Batak Toba, sehingga saxophone ini masih sering digunakan dalam upacara adat kematian masyarakat Batak Toba. Asumsi saya, teknik permainan saxophone dalam ensambel musik tiup tidak mengikuti teknik permainan musik barat, melainkan telah menggunakan teknik permainan yang diadopsi dari teknik Universitas Sumatera Utara permainan sulim side blown flute, yang terbuat dari bambu ataupun sarune etek single reed aerophone , sehingga dengan adanya adopsi teknik permaian tersebut bunyi yang dihasilkan oleh saxophone dapat diterima oleh masyarakat Batak Toba, khususnya di kota Medan. Asumsi dari penulis tersebut juga didukung oleh pendapat dari Marsius Sitohang musisi Batak dan juga dosen praktek musik Toba di Departemen Etnomusikologi USU juga mengakui memang harus ada teknik permainan khusus untuk memainkan saxophone dalam membawakan repertoar gondang supaya rasa musik Toba-nya terasa. Hal tersebut diakuinya karena menurut pengakuan beliau, dia juga pernah memainkan saxophone pada era tahu 1980-an, dan menurut beliau dia mengadopsi teknik permainan sulim dalam memainkan saxophone. 6 Berdasarkan asumsi dan yang didukung oleh pendapat dari praktisi alat musik saxophone dalam ensambel musik tiup tersebut, maka penulis akan mengangkat sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Teknik Permainan Saxophone Dalam Ensambel Musik Tiup Untuk Mengiringi Upacara Adat Kematian Batak Toba di Kota Medan”. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, keberadaan musik saxophone dalam mengiringi upacara adat dalam budaya masyarakat Batak Toba, penulis akan mengkaji tentang teknik permainan saxophone dalam memainkan repertoar gondang. Adapun yang menjadi pokok permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah : 6 Wawancara pada tanggal 15 januari 3013, bertempat di gedung Etnomusikologi USU Universitas Sumatera Utara 1. Bagaimana teknik permainan saxophone dalam ensambel musik tiup ? Hal ini untuk melihat bagaimana teknik permainan saxophone dalam memainkan repertoar dalam mengiringi upacara adat masyarakat Batak Toba, serta untuk melihat bagaimana eksistensi saxophone dalam ensambel musik tiup serta hubungannya dengan rasa musikalitas masyarakat Batak Toba sehingga saxophone masih tetap dipertahankan untuk digunakan dalam upacara adat masyarakat Batak Toba. 2. Bagaimana penggunaan saxophone dalam ensambel musik tiup ? Hal ini akan melihat tentang sejarah masuknya saxophone dan bagaimana peranan saxophone dalam ensambel musik tiup. 3. Bagaimana stuktur melodi yang dimainkan saxophone dalam memainkan repertoar gondang ? Pokok permasalahan yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk melihat bagaimana saxophone memainkan melodi repertoar gondang serta melihat struktur melodi yang dimainkan saxophone, apakah masih terfokus pada konsep melodi musik barat atau lebih kepada konsep melodi musik batak. Namun pembahasan ini tidak terlalu mendalam, karena itu penulis lebih memfokuskan ke dalam konteks pokok permasalahan yang pertama dan kedua. Penulis membuat pokok permasalahan ini untuk melihat dimana teknik permainan saxophone itu digunakan dalam membawakan suatu repertoar. Dari pokok permasalahan di atas penulis akan melihat beberapa pokok permasalahan aspek musik tentang bagaimana penyajian saxophone dalam Universitas Sumatera Utara ensambel musik tiup serta struktur melodi saxophone serta bagaimana proses belajar, gaya permainan dalam memainkan repertoar gondang, serta menyangkut tentang kesejarahan mengenai musik tiup secara umum dan saxophone secara khusus. Untuk mengkaji pokok permasalahan di atas maka penulis akan membuat beberapa alasan untuk melakukan penelitian, konsep penelitian, hipotesa dasar yang tentunya akan dilandaskan pada beberapa teori dasar yang akan menjadi landasan penulis untuk melakukan penelitian. 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan