perforasi sentral membran timpani dari pasien otitis media kronis, 38 mengalami pertumbuhan epidermal di mucocutaneus junction yang
terletak di permukaan dalam dari perforasi Chole Nason, 2009.
3.Teori hiperplasia sel basal
: pada tahun 1925, Lange mengobservasi bahwa sel epitel berkeratinisasi pada pars flasida dapat menginvasi ruang
sub epitelial normal yang memiliki akses untuk membentuk kolesteatoma di atik. Huang dkk telah memperlihatkan kerusakan membran timpani
melalui aplikasi propilen glikol yang mengakibatkan pertumbuhan epitel di telinga tengah pada mencit Chole Nason, 2009.
4.Teori metaplasia skuamosa
: Infeksi atau inflamasi jaringan yang kronis diketahui dapat mengalami transformasi metaplasia. Epitel kuboid
pada telinga tengah dapat berubah menjadi epitel berkeratin. Epitel skuamosa berkeratinisasi telah ditemukan pada biopsi telinga tengah
pada penderita otitis media pada anak. Namun progresivitas dari kolesteatoma masih belum berhasil dipaparkan Chole Nason, 2009.
2.2.6. Inflamasi dan hiperproliferasi
Epitel kolesteatoma walaupun tidak bersifat neoplastik tetapi bersifat hiperproliferatif. Involucrin, adalah prekursor untuk pembentukan lapisan
teratas dari epidermis, ditemukan hanya pada high suprabasal layer pada kulit yang normal. Pada kolesteatoma, involukrin ditemukan pada semua
lapisan suprabasal yang mengakibatkan peningkatan akumulasi keratin didalam epidermis. Beberapa studi juga menunjukkan peningkatan
ekspresi dari marker proliferasi pada lapisan basal dan supra basal dari epidermis, yaitu CK4, CK56, CK 10, CK1316, epidermal growth factor
receptor EGFR, keratinocyte growth factor KGF, dan Ki-67. Distribusi yang abnormal dari p-53, c-jun dan ekspresi c-myc juga terlibat dalam
proses hiperproliferatif. Studi terbaru menggunakan teknologi cDNA array juga mengidentifikasi ada gen-gen lain yang memegang peranan dalam
Universitas Sumatera Utara
pembentukan kolesteatoma seperti calgranulin AB, thymosin dan extracellular matrix protein-1 Chole Nason, 2009.
Faktor penting lain yang berperan dalam proses hiperproliferatif adalah inflamasi kronis. Pada stroma dari kolesteatoma terdapat fibroblas, sel-sel
Langerhans, sel-sel mast, limfosit yang teraktivasi, makrofag dan keratinosit. Keratinosit memproduksi keratin dalam jumlah yang besar.
Inflamasi dengan atau tanpa infeksi merekrut sel-sel tersebut untuk membentuk suatu lingkungan dengan peningkatan konsentrasi dari
proinflammatory cytokines. Lingkungan diketahui dapat menstimulasi basal keratinocytes untuk berproliferasi aktif dan memicu pertumbuhan
kolesteatoma Chole Nason 2009. Pada penyakit otitis media kronis dengan kolesteatoma, erosi dari
tulang hampir selalu ada dan merupakan penyebab utama dari morbiditas penyakit ini. Tulang merupakan organ dinamis yang secara konstan
melakukan remodeling untuk mendapatkan kondisi homeostasis kalsium dan integritas struktural. Sintesis dari matriks dilakukan oleh osteoblas
sementara proses resorbsi diatur oleh osteoklas. Konsep yang bertentangan antara nekrosis akibat tekanan atau sekresi faktor-faktor
proteolitik oleh matriks kolesteatoma, sekarang telah dipahami bahwa terjadi resorpsi tulang karena aktivitas osteoklas pada kondisi inflamasi.
Pembentukan osteoklas dari sel-sel prekursor di kontrol oleh 2 esensial sitokin yaitu
Receptor Activator of Nuclear Factor κB Ligand RANKL dan Macrophage Colony Stimulating Factor M-CSF. Pada keadaan normal,
osteoblas memproduksi M-CSF dan RANKL untuk memulai pembentukan osteoklas dengan menarik reseptor- reseptor c-fms dan RANK. Pada
kondisi patologis, banyak sel yang terlibat untuk menghasilkan sitokin- sitokin tersebut. Inhibitor yang penting pada proses tersebut yaitu
osteoprotegrin OPG yang berkompetisi dengan RANK untuk RANKL. Jeong et al 2006 menemukan peningkatan jumlah RANKL pada
kolesteatoma dibandingkan dengan kulit postaurikular yang normal. Hasil ini menyatakan jaringan kolesteatoma meningkatkan rasio
Universitas Sumatera Utara
RANKLOPG pada proses inflamasi dan berpotensial untuk proses osteoclastogenesis. Inflammatory cytokines Interleukin-1 IL-1, IL 6,
Tumor Necrosis Factor –alpha TNFα dan prostaglandin juga diketahui
meningkatkan osteoclastogenesis. Kolesteatoma yang terinfeksi diketahui lebih cepat mendestruksi tulang. Peningkatan level dari virulensi bakteri
sepertinya memegang peranan penting terhadap fenomena ini Chole Nason, 2009.
2.2.7 Komplikasi