Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran

18 Dengan adanya pembangunan pabrik kelapa sawit, akan menciptakan kawasan ekonomi baru dengan tumbuhnya sektor formal dan informal seperti sekolah, pasar, sarana kesehatan, tranportasi dan telekomunikasi. Hal ini tentu saja akan menimbulkan dampak yang lebih baik bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak pihak lain yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Nagan Raya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan gambaran kondisi di atas, maka sebagai perumusan masalah yang akan di kaji dalam penelitian ini, yaitu: 1 Berapa besar kapasitas pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian. 2 Bagaimana kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian. 3 Bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang dibutuhkan terhadap perubahan biaya produksi dan harga penjualan. 4 Bagaimana kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional, finansial dan pasar.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 19 1 Menganalisis berapa besar kapasitas pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian. 2 Menganalisis kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang dibutuhkan untuk mengolah TBS didaerah penelitian. 3 Menganalisis sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit PMKS terhadap biaya produksi dan harga penjualan. 4 Menganalisis kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional, finansial dan pasar.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1 Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk melakukan investasi dalam pembangunan pabrik minyak kelapa sawi PMKS. 2 Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tandan Buah Segar TBS Tanaman kelapa sawit Elaeis guineeensis Jacq., tergolong jenis palma yang buahnya kaya akan minyak nabati. Kelapa sawit yang dikenal adalah jenis Dura, Psifera , dan Tenera, merupakan tanaman tropis yang termasuk kelompok tanaman tahunan. Tenera Dura x Psifera merupakan tanaman yang saat ini banyak dikembangkan. Buahnya mengandung 80 persen daging buah dan 20 persen biji yang batok atau cangkangnya tipis dan menghasilkan minyak 34 - 40 persen terhadap buah. Buah yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah segar TBS. Bentuk, susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis tanaman dan kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gr butir, dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan PPKS dalam Mangoensoekarjo,2003.

2.1.2. Mutu Tandan Buah Segar

TBS, yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak CPO dan inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di tempat penampungan loading ramp. Menurut Siregar 2003, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan mutu TBS yang akan dimasukkan ke dalam pabrik antara lain: Sortasi Panen, penimbangan TBS di Loading Ramp dan Material Passing Digester MPD. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Perkebunan Kelapa Sawit

Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara. Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat PIR, yang pola dasarnya merupakan bentuk gabungan antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta, dengan tata hubungan yang bersifat khusus. Produktivitas perkebunan kelapa sawit dipengaruhi oleh kelas lahan, tanaman, umur dan jenis bibit yang digunakan. Lubis 1992 membedakan kelas lahan pengembangan kelapa sawit ke dalam empat kelas dengan produktivitas rata- rata untuk kelas I, II, III dan IV pada umur 4–25 tahun berturut-turut sebesar25,10 ton TBShatahun; 22,95 ton TBShatahun; 20,86 ton TBShatahun; dan 17,71 ton TBShatahun. Untuk semua kelas lahan, produktivitas meningkat antara umur 15 hingga 21 tahun dan memasuki masa tua pada umur 22 tahun. Berdasarkan data tersebut maka tanaman kelapa sawit digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu Lubis,1992: a Tanaman belum menghasilkan TBM yaitu tanaman berumur 1-3 tahun. b Tanaman menghasilkan TM yaitu tanaman berumur 4 – 25 tahun.  Tanaman remaja menghasilkan TRM berumur 4 – 8 tahun.  Tanaman dewasa menghasilkan I TDM I berumur 9 – 14 tahun.  Tanaman dewasa menghasilkan II TDM II berumur 15 – 21 tahun.  Tanaman tua menghasilkan TTM berumur 20 – 25 tahun.

2.1.4. Pengolahan Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara Dalam sis produk menghasi menghasi sawit ada proses pe tahapan p pengolaha 2002 da Gambar 1 Dari pen Pembang Dumai pr bunga 20 ton TBS stem pengo yang akan ilkan CPO ilkan PKO alah proses emurnian. proses yang an TBS m apat dilihat p

1. Alur Pros

nelitian-pen gunan Pabrik rovinsi Riau persen men S per jam olahan kela dihasilkan Crude Palm Palm Kern ekstraksi C Secara kes berjalan se menjadi C pada Gamb ses Pabrik M nelitian ter k Mini CPO u. Hasil da nunjukkan layak un apa sawit di n. Pertama m Oil , dan nel Oil . Pad CPO secara m seluruhan cara seimba CPO menur bar 1. Minyak Kel rdahulu, H O Untuk M ari analisis bahwa pe ntuk dilaks ikenal dua j a adalah kedua adal da prinsipny mekanis da proses ters ang dan terk rut Pusat lapa Sawit Harahap 2 Meningkatka kelayakan i endirian PM sanakan. S enis proses proses pen ah proses p ya proses pe ari TBS yan sebut terdir kait satu sam Penelitian Kapasitas 3 2003 men an Ekonom investasi pa MKS mini ementara m s sesuai de ngolahan u pengolahan u engolahan k ng diikuti de ri dari beb ma lain. Tah Kelapa 30 Ton TBS ngenai Pro mi Lokal di ada tingkat CPO kapas melalui an 22 engan untuk untuk kelapa engan berapa hapan Sawit Sjam ospek i kota suku sitas 5 nalisis Universitas Sumatera Utara sensitivitas menunjukkan bahwa batas toleransi perubahan harga TBS untuk PKS mini CPO ini adalah Rp.575 per kg. Dampak yang dirasakan dari pembangunan PKS mini CPO kapasitas 5 ton TBS per jam secara analisis kualitatif dapat dirasakan, seperti terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terciptanya pembangunan sarana dan prasarana fisik dan timbulnya industri-industri kecil dari hasil produk kelapa sawit beserta turunannya. Akan tetapi secara kuantitatif seperti berapa besar tingkat pendapatan masyarakat setempat sebagai dampak pembangunan PKS mini CPO tidak dapak dibuktikan. Pola yang paling tepat untuk membangun PKS mini CPO di Kota Dumai Provinsi Riau adalah melalui pola koperasi usaha perkebunan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat selaku anggota koperasi. Hasil penelitian Hartopo 2005 tentang Analisis Kelayakan Finansial Pabrik Kelapa Sawit Mini, Studi Kasus Pabrik Kelapa Sawit Aek Pancur,Tanjung Merawa, Medan, Sumatera Utara. Bedasarkan hasil uji kelayakan, kegiatan investasi pembangunan industri PKS Mini kapasitas olah 5 ton TBS per jam dinyatakan layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi yang digunakan berturut-turut sebagai berikut : NPV = Rp 1.711.942.000 ; IRR = 28,22 persen ; Net BC Ratio = 1,827 dan payback period Sembilan tahun. Analisis sensitivitas PKS mini pada skenario pertama yang menggunakan harga beli TBS sebesar Rp 508,17 per kg TBS dengan rendemen minyak 19 persen dan rendemen inti 3,5 persen, menurut kriteria kelayakan dinyatakan layak. Dalam skenario tersebut, PKS mini dapat beroperasional dengan baik pada NPV = Rp. 483.478.000 ; IRR = 17,19 persen; Net BC Ratio = 1,181 dan PP 10 Universitas Sumatera Utara tahun. Sedangkan skenario dua tiga menurut kriteria investasi usaha pembangunan PKS mini dinyatakan tidak layak sama sekali. Skenario dua menggunakan harga beli TBS sebesar Rp 713 per kg dengan rendemen 21 persen dan rendemen inti 4 persen, skenario tiga menggunakan harga beli TBS sebesar Rp. 643,25 per kg dengan rendemen minyak 19 persen dan rendemen inti 3,5 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa harga beli TBS dan kualitas rendemen sangat berpengaruh terhadap kelayakan PKS mini. Hasil analisis eksternalitas atau dampak adanya PKS mini menimbulkan eksternalitas positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Eksternalitas positif yang ditimbulkan, yaitu 1 sarana dan prasarana pendukung yang lebih baik seperti listrik, telepon, dan jalan raya; 2 biaya transportasi TBS yang dimiliki oleh kebun rakyat dan swasta lebih rendah dan pendapatan masyarakat menjadi meningkat. Eksternalitas negatif antara lain 1 kerusakan yang ditimbulkan PKS mini seperti air sungai yang jelek, kebisingan mesin PKS yang bekerja 20 jam per hari dan kendaraan angkut minyak CPO maupun TBS, dan polusi udara; 2 keamanan dari lingkungan di kebun rakyat dan swasta seperti pencurian TBS; 3 penyelewengan yang dilakukan oleh pihak pabrik masalah timbangan TBS yang masuk ke pabrik. Pada penelitian terdahulu Harahap dan Hartopo sama-sama menganalisis pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 5 ton TBS per jam mini dengan alat analisis yang sama. Sedangkan pada penelitian kali ini yang dianalisis adalah pabrik kelapasawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam serta berbeda dalam pendekatan penggunaan indikator sensitivitas yang digunakan dalam penelitian.

2.1.5. Investasi Pabrik Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit mutlak adanya guna menunjang industri minyak sawit baik dalam perusahaan maupun petani. Bahkan saat ini jumlah PMKS dengan luas kebun sawit sangat belum seimbang, sehingga dibutuhkan pembangunan PMKS baru dalam jumlah yang cukup banyak untuk seluruh wilayah Indonesia. Dampak dari kurangnya pabrik ini sangat dirasakan oleh para petani sawit di daerah antara lain pihak pengelola dapat mempermainkan harga TBS di pabrik atau over load PMKS, sehingga para petani merasa dirugikan. Pembangunan PMKS merupakan investasi padat modal yang membutuhkan nilai investasi besar. Hal inilah yang menginspirasi beberapa kelompok tani atau pengusaha daerah untuk membangun PMKS mini sehingga dapat menampung TBS petani untuk segera diolah. Kapasitas PMKS mini mulai dari 1 ton hingga 10 ton perjam, meskipun mini, nilai investasinya juga lumayan besar dengan kisaran 2-3 miliar rupiah perton tergantung daerah lokasi pembangunannya. Namun tetap lebih kecil dibandingkan dengan pembangunan pabrik dengan kapasitas di atas 30 ton per jam. Harga tersebut merupakan harga pembangunan fisik PMKS tanpa bangunan perumahan karyawan atau tergantung kesepakatan dengan pihak kontraktornya nanti. Berinvestasi dalam pembangunan PMKS ini sebaiknya berhubungan dengan konsultan pabrik agar dapat ditentukan kapasitas pabrik yang dibutuhkan, survey lokasi pembangunannya, pengurusan perizinan dengan pihak terkait dan memperhitungkan nilai investasinya secara fix. Hal ini guna menghindari biaya yang terlalu mahal dan pembangunan pabrik yang kurang tepat lokasinya tentunya berujung pada kerugian atau penutupan pabrik. Karena setelah pabrik berdiri Universitas Sumatera Utara biasanya para pengusaha harus mempersiapkan dana untuk membeli TBS dari petani atau pemasok ke pabrik, alangkah lebih baik jika pengusaha sudah memiliki perkebunan sendiri meskipun tidak terlalu luas Purnomo, 2013. Menurut Goenadi dan Tim 2005, Pabrik biodiesel minyak sawit yang dibangun berkapasitas produksi 1 tonjam atau 20 tonhari atau 6.000 tontahun atau 6.600 kilo litertahun dan 100.000 tontahun atau 110.000 kilo litertahun. Struktur biaya produksi biodiesel sangat tergantung dari harga bahan baku CPO dan methanol. a. Pabrik Biodiesel Skala Kecil 6.000 ton = 6.600 kl per tahun Biaya produksi pabrik skala kecil ini sekitar Rp. 4,164lt hingga Rp.4,840lt pada tingkat harga CPO di pasar internasional berkisar antaraUS 300ton hingga US 375ton. Modal kerja yang dibutuhkan untuk mengoperasikan Pilot Plant berkisar antara US 254,46 atau Rp. 2,3 milyar hingga diperlukan US 295,803 atau Rp. 2,6 milyar. Dengan perhitungan ini, maka biaya untuk membangun dan mengoperasikan satu unit pabrik biodiesel skala kecil berkisar antara Rp. 14,3 milyar hingga Rp. 14,6 milyar tergantung harga CPO. b. Pabrik Biodiesel Skala Besar 100.000 ton = 110.000 kl per tahun Pada tingkat harga CPO seperti di atas, biaya produksi dari pabrik biodiesel skala besar antara Rp. 3,547lt hingga Rp 4,224lt. Sedangkan untuk mengoperasikan pabrik biodiesel skala besardiperlukan sekitar US Universitas Sumatera Utara 4,060,976 atau Rp. 36,548,787,500 hingga US 4,750,039 atau Rp. 42,750,350,000. Pabrik Biodiesel dirancang sederhana, bernilai tambah dan ramah lingkungan. Proses yang digunakan meliputi refined pretreatment, transesterifikasi dan yang terakhir purifikasi. Proses refined yang dilakukan adalah degumming, dan juga deodorizing. Untuk transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap. Purifikasi dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi. Selain biodiesel, produk samping yang dihasilkan adalah crude gliserol yang dapat dimurnikan dan juga bernilai ekonomis. Pabrik Biodiesel sangat berguna sebagai buffer harga untuk minyak sawit, minyak sawit dapat dijadikan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Tabel 1. Biaya Investasi, Modal Kerja dan Biaya Produksi Pabrik Biodiesel No Komponen Satuan Pabrik Biodiesel Skala Kecil Kapasitas 6.600 kltahun Pabrik Biodiesel Skala Besar Kapasitas 110.000 kltahun 1 Biaya Investasi US Rp 1,333,333 11,999,997,000 20,000,000 180,000,000,000 2 Modal Kerja CPO = US 300ton US Rp 254,460 2,290,135,677 4,060,976 36,548,787,500 CPO = US 375ton US Rp 295,803 2,662,229,427 4,750,039 42,750,350,000 3 Biaya Produksi CPO = US 300ton USton USkilo liter Rpkg Rplt 509 463 4,580 4,164 434 394 3,902 3,547 CPO = US 375ton USton USkilo liter Rpkg Rplt 592 538 5,324 4,840 516 469 4,646 4,224 Catatan: US 1 = Rp. 9.000 Universitas Sumatera Utara Dengan perkiraan biaya investasi di atas, maka total biaya investasi untuk peremajaan dan perluasan kebun, pembangunan pabrik CPO dan biodiesel skala kecil dan besar dalam 5 tahun ke depan adalah sekitar Rp. 28,2 trilyun Goenadi, dan Tim, 2005. 2.2. Landasan Teori 2.2.1 Investasi Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha Kasmir, 2003. Oleh karena itu, investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: a. Investasi nyata real investment Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap fixed asset seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. b. Investasi finansial financial investment Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

2.2.2 Studi Kelayakan Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang disiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan menyeluruh perusahaan, perencanaan nasional atau program Universitas Sumatera Utara pembangunan pertanian Gittinger,1986. Berdasarkan definisi tersebut maka proyek dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang mengeluarkan biaya untuk mendapatkan manfaat. Kasmir 2003 menyimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha dijalankan. Umar 2007 menyatakan bahwa studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Pemilihan proyek sebagian didasarkan kepada indikator, nilai dan hasilnya. Manfaat suatu proyek didefenisikan sebagai segala sesuatu yang membantusuatu tujuan. Sedangkan biaya suatu proyek merupakan segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan Gittinger,1986. Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan Kasmir, 2003 yaitu: 1 menghindari risiko, 2 memudahkan perencanaan, 3 memudahkan pelaksanaan pekerjaan, 4 memudahkan pengawasan, dan5 memudahkan pengendalian.

2.2.3 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan

Dalam menganalisis dan merencanakan suatu proyek harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Masing-masing aspek saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara Menurut Gittinger 1986 aspek-aspek tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Pada penelitian ini aspek yang dipertimbangkan dan dianalisis, yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek finansial, dan aspek sosiallingkungan. Urutan penilaian aspek mana yang harus didahulukan tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data yang ada. Tentu saja dalam hal ini dengan mempertimbangkan prioritas mana yang harus didahulukan lebih dahulu dan mana yang berikutnya.

2.2.3.1 Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan dan output produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa Gittinger,1986. Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis seperti lokasi proyek, kapasitas produksi, bahan baku, peralatan dan mesin, proses produksiserta teknologi yang digunakan.

2.2.3.2 Aspek Pasar

Aspek-aspek pasar dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek Gittinger, 1986. Analisis pemasaran penting dilakukan untuk mengetahui tingkat permintaan dan penawaran terhadap barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari pelaksanaan proyek. Atau Universitas Sumatera Utara dengan kata lain, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk atau jasa yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para pesaing. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar dan pasar potensial yang ada.

2.2.3.3 Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Aspek ini berkaitan dengan pengorganisasian dan pengelolaan sumberdaya- sumber daya yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Analisis dilakukan berkenaan dengan model dan personal manajerial yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan perencanaan dan operasional harus sesuai dengan bentuk dan tujuan dari proyek.

2.2.3.4 Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap responsive terhadap keadaan sosial Gittinger,1986. Sejauh mana proyek dapat memberi manfaat secara inplisit dan eksplisit terhadap pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan proyek terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan akibat adopsi tehnologi atau penerapan alat-alat mekanis yang mengurangi keterlibatan tenaga kerja manusia. Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang Universitas Sumatera Utara merugikan dari proyek yang direncanakan. Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak sumber-sumber air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghindari rusaknya kelestarian lingkungan. 2.2.3.5 Aspek Finansial Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh- pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial adalah untuk menentukan proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien dengan cara mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan proyek serta pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya Gittinger,1986. Rencana anggaran dari suatu proyeksi analisis finansial dilakukan untuk mengetahui berapa besar investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan proyek. Analisis finansial dapat juga digunakan sebagai pertimbangan dalam permohonan kredit investasi dan kredit modal kerja serta penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek. Dalam analisis ini kriteria-kriteria yang digunakan adalah payback period, net present value NPV, internal rate return IRR, profitability index serta rasio-rasio keuangan.

2.2.4 Analisis Sensitivitas

Salah satu keuntungan analisis proyek secara finansial ataupun ekonomi yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari analisis tersebut dapat diketahui atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal di luar jangkauan Universitas Sumatera Utara asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan. Gittinger 1986 mengemukakan bahwa analisis sensitivitas adalah meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Sementara menurut Kadariah 1978, yang dimaksud dengan analisis kepekaan atau sensitivitas adalah suatu teknis analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang di buat dalam perencanaan. Gittinger 1986 menambahkan proyeksi selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu: 1 harga, 2 keterlambatan pelaksanaan, 3 kenaikan biaya, dan 4 hasil. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan nilai pengganti switching value, dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol.

2.2.5 Arus Kas Cash flow

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan suatu periode tertentu. Dalam cash flow semua data pendapatan yang diterima cash in dan biaya yang dikeluarkan cash out baik jenis maupun jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang Kasmir, 2003. Cash flow mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash flow yang berhubungan dengan pengeluaran investasi, Universitas Sumatera Utara operasional cash flow berkaitan dengan operasional usaha dan terminal cash flow berkaitan dengan nilai sisa aktiva yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis lagi Umar, 2007.

2.3. Kerangka Pemikiran

Industri hulu dan industri hilir kelapa sawit memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam perkembangan industri kelapa sawit. Di antara kedua industri tersebut terdapat industri perantara, yaitu pabrik minyak kelapa sawit PMKS. Penelitian tentang analisis kelayakan investasi PMKS didasari oleh meningkatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah PMKS. Lonjakan hasil produksi kebun kelapa sawit tidak dapat ditampung dengan baik oleh PMKS yang ada. Kondisi tersebut tentu saja tidak efisien bagi petani, karena harus menambah biaya transportasi untuk mengangkut TBS ke PMKS yang jaraknya jauh dari areal perkebunan petani. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan pembangunan PMKS untuk memaksimalkan potensi yang ada secara optimal. Sebelum pembangunan PMKS maka diperlukan studi kelayakan untuk menilai aspek-aspek yang terkait agar investasi yang dilakukan bisa memberikan manfaat serta untuk menghindari risiko–risiko yang ditimbulkan oleh pembangunan PMKS. Studi kelayakan investasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan kriteria-kriteria investasi. Hasil perhitungan kriteria investasi digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya investasi PMKS dilaksanakan. Hasil analisis diharapkan dapat membantu dalam pengabilan Universitas Sumatera Utara keputusan. Secara lebih rinci alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2. berikut. Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Pembangunan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit Peningkatan Produksi dan Perluasan lahan sehingga Membutuhkan Tambahan Kapasitas Pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Manfaat dan Biaya Aspek Konstitusional Aspek Finansial, NVP, IRR, NET BC, Payback Periode , Analisis Sensitivitas Aspek Sosial Aspek Teknis Aspek Pasar Tidak Layak Layak Pengembangan Pembangunan PMKS Universitas Sumatera Utara

2.4. Hipotesis Penelitian