Industri Analisis Sensitivitas PENDAHULUAN

diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, kelapa dalam, pinang, kopi, kemiri dan lain-lain. Tabel 3. Luas Area, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Dari Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2011 No Kecamatan Luas Areal Ha Produksi TM Ton Produktivitas TonHa TM TBM 1. Darul Makmur 18.762 1.335 101.440 5,4 2. Tripa Makmur 2.266 544 10.000 4,4 3. Kuala 1.073 2.144 2.697 2,5 4. Kuala Pesisir 916 2344 2.419 2,6 5. Tadu Raya 3.029 3.366 30.356 10,0 6. Beutong 1.119 1.054 3.029 2,7 7. Beuton Ateuh Banggalang - - - - 8. Seunagan 109 160 161 1,5 9. Suka Makmue 91 20 10 0,1 10. Seunagan Timur 179 138 449 2,5 Jumlah 27.544 11.105 150.561 5,5 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya, 2012 Pada tahun 2011 produksi tanaman kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai 150.561 ton dengan produktivitas 5,5 TonHa. Berdasrkan hasil produktivitas TBS, menunjukkan produksi yang rendah. Produksi karet 3.304 ton, coklatkakao sebesar 1.415 ton, kelapa dalam sebesar 670 ton juga terdapat pinang dengan produksi sebesar 220 ton. Lima jenis tanaman perkebunan tersebut merupakan komoditi andalan yang banyak dibudidayakan pada perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan masyarakat di Nagan Raya.

4.6. Industri

Di Nagan Raya terdapat empat jenis industri dengan skala mikro, yaitu industri tradisional, industri makanan dan minuman, industri jasa dan industri bahan Universitas Sumatera Utara bangunan. pada tahun 2011 jumlah industri tradisional di nagan raya adalah sebanyak 391 unit, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 366 unit. penyumbang terbanyak pada industri ini adalah tukang jahit bordir, yaitu sebanyak 205 unit. Jumlah industri makanan dan minuman adalah sebanyak 295 unit, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 239 unit. penyumbang terbanyak pada industri ini adalah industri tempe dan industri tahu, yaitu sebanyak 118 unit dan 137 unit. sedangkan jumlah industri jasa pada tahun 2011 adalah sebanyak 295 unit, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 304 unit. Penyumbang terbanyak pada jenis industri ini adalah reparasi sepeda motor dan tambal ban, yaitu sebanyak 127 unit dan 45 unit. Industri bahan bangunan pada tahun 2011 adalah sebanyak 135 unit. Industri ini didominasi oleh industri batu bata, yaitu sebanyak 134 unit.

4.7. Perhubungan dan Komunikasi

Pada tahun 2010 panjang jalan yang melintasi Nagan Raya diperkirakan adalah sepanjang 592,35 Kilometer Km, yaitu terdiri dari 82,00 Km jalan negara, 117,60 Km jalan provinsi dan 392,75 km jalan kabupaten. Mengalami kenaikan sebesar 2,60 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 577,35 km. Dengan kondisi jalan 69 persen dalam keadaan baik, sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 31 persen masih dalam kondisi rusak. Universitas Sumatera Utara BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kelayakan Investasi Pembangunan PMKS yang Dibutuhkan Untuk Mengolah TBS Berdasarkan identifikasi masalah yang kedua, yaitu bagaimana kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di Kabupaten Nagan Raya diuraikan sebagai berikut: Kabupaten Nagan Raya saat ini memiliki 3 unit PMKS, yaitu PT. Socfindo Seunagan, PT. Socfindo Seumayam, dan PT. Fajar Baizury dengan total kapasitas 105 ton TBS per jam. Keberadaan PMKS ini selama ini telah memberikan dampak terhadap kelancaran proses pengolahan TBS yang bersumber dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta yang belum memiliki PMKS. Namun pasokan TBS sebagai bahan baku PMKS jauh lebih besar dari kapasitas olah PMKS yang ada sekarang. Untuk mengantisipasi melimpahnya produksi TBS seiring dengan bertambahnya luas areal perkebunan dan produksi TBS karena terkait dengan bertambahnya umur tanaman menghasilkan serta beralihnya tanaman TBM menjadi TM tanaman menghasilkan, maka perlu membangun PMKS baru secara bertahap sesuai dengan yang dibutuhkan agar sisa TBS menjadi minim. Kebutuhan PMKS sesaui dengan yang dibutuhkan, yaitu PMKS dengan kapasitas 30 ton TBSjam. Mengingat investasi PMKS kapasitas 30 ton TBSjam memerlukan dana dalam jumlah besar, yaitu sekitar Rp.60.126.307 milyar dan sumber bahan baku berupa TBS seluruhnya tergantung pemasok eksternal kebun rakyatkoperasi, kebun besar swasta, PMA, PMDN dan kebun sendiri, maka perlu untuk melakukan kajian secara mendalam tentang kelayakan pembangunan PMKS 30 ton TBSjam Universitas Sumatera Utara Lampiran 2.

5.1.1. Ruang Lingkup Analisis

Ruang lingkup analisis pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBSjam meliputi penyediaan bahan baku, bahan pembantu proses produksi beserta sarana dan prasarana penunjang. Dasar perhitungan harga adalah harga yang berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 10 tahun dengan masa pembangunan proyek selama 1,5 tahun 18 bulan. Analisis finansial yang akan dilakukan meliputi analisis investasi pembangunan proyek, pembiayaan proyek, proyeksi laba-rugi dan proyeksi arus dana pada proyek beserta penilaian terhadap sensitivitas proyeksi apabila ada perubahan yang mendasar pada variabel yang sangat menentukan seperti penurunan jumlah produksi dan kenaikan biaya produksi.

5.1.2. Proyeksi Arus Kas

Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan inflow dan pengeluaran kas outflow. Aliran arus kas diproyeksikan selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis pabrik. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis PMKS.

5.1.3. Outflow Pengeluaran

Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan investasi pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Outflow ini menggambarkan pengeluaran–pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik. Universitas Sumatera Utara

5.1.4. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya awal yang dibutuhan untuk pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya. Biaya investasi ini meliputi bangunan pabrik, instalasi listrik, peralatan laboratorium, kolam limbah dan instalasi pendukung, peralatan bengkel, mekanikal, over head perumahan, gudang, kendaraan dan jalan beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Keseluruhan jumlah biaya investasi sebesar Rp. 60.126.327.000 Lampiran 1. Rekapitulasi biaya investasi PMKS disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Investasi PMKS No Uraian Nilai Rp.000 1 Bangunan 8.324.095 2 Instalasi dan kelistrikan 2.279.554 3 Laboratorium dan peralatan 488.310 4 Kolam limbah dan instalasi pendukung 13.75.750 5 Bengkel dan peralatan 428.189 6 Mekanikal 43.697.958 7 Over head 3.532.471 Total 60.126.327 Pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS per jam dilaksanakan selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek di tetapkan berdasarkan umur ekonomis pabrik, yaitu selama 10 tahun. Kebutuhan lahan menggunakan HGU hak guna lahan seluas 10 hektar dengan masa pemakaian 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya. Biaya perolehan hak atas HGU mengacu pada Undang-undang No.12 tahun 1994 tentang pajak perolehan atas pengelolaan tanah dan bangunan.

5.1.5. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala dalam rangka memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta diasumsikan konstan untuk setiap tahunnya. Universitas Sumatera Utara Biaya tetap merupakan biaya rutin yang harus dibebankan sehubungan dengan pengoperasian pabrik meliputi biaya administrasi, pemeliharaan pabrik, biaya pemeliharaan aktiva lain dan asuransi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang timbul karena proses dan penggunaan input produksi yang terdiri dari gaji, pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Rekapitulasi biaya operasional disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Operasional Pabrik Minyak Kelapa Sawit Uraian Tahun Rp.000 0 1 2 3-10 Upah langsung 416.975 1.993.141 2.491.426 Gaji dan upah karyawan kantor 74.544 298.175 396.870 Biaya pembelian TBS 21.721.698 130.017.416 243.021.514 Biaya pemeliharaan pabrik 31.215 655.469 819.337 Biaya pemakaian bahan kimia 48.874 1.170.157 2.003.391 Biaya Bahan Pembantu 54.304 1.300.174 2.308.430 Asuransi 163.867 848.908 1.061.135 Total 22.611.478 136.283.439 252.407.690 Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa biaya operasional tahun ke-0 merupakan tahun masa pembangunan PMKS sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga belum terlihat beban biaya operasional. Setelah pembangunan pabrik selesai, pada semester ke II tahun ke-1 pabrik mulai berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi awal diperkirakan sekitar 70 tahun ke-1 dan 80 pada tahun ke-2 serta 85 pada tahun ke 3 dari kapasitas terpasang PMKS, hal ini disebabkan karena belum maksimal pasokan TBS masuk ke PMKS. Total biaya operasional pada tahun ke-1 adalah Rp. 22.611.478.000 dan Rp. 136.283.439.000 pada tahun ke-2. Selanjutnya tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10 pabrik sudah dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan kapasitas terpasang mesin seiring dengan stabilnya pasokan TBS ke PMKS. Jumlah total biaya operasional per tahun sekitar Rp. 252.407.690.000. Dari seluruh biaya operasi PMKS 96,4 didominasi Universitas Sumatera Utara oleh biaya pembelian TBS. Lampiran 3

5.1.6. Inflow Penerimaan

Arus penerimaan atau pendapatan dalam analisis kelayakan investasi pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari pendapatan hasil penjualan dari CPO dan PKO. Pendapatan yang diterima dari penjualan sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi PMKS dan harga penjualan produk. Produksi CPO dan PKO yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari rendemen CPO, rendemen PKO dan penerimaan TBS di PMKS. Penerimaan TBS di PMKS per hari merupakan dasar penentuan kemampuan pengoperasian PMKS per hari. Kapasitas PMKS terpasang adalah 30 ton TBS per jam, proyeksi rendemen CPO 22, rendemen PKO 5,0, harga jual CPO Rp. 7.980 per kg, Kernel Rp. 3.146 per kg serta waktu pengoperasian pabrik minimal 20 jam per hari atau 80 persen dari kemampuan maksimal per hari. Pada tahun pertama dan ke dua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70 dan 85 dari kapasitas rencana, setelah itu pada tahun ke tiga pasokan TBS di perkirakan normal. PMKS ini diproyeksikan pada tahun I telah menerima hasil penjualan CPO dan PKO. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada hasil produksi dan penerimaan hasil penjualan CPO dan PKO. Gambaran rekapitulasi penerimaan inflow, produksi dan hasil penjualan selama umur proyek disajikan pada Tabel 11. Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi PMKS Tahun TBS Produks i CPO ton Penjualan Rp.000 Produk si PKO ton Penjualan Rp.000 Jumlah Rp.000 1 20.160 4.032 23.667.452 1.008 2.721.757 26.389.209 2 115.200 24.192 149.253.009 5.760 16.349.420 165.602.429 3 137.700 30.294 197.807.966 6.885 20.695.106 218.503.072 4 137.700 30.294 207.210.960 6.885 21.662.964 228.873.924 5 137.700 30.294 215.844.750 6.885 21.662.964 237.507.714 6 137.700 30.294 224.478.540 6.885 21.662.964 246.141.504 7 145.350 31.977 245.813.963 7.268 22.843.318 268.657.281 8 145.350 31.977 255.176.460 7.268 22.866.462 278.042.922 9 153.000 33.660 268.348.524 7.650 24.046.816 292.395.340 10 153.000 33.660 268.606.800 7.650 24.069.960 292.676.760 11 153.000 33.660 268.606.800 7.650 24.069.960 292.676.760 Jumla h 1.435.860 314.334 2.324.815.224 71.793 222.651.691 2.547.466.915 5.1.7. Analisis Laba-Rugi Proyeksi laba-rugi didasarkan pada besarnya volume penjualan dan harga jual produk yang dihasilkan oleh PMKS, serta selisihnya terhadap biaya produksi setiap tahun. Analisis laba-rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profit dari tahun ke tahun selama PMKS beroperasi secara komersial. Selain itu laporan laba- rugi juga digunakan sebagai instrumen untuk menghitung besar kecilnya pajak penghasilan badan usaha yang harus dibayarkan kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan kondisi-kondisi yang diasumsikan, berikut ini disajikan rekapitulasi proyeksi laba-rugi dan pajak yang dihasilkan selama 10 tahun berturut-turut sesuai dengan umur ekonomis pabrik disajikan pada Tabel 12. Universitas Sumatera Utara Tabel 12. Proyeksi Laba-Rugi PMKS Tahun Skenario 1 Skenario 2 Laba bersih Rp 000 Pajak Rp 000 Laba bersih Rp 000 Pajak Rp 000 1 1.572.285 671.337 -2.265.853 2 15.285.809 6.548.561 9.461.789 4.030.052 3 26.547.649 11.375.064 21.354.956 9.127.124 4 15.558.160 6.665.283 10.996.793 4.687.911 5 15.420.343 6.606.218 11.490.302 4.899.415 6 16.238.458 6.956.839 12.939.744 5.520.605 7 17.827.487 7.637.852 15.160.100 6.472.186 8 18.158.581 7.779.749 16.122.520 6.884.651 9 19.260.831 8.252.142 17.856.097 7.627.613 10 19.284.661 8.262.355 18.511.253 7.908.394 11 19.284.661 8.262.355 19.142.580 8.178.963 Total 184.438.925 79.017.755 150.770.281 65.336.914 Pada semester kedua tahun ke-1 PMKS mulai beroperasi secara komersial sehingga pabrik kelapa sawit memperoleh pendapatan atas hasil penjualan CPO dan PKO. Pada tahun pertama dan kedua proyeksi produksi diperkirakan sebesar 70 persen dan 85 persen dari kapasitas normal. Pendapatan yang diperoleh dari total hasil penjualan setelah dikurangi biaya-biaya untuk skenario I memperoleh laba bersih sebesar Rp. 1.572.285.000 pada tahun pertama dan Rp. 15.285.809.000 pada tahun kedua. Pada tahun berikutnya proyeksi laba bersih meningkat menjadi Rp. 26.547.649.000 dan konstan untuk setiap tahunnya, setelah kapasitas produksi pabrik beroperasi secara optimal kapasitas terpasang total akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis pabrik untuk skenario I adalah sebesar Rp. 184.438.925.000. Selanjutnya asumsi untuk skenario II, pada tahun pertama proyeksi laba-rugi bernilai negatif rugi sebesar Rp. 2.265.853.000 karena adanya beban bunga atas kredit investasi. Tahun-tahun berikutnya kemampuan usaha dalam menghasilkan laba bersih terus mengalami peningkatan karena PMKS sudah dapat dioperasikan Universitas Sumatera Utara pada kapasitas normal serta diikuti dengan beban biaya yang secara berangsur terus berkurang. Kemudian pada tahun ke-11 dan seterusnya proyeksi laba bersih mulai stabil seiring dengan berakhirnya pelunasan hutang investasi pada tahun ke-10. Total akumulasi laba bersih selama umur ekonomis PMKS untuk skenario II adalah sebesar Rp. 150.770.281.000. Sedangkan beban pajak yang diterima oleh pemerintah dihitung berdasarkan besar kecilnya laba yang diperoleh dari kegiatan komersial PMKS. Perhitungan pajak dilakukan berdasarkan Undang Undang No.17 Tahun 2000 dengan ketentuan sebagai berikut : 0 – 50 juta dikenakan pajak 10 persen, 50 – 100 juta dikenakan pajak 15 persen dan 100 juta ke atas dikenakan pajak 30 persen. Total akumulasi pajak selama umur proyek untuk skenario I sebesar Rp. 79.017.755.000 dan skenario II sebesar Rp. 65.336.914.000.

5.1.8. Kriteria Kelayakan Investasi

Penilaian kelayakan suatu investasi ditinjau dari aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi. Setiap kriteria yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semakin banyak kriteria yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return, Net BC Net Benefit Cost Ratio dan PP Payback period . Berikut ini ringkasan hasil analisis kriteria investasi untuk kedua skenario yang digunakan disajikan pada Tabel 13. Universitas Sumatera Utara Tabel 13. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik Minyak Kelapa Sawit No Kriteria Investasi Skenario I dana sendiri Skenario II pinjaman 1 NPV 167.518.061.000 - 21.547.710.000 2 IRR 25,94 4,82 3 BC 1,07 1,02 4 PP 3 tahun, 1 bulan 8 tahun, 1 bulan

5.1.9. NPV Net Present Value

Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan discount rate 1 persen untuk skenario I dan 15 persen untuk skenario II. Discount rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu investasi berdasarkan skenario yang digunakan. Penggunaan discount rate tersebut 7 dan 15 dikarenakan biaya modal yang diinvestasikan ke dalam proyek berasal dari sumber yang berbeda, sehingga biaya yang ditimbulkan oleh setiap keputusan investasi tidak sama. Hasil analisis menunjukkan NPV bernilai positif pada discount rate 1 persen untuk skenario I, sebesar Rp. 167.518.061.000 dan skenario II pada discount rate 15 persen bernilai negatif sebesar Rp. 21.547.710.000 selama 10 tahun. Nilai NPV positif pada skenario I merupakan indikasi bahwa rencana investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena hasil yang diperoleh lebih besar dari nol. Sementara nilai NPV negatif pada skenario II mengindikasikan bahwa pembangunan PMKS tidak layak dilaksanakan secara finansial.

5.1.10. IRR Internal Rate of Return

Analisis IRR Internal Rate of Return dengan discount rate 1 persen dan 15 persen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan proyek dalam menghasilkan keuntungan yang dikaitkan dengan nilai waktu uang. Nilai IRR mencerminkan besarnya discount rate untuk mendiskontokan seluruh kas masuk yang akan Universitas Sumatera Utara menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Hasil analisis menunjukkan nilai IRR 25,94 pada skenario I dan 4,82 pada skenario II. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan PMKS mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan pada skenario I, sehingga layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II nilai IRR lebih rendah dari cost of capital yang telah ditentukan, sehingga tidak layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek finansial.

5.1.11. Net BC Net Benefit Cost Ratio

Net benefit cost Ratio merupakan seberapa besar manfaat yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana pembangunan PMKS menghasilkan nilai BC Ratio 1,07 pada skenario I dan 1,02 pada skenario II. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari proyek ini pada skenario I, lebih besar dibandingkan skenario II, sehingga pembangunan PMS dipilih yang layak untuk dilaksanakan adalah skenario I. Sedangkan pada skenario II manfaat yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan.

5.1.12. PP Payback Period

Analisa payback period dilakukan bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Hasil analisis proyek pembangunan PMKS ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 1 bulan pada skenario I dan 8 tahun 6 bulan pada skenario II. Bila ditinjau dari umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 10 tahun, maka pembangunan pabrik memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari umur proyek.

5.2. Analisis Sensitivitas

Berdasarkan identifikasi masalah yang ke 3 dalam penelitian ini, yaitu bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit PMKS yang Universitas Sumatera Utara dibutuhkan terhadap perubahan biaya produksi dan harga penjualan diuarikan sebagai berikut: Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat tingkat kepekaan PMKS terhadap perubahan kondisi diluar asumsi yang telah dibuat pada waktu pembuatan rencana pembangunan PMKS. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada dua indikator, yaitu bila terjadi kenaikan biaya dan penurunan harga produksi sebesar 20. Penetapan kenaikan biaya produksi sebesar 20 ini dilakukan mengantisipasi sebagian komponen alat atau sparepart PMKS harus dibeli dari luar sebesar 30 dan lokal 70. Sedangkan penurunan harga produksi sebesar 20 merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang mungkin terjadi di lapangan.

a. Kenaikan Biaya Produksi 20