22
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
f. Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener:
S H’ = - ∑ pi ln pi; pi = niN
i=1 dengan:
H’ = Index keanekaragaman jenis ni = Jumlah individu jenis yang diamati
pi = Proporsi jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu
S = Jumlah jenis Jika nilai H’ 1 Maka keanekaragaman jenis pada suatu transek sedikit atau
rendah, jika 1 H’ 3 maka keanekaragaman jenis pada suatu transek sedang dan bila H’ 3 maka keanekaragaman jenis tinggi.
g. Indeks Keseragaman E
E = H’
H maks dengan:
H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis Hmaks = Indeks Keanekaragaman maksimum
Nilai indeks keseragaman E berkisar antara 0 – 1. Bila mendekati 0, ada
satu spesies yang mendominasi. Nilai E mendekati 1 sebaran individu tiap jenis merata.
h. Indeks Similaritas IS
IS= 2c x 100
a + b dengan:
IS = Indeks Similaritas
a = Jumlah spesies pada lokasi A
b = Jumlah spesies pada lokasi B
c = Jumlah spesies yang sama pada lokasi A dan B
Universitas Sumatera Utara
23
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Bila IS = 75-100 sangat mirip 50-75 mirip
25-50 tidak mirip ≤ 25 sangat tidak mirip
i. Penutupan jenis makroalga
P = Luas total penutupan ke-i Luas total pengambilan sampel
dengan: P = Penutupan jenis makroalga
j. Penutupan Relatif jenis makroalga
PR = Penutupan jenis ke-i ×100 Penutupan Seluruh jenis
dengan:
PR = Penutupan Relatif jenis makroalga
k. Indeks Nilai Penting INP
Indeks nilai penting menggambarkan peran suatu jenis alga terhadap komunitas alga jenis lain, semakin tinggi nilai Indeks nilai penting suatu jenis
relatif terhadap jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung INP adalah:
INP = KR + FR + PR
dengan: INP = Indeks Nilai Penting
FK = Frekuensi Kehadiran KR = Kerapatan Relatif
PR = Penutupan Relatif
l. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara Keragaman dengan faktor fisik kimia perairan. Analisis korelasi dihitung
menggunakan Analisa Korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver.16.00.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Faktor Biotik Lingkungan 4.1.1. Makroalga yang ditemukan Pada 3 Stasiun Penelitian
Hasil identifikasi genus dan keberadaan makroalga pada 3 stasiun penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.1.1:
Tabel 4.1.1. Makroalga yang ditemukan Pada Tiga Stasiun Penelitian
KELAS ORDO
FAMILI GENUS
STASIUN 1
2 3
I. Chlorophyceae Cladophorales
Cladophoraceae 1.
Chaetomorpha +
+ +
II. Rhodophyceae Cryptonemiales
Corallinaceae 2.
Amphiroa +
+ +
Gelidiales Gelidiaceae
3. Gelidiella
- -
+ 4.
Gelidium +
- -
Gigartinales Gracilariaceae
5. Gracilaria
+ +
+ Solieriaceae
6. Eucheuma
+ -
- Rhodymeniales
Rhodymeniaceae 7.
Rhodymenia +
- -
III. Phaeophyceae Dictyotales
Dictyotaceae 8.
Padina +
+ +
Fucales Sargassaceae
9. Sargassum
- -
+ 10.
Turbinaria -
+ -
Ket: + = ditemukan; - = tidak ditemukan
Dari Tabel 4.1.1. diketahui bahwa makroalga yang didapat pada seluruh stasiun penelitian adalah 3 kelas yang terdiri dari 7 ordo, 8 famili dan 10 genus.
Adapun genus yang ditemukan, diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi seperti bentuk tallus, panjang tallus, warna tallus, percabangan dan tempat
melekat makroalga tersebut yaitu: a.
Chaetomorpha Makroalga ini memiliki tallus yang menyerupai rambut atau benang
kusut. Memiliki warna tallus berwarna hijau, banyak ditemukan menempel pada batuan, karang, jaring-jaring dsb. Dalam http:www.iptek.net.id, Chaetomorpha
memiliki tallus silindris menyerupai rambut atau membentuk gumpalan seperti benang kusut dan berwarna hijau. Makroalga ini banyak ditemukan di zona
Universitas Sumatera Utara