40
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
besar kandungan nitrat pada perairan. Menurut Riyanto et al 2000, umumnya fosfat dapat mempengaruhi keberadaan oksigen terlarut. Melimpahnya fosfat di
perairan dapat mengakibatkan pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas sehingga dapat mengurangi oksigen terlarut dalam perairan.
4.2.8. Kejenuhan Oksigen
Penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai kejenuhan oksigen berkisar antara 68,3 - 90,3 . Kejenuhan oksigen tertinggi pada stasiun 1 dengan nilai 90,3 ,
sedangkan nilai kejenuhan oksigen terendah pada stasiun 2 dan 3 dengan nilai 68,3 . Tingginya kejenuhan oksigen pada stasiun 1 dapat disebabkan oleh nilai
kelarutan oksigen DO pada lokasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi
lainnya.
Menurut Nainggolan 2011, menyatakan bahwa nilai kejenuhan oksigen menggambarkan keadaan oksigen pada suatu perairan. Semakin tinggi nilai
kelarutan oksigen maka semakin besar pula nilai kejenuhannya. Semakin tinggi nilai kejenuhan oksigen maka semakin kecil defisit oksigen yang terdapat pada
suatu perairan demikian pula sebaliknya. Menurut Fardiaz 1992, menyatakan bahwa konsentrasi dan distribusi oksigen ditentukan oleh kelarutan oksigen DO
dalam air dan proses biologis yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen. Menurut Barus 2004, menyatakan bahwa kualitas dari suatu perairan
dapat dikatakan cukup bersih dan terbebas dari senyawa organik disebabkan karena pada perairan tersebut tidak terjadi defisit oksigen.
4.3. Analisis Korelasi
Nilai Korelasi yang diperoleh antara parameter fisik kimia perairan dengan Indeks Keanekaragaman makroalga dengan metode komputerisasi SPSS ver.16.00
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Nilai Korelasi Antara Parameter Fisik-Kimia Perairan dengan Keanekaragaman Makroalga dari Setiap Stasiun Penelitian
Suhu pH
Salinitas Inten.
Cahaya Penet.
Cahaya Kejenuh
O
2
DO BOD5
Kand. Nitrat
Kand. Posfat
H’ -0,556
+0,645 +0,998
+0,516 -0,286
+0,556 +0,556
+0,442 -0,734
-0,991
Keterangan: - = Korelasi negatif berlawanan; + = Korelasi positif searah
Universitas Sumatera Utara
41
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan berbeda tingkat korelasinya dan arah
korelasinya dengan indeks keanekaraga man H’. Nilai + menunjukan
hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan indeks diversitas H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia maka indeks
keanekaragaman akan semakin besar pula, sedangkan nilai - menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan
indeks keanekaragaman H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik
kimia maka nilai indeks diversitasnya akan semakin besar. Hasil korelasi antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia
menunjukan hubungan yang searah positif dan sangat kuat dengan keanekaragaman makroalga adalah salinitas. Semakin tinggi nilai salinitas pada
suatu perairan maka semakin tinggi pula nilai keanekaragaman. Makroalga mampu hidup pada perairan yang memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi
dengan batasan toleransinya. Menurut Aslan 1998 dalam Jaya dan Rasyid 2009, kisaran optimum kadar salinitas yang sesuai dengan keberadaan makroalga
berkisar antara 25‰- 35‰. Semakin tinggi salinitas pada suatu perairan akan meningkatkan keberadaan makroalga pada suatu perairan hingga batas kadar
toleransinya, jika melewati batas toleransinya akan mengganggu keberadaan makroalga. Menurut Mubarak et al 1990, keanekaragaman makroalga dapat
ditemukan melimpah pada perairan yang memiliki salinitas yang tinggi. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kandungan fosfat memiliki
hubungan yang berbanding terbalik negatif dan sangat kuat dengan keanekaragaman makroalga. Semakin tinggi nilai kadar fosfat pada perairan maka
akan semakin berkurang nilai keanekaragaman makroalga di dalamnya. Keberadaan makroalga disesuai dengan batas toleransi kadar fosfat pada perairan
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan makroalga. Menurut Aslan 1998 dalam Jaya dan Rasyid 2009, kisaran optimum kandungan fosfat
yang sesuai dengan keberadaan makroalga berkisar antara 0,01 mgL – 2,0
mgL. Artinya jika kadar fosfat pada suatu perairan melewati batasan optimum akan menganggu keberadaan makroalga pada suatu perairan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Makroalga yang ditemukan pada seluruh stasiun penelitian adalah 3 kelas
yang terdiri dari 7 ordo, 8 famili, 10 genus. b.
Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 1,470 dan indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai
1,018. c.
Indeks Keseragaman tertinggi pada stasiun 3 sebesar 0,802 dan terendah pada stasiun 2 sebesar 0,63.
d. Indeks similaritas tertinggi terdapat antara stasiun 2 dan 3 dengan nilai
73 yang tergolong mirip. e.
Salinitas berkorelasi sangat kuat dengan indeks keanekaragaman makroalga.
5.2. Saran
Sebaiknya perlu
dilakukan penelitian
lebih lanjut
mengenai keanekaragaman makroalga secara spesifik berdasarkan kedalaman.
Universitas Sumatera Utara