12
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
2.5.1. Suhu
Suhu permukaan perairan bergantung pada presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari dan faktor fisik yang terjadi di dalam perairan.
Presipitasi air laut terjadi melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu air permukaan laut. Evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira 0,1°C pada lapisan
permukaan hingga kedalaman 10 meter dan hanya kira-kira 0,02°C pada kedalaman 10-75 meter Asriyana dan Yuliana, 2012.
Dibandingkan dengan udara, air mempunyai kapasitas panas yang lebih tinggi. Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air
merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam
ekosistem air yang sangat dipengaruhi temperatur. Semakin naik temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi Barus, 2004.
2.5.2. Salinitas
Salinitas pada berbagai tempat di lautan terbuka yang jauh dari daerah pantai variasinya sempit saja, biasanya antara 34-37
o oo
, dengan rata-rata 35
o oo
. Perbedaan salinitas terjadi karena perbedaan dalam penguapan dan presipitasi.
Salinitas lautan di daerah tropik lebih tinggi karena evaporasi lebih tinggi, sedangkan pada lautan di daerah beriklim sedang salinitasnya rendah karena
evaporasi lebih rendah. Di daerah pantai dan laut yang tertutup sebagian, salinitas lebih bervariasi dan mungkin mendekati 0 di mana sungai-sungai besar
mengalirkan air Nybakken, 1992.
2.5.3. Intensitas Cahaya
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian
lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air maka intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan
yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif Barus, 2004.
Universitas Sumatera Utara
13
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Banyaknya cahaya menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya
kejelukan memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. Cahaya yang menerangi daratan atau lautan biasanya diukur dalam
luxmeter Juwana dan Romimohtarto, 2009. Makroalga mampu hidup pada situasi yang mendukung kehidupannya.
Termasuk salah satunya adalah kedalaman yang menjadikan ciri khas dari suatu spesies makroalga. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan sangat
diperlukan untuk mendukung berlangsung fotosintesis. Penetrasi cahaya matahari yang terbatas akan membatasi kemampuan makroalga dalam melakukan
fotosintesis. Menurut Atmadja 1999, pencahayaan ada kaitannya dengan proses fotosintesis bergantung pada kecerahan dan kedalaman air yang mempengaruhi
intensitas cahaya. Kehadiran dan kelimpahan makroalga akan berkurang pada tempat-tempat yang lebih dalam dibandingkan dengan daerah yang lebih dangkal.
Makin jernih perairan akan lebih banyak cahaya yang menembus dan memperlancar proses fotosintesis, mengakibatkan semakin bertambah baik dan
melimpahnya alga di daerah tersebut.
2.5.4. Penetrasi Cahaya