20
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
5. Derajat
keasaman pH meter
- dimasukkan pH meter ke dalam air yang
diambil sampai terlihat skala angka yang konstan pada alat dan dibaca angka yang
tertera pada pH meter tersebut.
6. Oksigen
terlarut Botol winkler,
MnSO
4
, KOH KI,
H
2
SO
4,
Na
2
S
2
O
3
0,00125N, amilum
mgL Air diambil dan dimasukkan ke dalam botol
Winkler kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut dan dititrasi dengan metoda
winkler.
7. BOD
5
Botol winkler, MnSO
4
, KOH KI,
H
2
SO
4,
Na
2
S
2
O
3
0,00125 N,
amilum mgL
Air yang diambil dan dimasukkan ke dalam botol putih dalam kondisi tidak ada
gelembung udara. Diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20
C. Dihitung nilai BOD dengan cara sama seperti pada pengukuran Oksigen
DO. Kadar BOD
5
dihitung dengan mengurangkan DO awal dengan DO akhir.
8. Kejenuhan
Oksigen Botol winkler,
MnSO
4
, KOH KI,
H
2
SO
4,
Na
2
S
2
O
3
0,00125 N,
amilum Diukur dengan metode winkler dan melihat
tabel kejenuhan oksigen yang dihitung dengan melihat konsentrasi oksigen yang
diukur. Menggunakan rumus:
Kejenuhan =
₂ [ ] ₂ [ ]
x 100 Keterangan:
O
2
u = nilai konsentrasi oksigen yang diukur mgL
O
2
u = nilai konsentrasi oksigen sebenarnya sesuai dengan besarnya suhu.
3.6 Analisis data
Data yang didapat dari lapangan selanjutnya akan di analisa menggunakan rumus menurut Fachrul 2007 sebagai berikut:
a. Kerapatan Jenis Makroalga K
K =
�� �
dengan: Ki = Kerapatan jenis ke-i
ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i A = Luas areal total pengambilan sampel m
2
Universitas Sumatera Utara
21
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
b. Kerapatan Relatif Jenis Makroalga KR
KR =
� ∑
X 100
dengan: KR = Kerapatan relatif
ni = Jumlah individu ke-i ∑ n = Jumlah individu seluruh jenis
c. Frekuensi makroalga Fi
Fi = Pi Ʃp
dengan: Fi = Frekuensi jenis ke-i
Pi = Jumlah petak sampel tempat ditemukan jenis ke-i ∑ P = Jumlah total petak sampel yang diamati
d. Frekuensi Kehadiran Makroalga FK
FK = Pi X 100 Ʃp
dengan: FK = Frekuensi Kehadiran
Pi = Jumlah plot ditemukan jenis ke-i ∑p = Jumlah total plot
FK : 0-25 : sangat jarang
25-50 : jarang
50-75 : banyak
75-100 : sangat banyak
Jika nilai FK 50 maka kehadiran makroalga besar dan jika nilai FK 50 , maka kehadiran makroalga kecil.
e.
Frekuensi Relatif FR
FR =
� ∑
X 100
dengan : FR = Frekuensi Relatif
Fi = Frekuensi jenis ke-i ∑ F = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
Universitas Sumatera Utara
22
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
f. Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener:
S H’ = - ∑ pi ln pi; pi = niN
i=1 dengan:
H’ = Index keanekaragaman jenis ni = Jumlah individu jenis yang diamati
pi = Proporsi jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu
S = Jumlah jenis Jika nilai H’ 1 Maka keanekaragaman jenis pada suatu transek sedikit atau
rendah, jika 1 H’ 3 maka keanekaragaman jenis pada suatu transek sedang dan bila H’ 3 maka keanekaragaman jenis tinggi.
g. Indeks Keseragaman E
E = H’
H maks dengan:
H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis Hmaks = Indeks Keanekaragaman maksimum
Nilai indeks keseragaman E berkisar antara 0 – 1. Bila mendekati 0, ada
satu spesies yang mendominasi. Nilai E mendekati 1 sebaran individu tiap jenis merata.
h. Indeks Similaritas IS