Objek kontrak production sharing adalah kegiatan usaha minyak dan gas bumi, terutama kegiatan usaha hulu yang mencakup eksplorasi dan eksploitasi.
Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak
dan gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah
kerja yang telah ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengoalahan untuk
pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
161
B. Tujuan Adanya Persyaratan Kandungan Lokal
Banyak negara-negara penghasil minyak dan gas di dunia menerapkan kebijakan kandungan lokal di dalam kerangka peraturannya, misalnya Nigeria,
Brazil, Kazakhstan, dan Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan perkembangan korporasi, dan mempercepat
transfer tenaga ahli dan teknologi.
162
Namun, tujuan yang utama yaitu agar negara tuan rumah memperoleh pendapatan, dimana pendapatan ini biasanya diterima
oleh perusahaan – perusahaan asing.
163
Menurut sebuah penelitian, sekitar 90 dari produksi hidrokarbon dalam 20 tahun berikutnya akan datang dari negara-negara berkembang. Oleh karenanya,
161
H. Salim HS, Op.Cit., hal.,289.
162
Uyanga Gankhuyag, “Local Content Policies in the Oil, Gas, and Mining Sectors - A World Bank Conference”, http:goxi.orgprofilesblogslocal-content-policies-in-the-oil-gas-and-
mining-sectors-a-world. diakses pada tgl 10 April 2014 pukul 14.00 WIB.
163
Derek J. Anchodo, Local Content Requirements in The Oil and Gas Sector: A Way of Life or An Emerging Trend?, Op. Cit., hlm. 16.
Universitas Sumatera Utara
banyak dari negara-negara ini telah memperkenalkan kebijakan kandungan lokal ke dalam kerangka peraturan yang mengatur tentang pengembangan sumber
daya alam.
164
Mengingat pentingnya kebijakan kandungan lokal, banyak perusahaan menganggap konsep ini sebagai isu strategis yang memiliki pengaruh
langsung dalam berbagai fungsi usaha, seperti pengembangan bisnis, pengadaan, dan pengoperasiannya. Perusahaan-perusahaan pun mulai mengembangkan alat-
alat dan pendekatan inovatif yang bertujuan untuk memenuhi kebijakan kandungan lokal dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Pada saat yang sama, upaya tersebut dapat melindungi dan meningkatkan kepentingan komersial perusahaan itu sendiri.
Negara-negara berkembang umumnya yang mengenakan kebijakan kandungan lokal ini berupaya agar modal asing yang diperoleh dapat memberi
keuntungan maksimal terhadap pembangunan ekonominya. Dalam hal ini, penanaman modal asing akan digunakan sebaik-baiknya untuk membangun atau
untuk memenuhi rencana pembangunan atau rencana perekonomian negaranya.
165
Pasal 79 dari Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang mengatur bahwa kegiatan
kontraktor di sektor hulu minyak dan gas mengharuskan kontraktor untuk memprioritaskan penggunaan jasa dalam negeri, teknologi, dan kemampuan
teknis dan desain. Perusahaan Energi dan Jasa Energi Asing menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan preferensi lokal ini sangat merusak kemampuan mereka
untuk membuat tawaran kontrak yang sukses dan membuat keputusan tentang
164
Loc.cit.
165
An An Chandrawulan., Op. Cit., hlm. 137.
Universitas Sumatera Utara
sumber dan personil yang memungkinkan mereka untuk berfungsi secara efisien dan menguntungkan di pasar Indonesia. Implementasi dari kebijakan kandungan
lokal di sektor minyak dan gas bumi ini juga diperketat. Pada tahun 2011, peraturan hulu minyak dan gas di Indonesia memperketat aturan-aturan yang
berkaitan dengan bagaimana konten tersebut diukur sehubungan dengan proyek- proyek minyak dan gas. Kriteria yang diperketat tersebut dimaksudkan untuk
mencapai rata-rata 91 kandungan lokal pada tahun 2025, naik dari 61 di tahun 2012.
166
Dengan adanya kebijakan kandungan lokal ini maka diharapkan dapat menumbuhkembangkan produk dalam negeri sehingga mampu mendukung
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian, menyerap tenaga kerja serta berdaya saing secara nasional,
regional, dan internasional, mendukung dan menumbuhkembangkan inovasiteknologi produk dalam negeri, meningkatkan penggunaan produk dalam
negeri dengan tetap mempertimbangkan prinsip efektifitas dan efisiensi, serta mewujudkan tertib penyelenggaraan peningkatan penggunaan produk dalam
negeri pada kegiatan uaha hulu minyak dan gas bumi.
167
166
Indonesia, http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:CvBCsNClbJwJ:photos.state.govlibraries
indonesia890636pdf_001NTE_2013.pdf+cd=1hl=enct=clnkclient=firefox-a diakses pada tgl 12 Maret 2014 WIB.
167
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pasal 2.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun kebijakan kandungan lokal mempunyai berbagai tujuan yang bermanfaat bagi negara tuan rumah, namun di dalam penerapannya kebijakan
kandungan lokal ini juga terdapat beberapa hambatan antara lain:
168
a. Kurangnya manufaktur domestik, fabrikasi dan kemampuan layanan untuk
mendukung sektor industri minyak dan gas; b.
Kurangnya orang dengan keterampilan yang diperlukan; c.
Kurangnya listrik yang memadai, air dan infrastruktur lainnya untuk mendukung perluasan basis manufaktur ; dan
d. hambatan birokrasi yang rumit untuk perusahaan kecil dan menengah.
Sampai sekarang kebijakan kandungan lokal ini masih mendapat pertentangan dari WTO. Hal ini dikarenakan kebijakan ini dianggap bertentangan
dengan artikel III.4 GATT tentang prinsip national treatment.
169
Prinsip National Treatment
melarang peraturan-peraturan diskriminatif sebagai alat untuk memberikan proteksi terhadap produk dalam negeri. Termasuk didalamnya
tindakan-tindakan perpajakan dan pungutan-pungutan lainnya. Prinsip ini juga berlaku pula terhadap Perundang-undangan, pengaturan dan persyaratan-
persyaratan hukum yang dapat mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan distribusi atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri
168
Willy.H.Olsen, Local Content Development – What Will It Take?, March 2008, hlm. 15.
169
Article III.4 GATT: The products of the territory of any contracting party imported into the territory of any other contracting party shall be accorded treatment no less favourable than
that accorded to like products of national origin in respect of all laws, regulations and requirements affecting their internal sale, offering for sale, purchase, transportation, distribution or use. The
provisions of this paragraph shall not prevent the application of differential internal transportation charges which are based exclusively on the economic operation of the means of transport and not
on the nationality of the product.
Universitas Sumatera Utara
dan pemberian perlindungan terhadap proteksionisme sebagai upaya-upaya atau kebijakan administratif atau legislatif.
170
170
Dwi Martini, “Prinsip National Treatment Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesi Antara Liberalisasi dan Kepentingan Nasional, http:dwimaret.blogspot.com201212prinsip-
national-treatment-dalam.html diakses pada tgl 28 Maret 2014 pukul 21.52 WIB.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEBIJAKAN KANDUNGAN LOKAL BERDASARKAN PERATURAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 15 TAHUN 2013 DALAM PERSPEKTIF KESEPAKATAN WTO
A. Tinjauan Umum Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral