Tujuan Adanya Kebijakan Kandungan Lokal Pada Kegiatan Usaha Hulu

2. Tujuan Adanya Kebijakan Kandungan Lokal Pada Kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi Persyaratan penggunaan kandungan lokal memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Adapun tujuan diberlakukannya persyaratan penggunaan kandungan lokal dijabarkan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 15 tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagai berikut: 176 a. mendukung dan menumbuh kembangkan produk dalam negeri sehingga mampu mendukung kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian, menyerap tenaga kerja serta berdaya saing secara nasional, regional, dan internasional; b. mendukung dan menumbuh kembangkan inovasiteknologi produk dalam negeri; c. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dengan tetap mempertimbangkan prinsip efektifitas dan efisiensi; dan d. mewujudkan tertib penyelenggaraan peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. 176 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi., hal. 5. Universitas Sumatera Utara Mencermati tujuan diselenggarakannya persyaratan penggunaan kandungan lokal sebagaimana dijabarkan dalam Pasal 2 di atas tampak bahwa pembentuk Peraturan Menteri berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Hal ini dilakukan agar dapat mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional. Sektor hulu minyak dan gas bumi sebenarnya masih menjadi andalan bagi penerimaan negara. Industri ini selalu melampaui target yang ditetapkan oleh Pemerintah. Menurut data yang dilansir Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu SKK Migas, sepanjang tahun 2012 saja, sektor hulu migas menghasilkan pendapatan kotor mencapai US 62,243 miliar atau setara Rp 757 triliun. Dari jumlah tersebut, negara mendapat US 35,970, kontraktor mendapat US 10,608 miliar, dan sisanya sebesar US 15,6 miliar digunakan untuk cost recovery . 177 Nilai investasi di sektor hulu migas yang merupakan foreign direct investment investasi langsung sangat membantu akselerasi peningkatan ekonomi nasional. Sumbangsih kegiatan hulu minyak dan gas bumi bagi ekonomi nasional tidak hanya berasal dari produksinya. Kegiatan tersebut juga menghasilkan multiplier effect yang bisa memicu pertumbuhan ekonomi nasional yaitu pengadaan barang dan jasa dalam negeri. Untuk mendorong upaya tersebut, telah ditetapkan aturan pengadaan barang dan jasa dalam industri hulu migas hanya boleh dilakukan oleh perusahaan nasional, atau perusahaan asing yang bermitra 177 Energi Masih Jadi Andalan Negara, http:www.neraca.co.idarticle36781Energi- Masih-Jadi-Andalan-Pendapatan-Negara diakses pada tgl 10 April 2014 pukul 16.00 WIB. Universitas Sumatera Utara dengan penyedia nasional. Selain itu, juga diwajibkan bagi penggunaan jasa perbankan nasional dalam transaksi pengadaan barang dan jasa di industri hulu migas. Peraturan ini terbukti efektif memagari kepentingan nasional. 178 Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka Pemerintah Republik Indonesia membentuk suatu institusi yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yaitu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi SKK Migas yang berada di bawah pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Dengan lahirnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi diharapkan dapat memperbaiki sistem tata kelola dengan penguatan kelembagaan, meningkatkan penerimaan dan partisipasi daerah, dan mengedepankan peran perusahaan minyak dan gas milik Negara dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi hingga ke kancah internasional.

B. Kebijakan Kandungan Lokal Berdasarkan Peraturan Menteri Energi