BAB II KEBIJAKAN KANDUNGAN LOKAL MENURUT KESEPAKATAN
WORLD TRADE ORGANIZATION WTO – AGREEMENT ON TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES TRIMS
A. Pengertian Kebijakan Kandungan Lokal
Paragraf l.a illustrative list dari Agreement on TRIMs melarang negara- negara anggota WTO menerapkan kebijakan local content requirement yang
dijadikan sebagai salah syarat bagi investor untuk dapat melakukan kegiatan penanaman modal. Jika diperhatikan ketentuan dalam Paragraf 1.a tersebut
terdapat dua bentuk kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai local content requirement
, yaitu mewajibkan investor membeli atau menggunakan produk- produk buatan dalam negeri dalam jumlah atau persentase tertentu atau keharusan
bagi investor untuk menggunakan sumber-sumber dalam negeri lainnya dalam hal pengadaan barang-barang impor, misalnya dengan menetapkan kewajiban impor
barang yang harus dilakukan dengan mempergunakan jasa importir dalam negeri host country
atau dengan kata lain tidak dimungkinkannya perusahaan penanaman modal asing melakukan impor secara langsung.
45
Local content requirement atau kebijakan kandungan lokal dilarang karena
tindakan tersebut merupakan bentuk perlakuan diskriminatif terhadap barang impor. Dengan adanya kewajiban bagi investor untuk membeli atau
mempergunakan barang-barang buatan dalam negeri, maka dalam hal ini
45
Mahmul Siregar, Loc. cit, hlm. 74.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah telah memberikan perlakuan yang lebih baik pada barang buatan dalam negeri dari pada barang impor. Perlakuan yang diskriminatif seperti ini
dengan sendirinya menciptakan persaingan yang tidak adil antara barang impor dan barang buatan dalam negeri. Melalui persyaratan kandungan lokal sebenarnya
Pemerintah host country telah membatasi akses pasarnya bagi barang-barang yang sama dari negara-negara anggota lain.
46
Konten lokal adalah nilai tambah yang dibawa ke negara tuan rumah daerah regional dan lokal di negara tersebut melalui kegiatan industri minyak
dan gas. Konten lokal ini mengacu pada nilai tambah yang dibawa ke negara tuan rumah melalui:
47
a. pembinaan tenaga kerja
1. menggunakan tenga kerja lokal
2. memberi pelatihan kepada tenaga kerja lokal
c. pengembangan investasi terhadap supplier
1. pengembangan barang dan jasa lokal
2. pengadaan barang dan jasa lokal
Sedangkan, Anthony Paul dari asosiasi spesialis energi di Karibia menyimpulkan definisi konten lokal sebagai:
48
a.
Pendapatan yg diterima masyarakat lokal
b.
Pendapatan yg diperoleh dari pemilik tanah dan sumber daya
46
Ibid.
47
IPIECA, Loc. Cit.
48
Local Content Policies in the Oil, Gas and Mining Sectors - A World Bank conference,http:goxi.orgprofilesblogslocal-content-policies-in-the-oil-gas-and-mining-sectors-
a-world diakses pada tgl 24 Februari 2014 pukul 23.35 WIB.
Universitas Sumatera Utara
c.
Pendistribusian pendapatan kepada pemegang saham kreditor lokal. Singkatnya, input disediakan oleh pihak lokal ke industri ekstraktif adalah
dalam bentuk barang dan jasa. Kebijakan kandungan lokal antara satu negara dengan negara lain biasanya
berbeda. Misalnya, perusahaan asing mungkin perlu bermitra dengan perusahaan lokal untuk melakukan bisnis di negara setempat. Sebagai alternatif perusahaan
asing diharuskan untuk memiliki cabang di negara setempat dan melalui cabang tersebutlah, perusahaan asing dapat menjalankan usaha danatau kegiatan
komersialnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar perusahaan asing memiliki partisipasi lokal danatau kepemilikan lokal pada keseluruhan operasi.
49
Sebuah perusahaan minyak internasional perlu bermitra dengan pihak lokal yang biasanya perusahaan minyak nasional. Dalam rangka mengoperasikan
kebijakan kandungan lokal di negara tuan rumah, perusahaan asing harus beradaptasi dengan dan menyetujui persyaratan ini baik dalam mempekerjakan
tenaga kerja, pengadaan barang, materi maupun jasa-jasa, atau pun bermitra dengan perusahaan lokal, persyaratan penggunaan kandungan lokal akan
mempengaruhi cara perusahaan asing melakukan bisnis di negara tuan rumah.
B. Latar Belakang Negara-Negara Menerapkan Kebijakan Kandungan