Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Berdasarkan

Tujuan kegiatan eksploitasi adalah untuk menghasilkan migas dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas : 143 a. pengeboran dan penyelesaian sumur, b. pembangunan sarana pengangkutan, c. penyimpanan, d. pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi dilapangan, serta e. kegiatan lain yang mendukungnya.

3. Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Berdasarkan

Kontrak Kerja Sama Production Sharing Contract 1 Sekilas tentang Kontrak Kerja Sama Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pada industri hulu minyak dan gas meliputi serangkaian aktivitas yang kompleks dan bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, kegiatan sektor ini diatur dengan regulasi khusus Peraturan Pemerintah Nomor. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Dalam mengelola usaha hulu minyak dan gas bumi, Indonesia mengembangkan model kontrak bagi hasil production sharing contract atau kontrak kerja sama. Dengan model ini, negara memegang kontrol atas pengelolaan sumber daya alam 143 Advocates and Legal Consultant, Aspek Hukum Migas, http:hukumkeadilan.wordpress.com20100806aspek-hukum-migas diakses pada tgl 10 January 2014 pukul 00.25 WIB. Universitas Sumatera Utara minyak dan gas bumi. 144 Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat 1 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Pengawasan atas Kegiatan Usaha Hulu tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dilaksanakan oleh Badan Pelaksana, yaitu Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu MInyak dan Gas Bumi yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 145 Kontrak bagi hasil atau kontrak kerja sama merupakan terjemahan dari istilah production sharing contract PSC. Di dalam Article 1 huruf L The Petroleum Tax Code 1997 terdapat pengertian dari production sharing contract yang berbunyi sebagai berikut: 146 production sharing contract means an agreement entered into on or after ….. by the Government of India with any person for the association or participation of the Government of India or any person authorized by it in any business consisting of the prospecting for or extraction or production of petroleum and natural gas. Ketentuan ini menjelaskan bahwa production sharing contract merupakan persetujuan antara Pemerintah India dengan berbagai asosiasi bisnis untuk melakukan eksplorasi dan produksi minyak bumi. Dalam Russia’s Law on Production-Sharing Agreement tahun 1995 dan The Petroleum Tax Code tahun 1997, istilah yang digunakan adalah production sharing agreement PSA, sedangkan di Suriname, istilah yang lazim digunakan 144 Indomedia Dinamika, Mengelola Industri Hulu Migas Untuk Kesjahteraan Bangsa., Loc.cit. 145 Adrian Sutedi, Op. Cit., hal. 48. 146 H. Salim HS, Op.Cit., hal.,258. Universitas Sumatera Utara adalah production sharing service contract PSSC. Di Indonesia, istilah kontrak production sharing ditemukan dalam Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1971 tentang Pertamina Jo Undang-Undang Nomor 10 tahun 1974 tantang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1971 tantang Pertamina. Sementara itu, dalam pasal 1 ayat 19 Undang- Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, istilah yang digunakan adalah dalam bentuk kontrak kerja sama. Kontrak kerja sama menurut ketentuan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi adalah kontrak bagi hasil dan kontak kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 147 Di dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memuat tiga prinsip pokok Production Sharing Contract yaitu: 148 a. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan pemerintah yang sampai titik penyerahan, b. Pengendalian manajemen operasi berada pada badan pelaksana, c. Modal dan resiko seluruhnya ditanggung oleh badan usaha atau badan usaha tetap. Kontrak Kerja Sama diberikan untuk mencari dan mengembangkan cadangan hidrokarbon di area tertentu sebelum berproduksi secara komersial. 147 Ibid., hal. 257 148 Advocates and Legal Consultant, Production Sharing Contarct For The Joint Petroleum Development Area Presented For The Information Of The Council Of Ministres, http:hukumkeadilan.wordpress.comcategoryhukum-pertambangan diakses pada tgl 14 Maret 2014 pukul 00.12 WIB. Universitas Sumatera Utara Kontrak ini berlaku untuk beberapa tahun tergantung pada syarat kontrak, tergantung penemuan minyak dan gas dalam jumlah komersial dalam suatu periode tertentu, meskipun pada umumnya periode ini dapat diperpanjang melalui perjanjian antara kontraktor dan Kementrian ESDM cc. Ditjen Migas. Kontraktor pada umumnya diwajibkan untuk menyerahkan kembali persentase tertentu dari area kontrak pada tanggal tertentu, kecuali jika area tersebut terkait dengan permukaan lapangan dimana telah ditemukan minyak dan gas. 149 b Substansi Utama dalam Kontak Kerjasama Kontrak Kerjasama pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960 di Venezuela oleh Bengawan Ekonomi Ibnu Sutowo. Kemudian untuk pertama kalinya, pada tahun 1966 Ibnu Sutowo menawarkan substansi production sharing contract kepada kontraktor asing berupa: 150 a. Kendali manajemen dipegang oleh Perusahaan Negara; b. Kontrak didasrkan pada pembagian produksi; c. Kontraktor menanggung resiko pra produksi dan bila minyak ditemukan, penggantian biaya dibatasi sampai maksimum 40 per tahun dari minyak yang dihasilkan; d. Sisa dari minyak yang dihasilkan setelah dikurangi biaya penggantian akan dibagi komposisi 65 untuk Perusahaan Negara dan 35 untuk kontraktor; 149 Kontrak Bagi Hasil, http:id.wikipedia.orgwikiKontrak_Bagi_Hasil diakses pada tgl 13 Maret 2014 pukul 01.42. 150 Adrian Sutedi, Op.Cit., hal. 260 Universitas Sumatera Utara e. Hak atas semua peralatan yang dibeli kontraktor akan menjadi milik Perusahaan Negara ketika peralatan tersebut masuk ke Indonesia, dan biayanya akan ditutup dengan formula 40 tersebut; f. Pertamina membayar pajak pendapatan kontraktor kepada Pemerintah; g. Kontraktor wajib memperkerjakan tenaga kerja Indonesia; dan h. Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri secara proposional maksimum 25 bagiannya. Sejak tahun 1964 sampai dengan sekarang production sharing contract telah beberapa kali mengalami generasi, sehingga production sharing contract dapat dibagi menjadi 4 empat generasi yaitu: 151 1. Production Sharing Contract Generasi I 1964-1977 Dengan substansi yang sama dengan yang dikemukakan oleh Ibnu Sutowo hanya karena pada tahun 19731974 terjadi lonjakan harga minyak dunia, sehingga pemerintah menetapkan kebijakan, sejak tahun 1974 kontraktor wajib melaksanakan pembayaran tambahan kepada pemerintah. 2. Production Sharing Contract Generasi II 1978-1987 Perubahan generasi ini lebih disebabkan oleh pengaruh asing, dalam hal ini adalah Pemerintah Amerika Serikat yang mengeluarkan IRS Ruling antara lain menetapkan bahwa penyetoran Net Operating Income KPS dianggap sebagai pembayaran royalty kepada pemerintah sehingga 151 Ibid. hlm. 261-262. Universitas Sumatera Utara disarankan kontraktor membayar pajak secara langsung kepada Pemerintah sebesar 56. Selain itu, perlu diterapkan Generally Accepted Acounting Procedure GAP di mana pembatasan pengembalian biaya operasi cost recovery ceiling 40 per tahun dihapuskan. 3. Production Sharing Contract Generasi III 1988-2002 Perubahan lebih disebabkan karena Pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang baru pada tahun 1984. Hanya saja peraturan perpajakan ini baru dapat diterpakan pada tahun 1988. 4. Production Sharing Contract Generasi IV 2002-sekarang Untuk perubahan pada generasi ini merupakan imbas dari diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tantang Minyak dan Gas Bumi dimana para pihak dari kontrak ini berubah sebelumnya antara Pertamina dengan kontraktor menjadi Badan Pelaksana dengan Badan Usaha dan Badana Usaha Tetap. Setiap generasi production sharing contract ternyata memiliki pembagian hasil yang berbeda antara Pertamina dengan Kontraktor. Perbedaan ini dapat dilihat berikut ini: 152 1. Pada production sharing contract generasi I 1964-1977, pembagian hasil untuk minyak 60 dibagi menjadi: Pertamina 65; dan kontraktor 35; 152 H. Salim HS, Op.Cit., hal.,277. Universitas Sumatera Utara 2. Pada production sharing contract generasi II 1978-1987, setelah dikurangi biaya-biaya, pembagian hasil menjadi: minyak: 65,91 untuk Pertamina; 34,09 untuk kontraktor. Sementara itu, gas: 31,80 untuk Pertamina; 68,20 untuk kontraktor; 3. Pada production sharing contract generasi III 1988-2002, komposisi pembagian hasilnya untuk masing-masing pihak antara lain: a Minyak: 65 untuk Pertamina; 15 untuk kontraktor; dan b Gas: 70 untuk Pertamina dan 30 untuk kontraktor. 4. Pada production sharing contract generasi IV 2002-sekarang, komposisi pembagian hasilnya untuk masing-masing pihak antara lain: a Minyak: 85 untuk badan pelaksana; 15 untuk badan usaha danatau badan usaha tetap; dan b Gas: 70 untuk untuk badan pelaksana; 30 untuk badan usaha danatau badan usaha tetap. Ada beberapa karakter daripada kontrak production sharing yaitu: 153 a. Kegiatan produksi dilakukan hanya setelah dinilai komersial oleh pemerintah. b. Kepemilikan bahan tambang berada di tangan pemerintah hingga titik penyerahan. Semua minyak dan gas bumi adalah milik pemerintah, sampai titik penjualan. Setelah itu, barulah kontraktor memiliki hak sebagian hasil produksi sesuai besaran yang telah diatur dalam kontrak. 153 Indomedia Dinamika, Mengelola Industri Hulu Migas Untuk Kesjahteraan Bangsa., Loc.cit. Universitas Sumatera Utara c. Manajemen berada di tangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang merupakan lembaga negara yang dibentuk khusus untuk melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Adapun substansi-substansi atau klausul-klausul yang menjadi poin penting dalam kontrak kerjasama minyak dan gas bumi, antara lain: 154 a. Jangka Waktu Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun dengan masa eksplorasi 6 tahun dan perpanjangan masa eksplorasi selama 4 tahun, adapun kontrak yang telah habis jangka waktunya dapat diperpanjang kembali 20 tahun. b. Penyisihan Wilayah Kerja Ditujukan untuk mempercepat kegiatan eksplorasi, dengan persentase 25 pada tiga tahun pertama, 25 pada 6 tahun pertama dan 30 pada saat atau sebelum akhir tahun kesepuluh. Kontraktor hanya diperbolehkan mempertahankan wilayah kerja yang diusahakan dengan persentase 20 termasuk wilayah yang dikembangkan, penyisihan secara keseluruhan pada saat pengakhiran kontrak. c. Program Kerja dan Anggaran Disiapkan dan diajukan untuk mendapatkan persetujuan Badan Pelaksana terdiri dari komitmen pasti selama 3 tahun tercantum dalam 154 Adrian Sutedi, Op.Cit., hal. 263. Universitas Sumatera Utara Dokumen Penawaran Lelang dan komitmen 6 tahun dengan penekanan pada program kerja berdasarkan ketentuan kontrak. d. Manajemen Kontrak Manajemen operasi termasuk persetujuan program kerja dan anggaran menjadi tanggung jawab badan pelaksana, sedangkan pelaksanaan program kerja dan anggaran menjadi tanggung jawab kontraktor. e. Pengalihan Pengalihan interest ekonomi kepada perusahaan afiliasi cukup dengan sepengetahuan badan pelaksana, sedangkan pengalihan terhadap perusahaan nonafiliasi harus dengan persetujuan Badan Pelaksana dan Pemerintah. f. Kredit Investasi dan Biaya Operasi Kredit investasi dapat diterapkan pada lapangan baru dan pengembangan yang langsung berhubungan dengan fasilitas produksi minyak mentah dan biaya operasi yang dikeluarkan oleh kontraktor akan diperoleh kembali melalui hasil penjualan atau pembagian minyak mentah setiap tahun kalender. g. Peralatan Kontraktor berkewajiban menyediakan semua dana untuk membeli dan menyewa peralatan, peralatan yang dibeli tersebut status hukumnya menjadi milik pemerintah ketika peralatan tersebut memasuki wilayah Indonesia tetapi penguasaannya diserahkan pada kontraktor. h. FTP-I dan FTP-II Universitas Sumatera Utara First Tranche Petroleum -I adalah hak para pihak untuk mengambil dan menerima sebagian minyaknya 20 atau 15 terlebih dahulu sebelum dikurangi dengan biaya operasi dan produksi setiap tahunnya, FTP tersebut akan dibagi antara Badan Pelaksana dan kontraktor sesuai dengan bagian masing-masing dalam kontrak kerja sama. First Tranche Petroleum -II adalah hak Badan Pelaksana untuk mengambil dan menerima sebagian minyaknya 10 terlebih dahulu sebelum dikurangi dengan biaya operasi dan produksi setiap tahunnya, FTP ini tidak akan dibagi antara Badan Pelaksana dan kontraktor. i. Kompensasi, Bantuan, dan Bonus Terdiri dari kompensasi informasi, bonus peralatan, dan bonus produksi wajib diserahkan kontraktor kepada pemerintah tanpa membebankan pada biaya operasi. j. Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri Kontraktor berkewajiban untuk menyediakan hasil produksinya untuk kebutuhan dalam negeri minyak mentah dan gas dengan perhitungan: 25 x produksi x persentase bagian kontraktor. k. Tenaga Kerja Kontraktor harus menyediakan semua teknologi yang diperlukan dan tenaga kerja asing ekspatriat. Kontraktor setuju untuk mempekerjakan tenaga kerja Indonesia yang bermutu dan memperhatikan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia, selain itu kontraktor berkewajiban membantu pelatihan tenaga kerja Badan Pelaksana. Universitas Sumatera Utara l. Arbitrase Perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara damai akan diserahkan pada Putusan Badan Arbitrase dengan sebelumnya melalui usaha Alternative Dispute Resolution , arbitrase akan menggunakan aturan ICC International Chamber of Commerce. m. Pembukuan, Akuntasi, dan Pemeriksaan Badan Pelaksana berkewajiban untuk membuat pembukuan dan akuntasi yang lengkap, pada masa eksplorasi kewajiban membuat pembukuan dan akuntasi tersebut berada pada kontraktor. Badan Pelaksana dan Pemerintah berwenang untuk memeriksa pembukuan yang dibuat oleh kontraktor. n. Partisipasi Badan Pelaksana mempunyai hak untuk meminta kepada kontraktor sebesar 10 interest penuh dari keseluruhan hak dan kewajiban dalam kontrak untuk ditawarkan kepada “Partisipan Indonesia” Pemda, BUMD, atau Perusahaan berbadan hukum Indonesia dan sahamnya dimiliki oleh Indonesia. c Para Pihak dan Objek Dalam Kontrak Kerjasama Kontrak production sharing hanya diberikan kepada kegiatan usaha hulu. Pelaksanaan kontrak production sharing meliputi kegiatan sebagai berikut: 155 155 H. Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, cetakan pertama, Yogyakaarta: UII Press, 2004, hal. 161. Universitas Sumatera Utara 1. Eksplorasi exsploration; 2. Pembangunan development; 3. Ekstraksi extraction; 4. Produksi Production Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, para pihak yang terkait dalam kontrak production sharing adalah Pertamina dan kontraktor. Kontraktor tersebut dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, para pihak yang terkait dalam kontrak production sharing, yaitu negara, yang diwakili oleh Badan Pelaksana, sedamgkan pihak kedua atau kontraktornya adalah badan usaha danatau badan usaha tetap. 156 Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah lembaga yang dibentuk Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Juli 2002 sebagai pembina dan pengawas Kontraktor Kontrak Kerja Sama KKKS di dalam menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan pemasaran migas Indonesia. Dengan didirikannya lembaga ini melalui Undang-Undang No mor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, masalah pengawasan dan pembinaan kegiatan Kontrak Kerja Sama yang 156 H. Salim HS, Op.Cit., hal.,284. Universitas Sumatera Utara sebelumnya dikerjakan oleh Pertamina selanjutnya ditangani langsung oleh badan pelaksana sebagai wakil pemerintah. 157 Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 23 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, Badan Pelaksana adalah suatu badan yang dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang Minyak dan Gas Bumi. Adapun yang menjadi fungsi Badan Pelaksana adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tugas badan pelaksana diatur dalam Pasal 44 ayat 3 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Jo Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Tugas badan pelaksana antara lain: a. memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran wilayah kerja serta kontrak kerja sama; b. melaksanakan penandatanganan kontrak kerja sama; c. diproduksikan dalam suatu wilayah kerja kepada menteri untuk mendapatkan persetujuan; d. memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf c; e. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran; 157 Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, http:id.wikipedia.orgwikiBadan_Pelaksana_Kegiatan_Usaha_Hulu_Minyak_dan_Gas_Bumi diakses pada tgl 15 Maret 2014 pukul 17.50. Universitas Sumatera Utara f. melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri mengenai pelaksanaan kontrak kerja sama; g. menunjuk penjual minyak bumi danatau gas bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. Dari ketujuh tugas diatas, tugas penandatanganan kontrak production sharing merupakan tugas yang paling penting, karena dengan adanya penandatanganan kotrak itu akan menimbulkan hak dan kewajiban para pihak. Namun pada tgl 13 November 2012 Badan Pelaksana ini dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui putusannya karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, Pemerintah memutuskan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 untuk membentuk Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi SK Migas sebagai langkah pasca putusan Mahkamah Konsitusi tersebut. Badan ini kemudian menjadi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi SKK Migas melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013. 158 Dalam beleid ini disebutkan, penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu dilakukan SKK Migas sampai diterbitkannya undang-undang baru di bidang minyak dan gas bumi. Penggunaan kata khusus menunjukkan bahwa SKK Migas langsung bertanggung jawab kepada Presiden, dan berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 159 SKK Migas bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama. Pembentukan lembaga ini 158 Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Loc. cit. 159 SKK Migas, “Nama Baru Harapan Baru”, Buletin SKK Migas, Edisi Pertama, Februari 2013, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara dimaksudkan supaya pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. SKK Migas menyelenggarakan fungsi: 160 a. memberikan pertimbangan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama; b. melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama; c. mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendapatkan persetujuan; d. memberikan persetujuan rencana pengembangan selain sebagaimana dimaksud dalam poin sebelumnya; e. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran; f. melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama; dan g. menunjuk penjual minyak bumi danatau gas bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. 160 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, http:id.wikipedia.orgwikiSatuan_Kerja_Khusus_Pelaksana_Kegiatan_Usaha_Hulu_Minyak_da n_Gas_Bumi diakses pada tgl 16 Maret 2014 pukul 23.55 WIB. Universitas Sumatera Utara Objek kontrak production sharing adalah kegiatan usaha minyak dan gas bumi, terutama kegiatan usaha hulu yang mencakup eksplorasi dan eksploitasi. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang ditentukan. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang telah ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengoalahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. 161

B. Tujuan Adanya Persyaratan Kandungan Lokal