Pengertian Pembuktian dalam Perkara Pidana

persyaratan untuk dapat atau tidaknya dilimpahkan ke pengadilan. Jika Penuntut Umum beranggapan bahwa hasil penyidikan dapat dilakukan penunututan maka dibuat surat dakwaan Pasal 140 ayat 1 KUHAP. Akan tetapi apabila Penunutut Umum berpendapat sesuai Pasal 140 ayat 2 huruf a KUHAP, bahwa: “Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk mengehentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi hukum, penun tut umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan.” Dalam perkara yang cukup bukti dilimpahkan ke pengadilan maka jaksa menentukan perkara itu diajukan dengan Acara Singkat atau acara biasa.

3. Pengertian Pembuktian dalam Perkara Pidana

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengertian hukum pembuktian, terlebih dahulu akan dibahas istilah dari pembuktian. Hal ini penting untuk memahami pengertian dari bukti, pembuktian dan hukum pembuktian. Berbagai istilah tersebut terdengar sama, tetapi ketiganya hal tersebut berbeda. Dalam kosa kata Bahasa Inggris, ada dua kata yang sama diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai “bukti”, namun sebenarnya kedua kata tersebut memiliki perbedaan yang cukup prinsip. Pertama adalah kata “evidence” dan yang kedua adalah kata “proof”. Kata evidence memiliki arti yaitu informasi yang memberikan dasar-dasar yang mendukung suatu keyakinan bahwa beberapa bagain atau keseluruhan fakta itu benar. Sementara itu proof adalah suatu kata dengan berbagai arti. Dalam wacana hukum, kata proof diartikan sebagai hasil suatu proses evaluasi. Universitas Sumatera Utara Pengertian pembuktian sangat beragam, setiap ahli hukum memiliki defenisi masing-masing mengenai pembuktian. Ahli hukum banyak memberikan defenisi pembuktian ini melalui makna kata membuktikan. Menurut Sudikno Mertokusumo, membuktikan disebut dalam arti yuridis yaitu memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan. 58 Menurut M. Yahya Harahap pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang- undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang- undang yang boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan. 59 Hukum pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara pidana yang mengatur macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak, dan menilai suatu pembuktian. 60 Berdasarkan pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan pembuktian adalah suatu kebenaran atau dalil yang diajukan ke muka persidangan. Dalil yang dimaksud itu dapat berupa alat bukti yang sah dan diajukan ke depan persidangan. 58 Hans. C Tangkau, Hukum Pembuktian Pidana, Jurnalhttp:repo.unsrat.ac.id971HUKUM_PEMBUKTIAN_PIDANA.pdf , diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul 20.21 WIB ,hal 21 59 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika: Jakarta, 2008, hal 73 60 Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Cv. Mandar Maju, Jember Juni, 2003, hal 10. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian pembuktian merupakan suatu kebenaran dari alat bukti yang sah, untuk dinyatakan bersalah atau tidaknya terdakwa atas tindak pidana yang didakwakan. Masalah pembuktian tentang benar tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan merupakan bagian terpenting dari acara pidana, karena hak asasi manusia terdakwa akan dipertaruhkan. Dalam hal inilah hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materil, yang berbeda dengan hukum acara perdata yang hanya sebatas pada kebenaran formal. KUHAP tidak memberikan penjelasan mengenai pengertian pembuktian, KUHAP hanya memuat jenis-jenis alat bukti yang sah menurut hakim, yang tertuang dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP. Walaupun KUHAP tidak memberikan pengertian mengenai pembuktian, akan tetapi banyak ahli hukum yang berusaha menjelaskan arti pembuktian. 61 Dalam pembuktian perkara pidana pada umumnya dan khususnya delik korupsi, diterapkan KUHAP. Sedangkan dalam pemeriksaan delik korupsi selain diterapkan KUHAP, diterapkan juga sebagian Hukum Acara Pidana, yaitu BAB IV terdiri atas Pasal 25 sampai dengan Pasal 40 dari Undang-undang No. 31 Tahun 1999. Dalam hal pembuktian, Undang-undang ini menerapkan pembuktian terbalik, sebagaimana ternyata dalam penjelasannya. Sistem ini tidak sama dengan hukum pembuktian dalam KUHAP. Dalam hukum pembuktian, maka sistem KUHAP sama dengan sistem HIR. Keduanya memiliki persamaan dalam sistem 61 Fauzan Jauhari, Teori Pembuktian Dan Alat-Alat Bukti Dalam Hukum Perdata, Pidana, Dan PTUN, http:fauzanjauhari.blogspot.co.id201311teori-pembuktian-alat-alat-bukti- dalam.html diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul 15.52 WIB Universitas Sumatera Utara dan cara menggunakan alat bukti, yakni sistem pembuktian negatif 62 menurut undang-undang negatief wettelijk, yang tercermin dalam Pasal 183 KUHAP dan Pasal 294 ayat 1 HIR. Dikatakan dalam memori penjelasan, bahwa undang- undang ini juga menerapkan pembuktian terbalik, yang bersifat terbatas atau berimbang. 63

F. Metode Penelitian