BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Setiap perbuatan baru dapat dituntut apabila telah melanggar ketentuan dalam
peraturan perundang- undangan. Dalam hukum pidana disebut “perbuatan
melawan hukum” dan adanya “kesalahan” baik berupa sengaja maupun kelalaian. Tindak pidana korupsi merupakan extra ordinary crime dimana
subjek hukumnya adalah manusia dan korporasi. Penetapan korporasi sebagai terdakwa dapat dilakukan melalui beberpa teori yaitu teori corporate criminal
liabilty, teori strict liabilty, teori vicarious liabilty, dan teori agregat. Apabila korporasi melakukan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan sebagaimana
yang diatur dalam UUPTPK. Dalam pasal 20 ayat 3 disebutkan apabila tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi maka diwakili oleh
pengurusnya.Berkaitan dengan ketentuan hukum acaranya apabila subjek hukumnya adalah korporasi maka masih mengacu pada Undang-Undang
Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana KUHAP, tetapi terdapat penyimpangan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Jaksa Nomor: PER-28AJA102014 Tentang
Pedoman Penanganan Perkara Pidana Dengan Subjek Hukum Korporasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENUNTUTAN KORPORASI OLEH JAKSA PENUNTUT
SEBAGAI TERDAKWA TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Kewenangan Jaksa Penuntut Umum Menurut Hukum Acara Pidana Indonesia
Istilah kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerjaan Majapahit, istilah
dhyaksa, adhiyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-
kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.
64
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa
dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini memerintahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dari Officier
van Justitie di dalam sidang Landraad pengadilan Negeri, Jurisdictie Geschillen Pengadilan Justisi dan Hooggerechtshoft Mahkamah Agung dibawah perintah
langsung dari ResidenAsisten Residen.
65
Pada prakteknya fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada penjajahan
Belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:
66
64
Kejaksasaan Agung Republik Indonesia, Sejarah Kejaksaan Republik Indonesia, http:kejaksaan.go.idprofil_kejaksaan.php?id=3 diakses tanggal 26 Februari 2016 pukul 9.12 wib.
65
Ibid.
66
Ibid
Universitas Sumatera Utara
a. Mempertahankan segala peraturan negara
b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana
c. Melaksanakan putusan pengadilan yang berwenang
Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat
dalam Wetboek van Strafrecht WvS.
67
Perananan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan
tentara Jepang No. 11942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.31942, No.21944 dan No.491944. Eksistensi Kejaksaan itu berada pada semua jenjang
pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin Pengadilan Agung, Koootooo Hooi Pengadilan Tinggi dan Tihooo Hooin Pengadilan Negeri. Pada masa itu, secara
resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk: 1 mencari menyidik kejahatan dan pelanggaran, 2 menuntut perkara, 3 menjalankan
putusan pengadilan dalam perkara kriminal, 4 mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.
68
Begitu Indonesia merdeka, keempat fungsi tersebut tetap dipertahankan dalam negara Republik Indonesia, hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945mengamanatkan bahwa sebelum Negera Republik Indonesia membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan yang ada masih tetap
67
Ibid.
68
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
berlaku. Karena itulah secara yuridis formal, Kejaksaan RI telah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Didalam KUHAP, wewenang penyelidikan, penyidikan, penangkapan dan penahanan berada di tangan lembaga kepolisian. Sedangkan penuntutan berada
ditangan lembaga kejaksaan . Pemisahan lembaga kepolisian sebagai lembaga penyidik dan lembaga kejaksaan sebagai penuntut umum adalah mencerminkan
adanya sistem pengawasan dengan alasan demi kepentingan hak-hak tersangkaterdakwa.
69
Jaksa
70
adalah sebutan bagi institusi dalam sistem peradilan pidana yang memiliki fungsi menuntut dan membuat dokumen. Dalam teori hukum, baik
dalam tradisi Anglo Saxon atau Eropa Kontinental, jaksa merupakan tokoh utama dalam penyelenggaraan peradilan pidana. Hal ini disebabkan jaksa adalah pihak
yang berperan penting dalam membuat dakwaan atau tuntutan yang merupakan ruang lingkup pemeriksaan dalam persidangan di Pengadilan Negeri, Pengadilan
Tinggi maupun Mahkamah Agung. Peranan aparat Kejaksaan sebagai lembaga supra struktur hukum di negara-
negara berkembang nampaknya masih menunjukkan suatu arah pertumbuhan yang lebih dewasa. Hal tersebut terutama disebabkan oleh adanya perubahan dan
nilai-nilai ketertiban hukum yang terjadi di dalam masyarakatnya. Kejaksaan mempunyai tugas, fungsi dan wewenang dalam bidang pidana,
perdata dan tata usaha negara serta dalam bidang ketertiban dan ketentraman
69
Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusi RI, Analisis dan Evaluasi Hukum Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi: Jakarta,
2008, hal 8
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
umum. Disamping itu Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang dan peraturan lainnya. Dalam Pasal 2 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2004 dinyatakan bahwa Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-undang ini disebut Kejaksaan adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Adapun tugas dan wewenang Kejaksaan dibidang pidana diatur dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik
Indonesia, antara lain: a.
Melakukan penuntutan ; b.
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pegadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang; e.
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik. Dalam Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini
untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
b. Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
Kewenangan Jaksa Penuntut Umum diatur dalam Bab IV KUHAP Pasal 14 yaitu:
1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik
atau penyidik pembantu; 2.
Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan ayat 4,
dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
3. Melakukan penahanan, memberikan perpanjangan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah stastus tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
4. Membuat surat dakwaan;
5. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
6. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan-
ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang
pada sidang yang telah ditentukan;
Universitas Sumatera Utara
7. Melakukan penuntutan;
8. Menutup perkara demi kepentingan umum;
9. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab
sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; 10.
Melaksanakan penetapan hakim. Dari perincian wewenang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
JaksaPenuntut Umum di Indonesia tidak mempunyai wewenang menyidik perkara dalam tindak pidana umum, misalnya pembunuhan, pencurian, dan lain
sebagainya dari permulaan ataupun lanjutan. Ini berarti Jaksa atau Penuntut Umum di Indonesia tidak dapat melakukan penyelidikanpenyidikan terhadap
tersangka atau terdakwa. Ketentuan Pasal 14 ini disebut sistem tertutup, artinya tertutup kemungkinan jaksa atau penuntut umum melakukan penyidikan meskipun
dalam arti insidental dalam perkara-perkara berat, khususnya dari segi pembuktian dan masalah teknik yuridisnya. Kekecualiannya adalah Jaksa atau Penuntut
Umum dapat menyidik perkara dalam tindak pidana khusus, misalnya tindak pidana subversi, korupsi, dan lain sebagainya.
B. Kewenangan Penuntutan dalam Tindak Pidana Korupsi