10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Disiplin Kerja
2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Didalam kehidupan sehari-hari banyak yang mengartikan disiplin sebagai ketaatan seseorang atau sekelompok terhadap peraturan yang telah ditetapkan.
Dalam dunia kerja, disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap karyawan yang mematuhi semua peraturan perusahaan, seperti datang dan pulang tepat waktu,
mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, tidak mangkir Fathoni, 2006:130. Menurut Mangkuprawira 2007 : 122, kedisiplinan karyawan adalah sifat
seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dan perusahaan.
Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi karyawan dalam melaksanakan aturan – aturan perusahaan. Semakin disiplin maka semakin tinggi
produktivitas kerja karyawan dan kinerja perusahaan, ceterisparibus. Sedangkan menurut Saydam 2005 : 284, disiplin kerja merupakan sikap
kesediaan dan kerelaan seseorang untuk menaati dan mematuhi segala norma- norma, peraturan yang berlaku di sekitarnya. Adapun peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan disiplin kerja adalah sebagai berikut : 1.
Kehadiran yaitu tingkat absensi karyawan dan ketepatan jam masuk, sesuai dengan waktu kerja yang telah ditetapkan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Tanggung jawab yaitu kemampuan dalam menjalankan tugas dan peraturan
perusahaan. 3.
Sikap yaitu peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Norma yaitu peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan dan sebagai suatu acuan dalam bersikap.
Menurut Lateiner dalam Sutrisno 2011 : 87, disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan
berbagai ketentuan tersebut. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu
organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, maka sulit bagi perusahaan untuk mewujudkannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa disiplin kerja karyawan merupakan suatu sikap atau perilaku yang
menunjukkan kepatuhan, ketaatan, kesadaran seseorang atau sekelompok karyawan dalam menaati segala peraturan yang ada, sehingga dapat diharapkan
pekerjaan yang dilaksakan dapat berjalan efektif dan efisien demi keberhasilan suatu perusahaan mencapai tujuan kinerjanya.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Dalam dunia pekerjaan, banyak ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan kerja di perusahaan. Seperti menurut
Hasibuan 2003 : 194 ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja : 1.
Tujuan dan kemampuan Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara cukup menantang
bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kamampuan karyawan.
2. Teladan pimpinan
Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
3. Balas jasa
Balas jasa akan memberikan kepuaasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan dan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan terhadap pekerjaan
semakin baik, maka kedisiplinan karyawan akan semakin baik pula. 4.
Keadilan Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian hukuman akan
merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan. 5.
Pengawasan melekat Atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku moral, sikap, gairah kerja,
dan prestasi kerja bawahannya.
Universitas Sumatera Utara
13
6. Sanksi hukuman
Dengan sanksi yang semakin berat, karyawan akan takut melanggar peraturan- peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner akan berkurang.
7. Ketegasan
Pimpinan harus berani dan tegas dalam bertindak menghukum karyawan yang indisipliner sesuai sanksi yang telah ditetapkan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara karyawan akan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Pimpinan harus
berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawan. Terjadinya
human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
2.1.1.3 Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja
Menurut Singodimendjo dalam Sutrisno 2013:94 dimensi kedisiplinan meliputi:
1. Taat terhadap aturan waktu
Meliputi indikator jam msauk kerja, jam pulang, dan jam istirahat yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan, organisasiinstansi.
2. Taat terhadap peraturan organisasiinstansi
Menaati peraturan dasar tentang cara berpakaian dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
14
3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan.
Seperti dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta berhubungan dengan unit kerja lain.
4. Taat terhadap peraturan lainnya di organisasiinstansi.
Berupa aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai dalam organisasi.
Menurut Hasibuan 2005:194-198 indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, di antaranya :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang
dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan
disiplin dalam mengerjakannya. 2.
Teladan pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinanan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik kurang
berdisiplin, para bawahan pun akan kurang disiplin.
Universitas Sumatera Utara
15
3. Balas Jasa
Balas jasa atau gaji, kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
beserta keluarga. Jadi, balas jasa barperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan tercipta kedisiplinan yang baik.
5. Waskat pengawasan melekat
Waskat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung
mengatasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. 6.
Sanksi hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan. Berat atau ringan sanksi hukuman
yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.
Universitas Sumatera Utara
16
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan tegas bertindak
untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan
karyawan perusahaan. 8.
Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi baik
diantara semua karyawan. Sedangkan Rivai 2009 : 444 menjelaskan bahwa disiplin kerja
memiliki beberapa indikator diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah
terbiasa untuk terlambat dalam bekerja. 2.
Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti
pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. 3.
Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
17
4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi
akan selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.
5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang
tidak sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis
sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.
2.1.2 Stres Kerja 2.1.2.1 Pengertian Stres Kerja
Menurut Robbins 2007:368 stres merupakan suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan kerja dan tantangan
kerja untuk meningkatkan kinerja karyawan. Stres tidak hanya dilihat dari suatu kondisi karyawan didalam menghadapi lingkungan kerja namun stres kerja dapat
merupakan suatu perasaan yang tertekan yang di alami oleh karyawan dalam menghadapi pekerjaan.
Menurut Charles D. Spielberger dalam Rivai 2009:307 stres adalah tuntutan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan
atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang
berasal dari luar diri seseorang. Sedangkan menurut Mangkunegara 2009:28 stres kerja adalah perasaan
yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari symptom antara lain emosi tidak stabil,
Universitas Sumatera Utara
18
perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami
gangguan pencernaan. Dengan demikian, penulis menarik kesimpulan stres kerja timbul karena
tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Stres kerja ini dapat menimbukan emosi tidak stabil, perasaan
tidak tenang, tidak bisa rileks, tegang, cemas, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pekerjaan.
2.1.2.2. Gejala-gejala Stres Kerja
Menurut Robbins 2008:375 gejala stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum yaitu:
1. Gejala Fisiologis
Pengaruh awal stres biasanya berupa gejala-gejala fisiologis yang dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan
tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
2. Gejala Psikologis
Ketidakpuasan kerja, kenyataannya adalah efek psikologis sederhana dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya:
Universitas Sumatera Utara
19
ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala perilaku
Gejala-gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, terburu-buru, kemangkiran dan perputaran karyawan,
selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, bicara yang gagap serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.
2.1.2.3. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Mangkunegara 2009:157 penyebab stres kerja antara lain: 1.
Beban kerja yang dirasakan terlalu berat 2.
Waktu kerja yang mendesak 3.
Kualitas pengawasan kerja yang rendah 4.
Iklim kerja yang tidak sehat 5.
Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tangung jawab 6.
Konflik kerja 7.
Perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan yang frustasi dalam kerja Menurut Siagian 2013:301 situasi lingkungan diluar pekerjaan pun dapat
menjadi sumber stres. Berbagai masalah yang dihadapi seseorang, seperti masalah keuangan, perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang
harmonis, pindah tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat adalah beberapa contoh sumber stres tersebut.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.3 Kinerja 2.1.3.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Terdapat
hubungan yang erat antara kinerja perorangan dengan kinerja organisasi. Dengan kata lain apabila kinerja karyawan baik maka kinerja perusahaan atau organisasi
akan baik. Kinerja seorang karyawan akan baik apabila dia mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja keras, diberi gaji sesuai dengan perjanjian,
mempunyai harapan masa depan yang lebih baik, Sutrisno 2011 : 171. Menurut Miner dalam Sutrisno 2011:170, kinerja adalah bagaimana
seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Menurut Wibowo 2012:7 kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Mangkunegara 2010:67 menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kesediaan seorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu prestasi dan hasil kerja individu yang dinilai
secara kuantitas maupun kualitas dalam melaksanakan setiap tugas dan tanggung
Universitas Sumatera Utara
21
jawabnya dengan standar kerja yang telah ditetapkan agar tercapainya tujuan organisasi.
2.1.3.2 Dimensi Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson 2002:179 menyatakan bahwa dimensi
kinerja karyawan terdiri dari:
1. Kuantitas
Kuantitas adalah jumlah hasil pekerjaan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi.
2. Kualitas
Kualitas adalah kualitas kerja menunjukkan sejauh mana mutu seorang karyawan dalam melaksanakan tugas – tugasnya.
3. Jangka Waktu
Kemampuan perusahaan untuk menetapkan waktu kerja yang dianggap paling efisien dan efektif. Karena dengan pemanfaatan waktu maka pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu yang ditentukan oleh perusahaan. 4.
Kerja sama
Kerja sama merupakan tuntutan bagi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, sebab dengan adanya kerjasama yang baik akan
memberikan kepercayaan pada berbagai piyak yang berkepentingan. 2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut pendapat Davis dalam Mangkunegara 2010 : 13 faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah :
Universitas Sumatera Utara
22
a. Faktor kemampuan ability
Kemampuan ability karyawan terdiri dari kemampuan potensi kecerdasan intelektual dan kemampuan reality knowledge + skill. Artinya pimpinan dan
karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Maka dari itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor motivasi motivation.
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang
terarah untuk mencapai tujuan organisasi tujuan kerja. Menurut A. Dale Timple alam Mangkunegara 2010:15 faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah faktor internal dan faktor eksternal. a.
Faktor Internal disposisional Yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja
seseorang baik karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai kinerja buruk disebabkan
karena orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuannya.
b. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Misalnya perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan erja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Universitas Sumatera Utara
23
Sedangkan menurut Prawirosentono dalam Sutrisno 2010:176-178 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah :
a. Efektivitas dan Efisiensi
Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisien. Efektivitas dari organisasi apabila
tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang
dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. b.
Otoritas dan Tanggung Jawab Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi
akan mendukung kinerja karyawan tersebut. Kinerja karyawan akan dapat terwujud apabila karyawan mempunyai komitmen dengan organisasinya dan
ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi. c.
Disiplin Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat pada diri karyawan
terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan karyawan.
d. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencankan suatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Inisiatif
karyawan yang ada didalam organisasi merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja.
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.3.4 Strategi Peningkatan Kinerja
Menurut Schuller dan Jackson dalam Siska 2011 strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja adalah sebagai berikut :
1. Dorongan Positif
Dorongan positif melibatkan penggunaan penghargaan positif untuk terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini berdasarkan dua prinsip fundamental,
pertama orang berkinerja dengan cara mereka pandang paling menguntungkan bagi mereka kedua dengan memberikan penghargaan semestinya orang
dimungkinkan untuk memperbaiki kinerjanya. Suatu program positif dibangun dengan empat tahap yaitu : lakukan audit kerja, tetapkan standar dan tujuan
kinerja, berikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja, berikan
karyawan pujian dan imbalan lain yang berkaitan langsung dengan kinerja.
2. Program Disiplin
Program ini memberikan tanggung jawab prilaku karyawan ditangan karyawan sendiri. Program ini memberi tahu karyawan bahwa perusahaan peduli dan
akan tetap mempekerjakan mereka selama tetap berkomitmen bekerja lebih baik.
3. Program Bantuan Karyawan
Program bantuan karyawan yang berhasil mempunyai sifat-sifat seperti dukungan manajemen puncak, dukungan karyawan atau serikat pekerja,
keberhasilan, akses yang mudah, penyelia yang terlatih, pengurus serikat kerja yang terlatih jika berada dilingkungan serikat kerja, asuransi, ketersediaan
Universitas Sumatera Utara
25
banyak layanan dan referensi, kepemimpinan proporsional yang terampil, sistem untuk memantau nilai dan merevisi.
4. Manajemen Pribadi
Manajemen pribadi self management adalah suatu pendekatan yang relatif baru untuk mengatasi ketidaksesuaian kinerja, hal ini mengajari orang
menjalankan kendali terhadap perilaku sendiri.
Universitas Sumatera Utara
26
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1