Standar Pencahayaan di Tempat Kerja

4. Pencahayaan Umum Pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk memberikan terang merata 5. Reflektansi IES Lighting Handbook 1984 menyatakan bahwa setiap objek memantulkan sebagian dari cahaya yang mengenainya. Tergantung pada susunan geometris, ukuran yang tepat dapat berupa reflektansi cahaya total, reflektansi cahaya reguler, reflektansi cahaya difus, faktor reflektansi cahaya atau faktor luminansi. Skala reflektansi cahaya adalah antara 0 dan 100 dari hitam ke putih.

3.5. Standar Pencahayaan di Tempat Kerja

Pencahayaan di tempat kerja harus disesuaikan dengan kompleksitas detail pekerjaannya. Di Indonesia, standar pencahayaan diatur oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes No 1405MenkesSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Lampiran II mengenai Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bagian V membahas mengenai pencahayaan. Standar pencahayaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI ditunjukkan pada Tabel 3.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1Intensitas Cahaya di Ruang Kerja No Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Minimal Lux Keterangan 1 Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus 100 Ruang penyimpanan ruang peralataninstansi yang memerlukan pekerjaan yang kontinu 2 Pekerjaan kasar dan terus menerus 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar 3 Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitanpenyusun 4 Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor Pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin 5 Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus 6 Pekerjaan amat halus 1500 Tidak menimbulkan bayangan Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus 7 Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan bayangan Pemeriksaan pekerjaan dan perakitan sangat halus 3.6. Pengukuran Pencahayaan Komponen pencahayaan di antaranya terdiri dari tingkat iluminasi, tingkat luminansi, dan reflektansi. Ketiga komponen ini dapat diukur nilainya dengan menggunakan alat ukur, yaitu lux meter. Metode pengukuran komponen pencahayaan ini akan diuraikan pada subbab berikut. Universitas Sumatera Utara

3.6.1. Pengukuran Tingkat Iluminasi

4 1. Luas ruangan kurang dari 10 m 2 maka titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 meter. Gambar 3.1. menunjukkan denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan 10 m2. Pada penggunaan luxmeter, tingkat iluminasi untuk bidang kerja diukur secara horizontal sejauh 75 cm di atas permukaan lantai, sedangkan untukluasan tertentu tingkat iluminasi diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata dari beberapa titik pengukuran SNI 03-6575-2001. Penentuan titik pengukuran tingkat iluminasi diatur dalam SNI 16-7062- 2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Metode penentuan titik pengukuran tingkat penerangan dibagi berdasarkan kegunaannya menjadi penerangan setempat dan penerangan umum. Pengukuran tingkat penerangan setempat dilakukan pada objek kerja yang akan diukur, misalnya meja kerja ataupun peralatan. Sedangkan pada penerangan umum, metode penentuan titik pengukuran dibagi berdasarkan luas ruangan dengan menentukan grid-grid dengan ukuran tertentu. Titik pertemuan grid-grid tersebut akan menjadi titik-titik pengukuran tingkat penerangan. Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas Ruangan Kurang dari 10 m 2 4 Republik Indonesia. SNI 16-7062-2004: Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, 2004 Universitas Sumatera Utara 2. Luas ruangan antara 10 m2 – 100 m2 maka titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Gambar 3.2. menunjukkan denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan 10 m 2 – 100 m 2. Gambar 3.2. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas Ruangan 10 m 2 – 100 m 2 3. Luas ruangan 100 m2 maka titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 6 meter. Gambar 3.3. menunjukkan denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan 100 m 2 . Gambar 3.3. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas Ruangan Lebih dari 100 m 2 Universitas Sumatera Utara

3.6.2. Pengukuran Tingkat Luminansi

5 Tingkat luminansi untuk bidang kerja diukur dengan menggunakan luxmeter. Pengukuran tingkat luminansi dilakukan dengan meletakkan sensor cahaya menghadap ke permukaan objek yang akan diukur tingkat luminansinya pada jarak 2 sampai 4 inchi hingga angka pembacaan pada layar luxmeter stabil. Posisi sensor harus diatur sedemikian rupa untuk menghindari jatuhnya bayangan alat ataupun operator pada area yang akan diukur.

3.6.3. Pengukuran Reflektansi

6 Metode pengukuran reflektansi terbagi menjadi dua cara, yaitu metode perbandingan sampel diketahui dan metode cahaya datang-cahaya pantul. Metode perbandingan sampel diketahui menggunakan suatu kartu pengukur reflektansi dan digunakan untuk mengukur reflektansi pada permukaan yang memantulkan cahaya secara difusi menyebar. Metode cahaya datang-cahaya pantul digunakan untuk menentukan reflektansi dalam persen pada permukaan yang memantulkan cahaya atau tidak mengkilap. Metode ini terdiri dari tiga langkah, yaitu sebagai berikut: 1. Mengukur intensitas cahaya yang jatuh ke permukaan objek 2. Mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan objek 3. Menghitung reflektansi permukaan objek dengan cara membagi angka intensitas cahaya pantul dengan intensitas cahaya yang diterima 5 M. David Egan. Concepts in Architectural Lighting. New York: McGraw Hill School Education Group, 1983, h. 87 6 Ibid., h.85 Universitas Sumatera Utara

3.7. Perhitungan Kebutuhan Penerangan Ruangan