Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R
Interval Koefisien Tingkat
Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
3.10. Efek Iluminasi terhadap Mata
Fungsi mata adalah sebagai indra penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, dengan perantara
serabut-serabut nervus optikus mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Untuk jenis pekerjaan yang berbeda, dibutuhkan
intensitas penerangan yang berbeda pula. Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata,
akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan. Penenrangan yang memadai bia menyebabkan Astenopia kelelahan mata dan
mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi
penglihatan. Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang dapat berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada ajarak yang dekat
dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian otot-otot mata akan bekerja secara terus - menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot
pengakomodasi otot-otot siliar makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata stress pada retina dapat terjadi
bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu
Universitas Sumatera Utara
pengamatan yang cukup lama. Kelelahan Mata dapat ditandai dengan adanya :
1. Iritasi pada mata mata pedih, merah, dan mengeluarkan air mata
2. Penglihatan ganda Double Vision
3. Sakit sekitar mata
4. Saya akomodasi menurun
5. Menurunnya ketajaman penglihatan kepekaan terhadap kontras
6. dan kecepatan persepsi
3.11. Flicker Fusion-Frequency
Flicker fusion-frequencyadalah suatu teknik untuk menggambarkan hasil yang realistis dan dapat diulang. Subjek orang yang diteliti melihat pada sebuah
sumber cahaya yang dinyalaka dengan energi yang berfrekuensi rendah dan berkedip-kedip flickering. Frekuensi berkedipnya dinaikkan sampai subjeknya
merasakan bahwa cahaya yang berkedip tersebut sudah dinaikkan sampai subjeknya merasakan bahwa cahaya yang berkedip dianggap sebagai garis lurus
memberikan kesan bahwa subjek yang diteliti berada pada kondisi lelah. Sedangkan subek yang lelah tidak mampu mendeteksi cahaya yang berkedip. Pada
saat istirahatfusing terjadi dengan 35 sampai 40 Hz. Setelah bekerja dengan beban kognitif akan terjadi pengurang fusing 0,5 sampai 0,7 Hz.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pabrik Es Siantar yang berproduksi membuat minuman sarsaparilla yang berlokasi di Jln. Pematang No. 3 Siantar Barat, Kota
Pematangsiantar, Sumatera, Indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016 sampai dengan bulan Juli 2016.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasional yang merupakan jenis penelitian yang menjelaskan fakta lapangan dari objek yang diteliti
serta mendeteksi sejauh mana hubungan antar variabel dalam penelitian berdasarkan koefisien korelasi yaitu tingkat iluminasi terhadap hasil kerja stasiun quality control 1
dan quality control 2. Penelitian ini juga termasuk dalam jenis penelitian asosiatif dengan menilik dari kemampuannya dalam menjelaskan yaitu mengetahui hubungan
antar variabel yang diamati.
4.3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pencahayaan di lantai produksi PT. Pabrik Es Siantar.
Universitas Sumatera Utara