BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. PerspektifParadigma Kajian
Perspektif dalam bidang keilmuan sering juga disebut paradigma paradigm, kadang-kadang disebut pula mazhab pemikiran school of thought
atau teori. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam
sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Akan tetapi, menurut
Patton, aspek paradigma inilah yang sekaligus merupakan kekuatan dan kelemahannya. Kekuatannya adalah hal itu memungkinkan tindakan,
kelemahannya adalah bahwa alasan untuk melakukan tindakan tersebut tersembunyi dalam asumsi-asumsi paradigma yang dipersoalkan Mulyana, 2011:
8-9. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pada dasarnya landasan
teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan
sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji secara empiris. Dalam uraiantentang teori tersebut, Bognan dan
Bikenmenggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi secara logis dianut bersama konsep, atau preposisi yang
mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian Moleong, 2005: 14. Paradigma penelitian kualitatif adalah pendekatan dengan sistematis dan
subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan empiris. Pendekatan kualitatif terus berkembang di bidang sains dan pendidikan.
Proses penelitian ini dijalankan melalui pemahaman tentang pengalaman manusia
Universitas Sumatera Utara
dalam aneka bentuk. Penelitian kualitatif lebih berorientasi kepada upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh. Pendekatan semacam ini lebih
konsisten dengan filosofi holistik di bidang sains sosial dan pendidikan. Penelitian kualitatif berangkat dari ilmu perilaku manusia dan ilmu sosial melalui
penelaahannya terhadap interaksi orang-orang dengan situasi sosial dalam membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan meaning and
discovery Iskandar, 2010:189. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma
Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivisme. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh
seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua peran seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi
dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri.
Paradigma konstuktivisme ialah paradigma di mana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan bersifat relatif. Pertama,
dilihat dari penjelasan ontologis, realitas yang dikonstruksi itu berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Kedua, paradigma
konstruktivisme ditinjau dari konteks epistimologis, bahwa pemahaman tentang suatu realitas merupakan produk interaksi antara peneliti dengan objek yang
diteliti. Dalam hal ini paradigma konstuktivisme bersifat transaksional atau subjektif. Ketiga, dalam konteks aksiologi, yakni peneliti sebagai passionate
participation, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial Eriyanto, 2014: 13.
Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber,menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak
hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa
tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan
Universitas Sumatera Utara
beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari
melalui penafsiran serta pemahaman interpretive understanding. Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa
mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman isi subjek yang akan
diteliti. Implikasi dalam paradigma konstruktivisme menerangkan bahwa pengetahuan itu tidak lepas dari subjek yang sedang mencoba belajar untuk
mengerti Ardianto, 2007: 161. Menurut Ardianto, konstruktivisme merupakan salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi bentukan kita sendiri. Menurut Ardianto, prinsip dasar konstruktivisme
menerangkan bahwa tindakan seseorang ditentukan oleh konstruk diri sekaligus juga konstruk lingkungan luar dari perspektif diri. Sehingga komunikasi itu dapat
dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini kita dapat mengemukakan teori Ron Herre mengenai perbedaan
antara person dan self. Personadalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, padadirinya terdapat atribut sosial budaya masyarakatnya, sedangkanself adalah
diri yang ditentukan oleh pemikiran khasnya di tengah sejumlah pengaruh sosial budaya masyarakatnya Ardianto, 2007: 154-161.
Ada tiga macam konstruktivisme, 1 konstruktivisme radikal; 2 konstruktivisme realisme hipotesis; 3 konstruktivisme biasa. Ketiga macam
konstruktivisme di atas memiliki kesamaan, di mana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,
karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas
yang dilihatnya itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, yang oleh Piaget disebut dengan skemaskemataSuparno, 1997: 30.
Kata kunci paradigma konstruktivisme adalah pendekatan antar pesona melalui komunikasi yang berbasis pada “konsep diri”. Paradigma ini dalam
membangun mengkonstruksi pemahaman atau makna, secara bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
melalui pemahaman berbasis pada subjek, dengan menggunakan elaborasi kode yang mana, menghargai perasaan, kepentingan, dan sudut pandangan orang lain.
2.2 Uraian Teoritis