4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari reduksi data yang telah diuraikan, peneliti melihat bahwa dengan keterbukaan diri self disclosure akan membuat komunikasi menjadi
komunikasi yang efektif apabila seseorang dapat membuka dirinya, mau memberikan informasi tentang dirinya kepada orang lain. Sehingga orangtua dari
masing-masing informan tidak perlu merasa ragu karena dengan keterbukaan diri ia akan tahu apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh sang anak. Selain
itu, Ibudari masing-masing informan pun juga ikut turut mau membuka diri dengan anak-anaknya membuat mereka merasa nyaman dan dekat kepada
keduanya walaupun Ayah tidak tinggal bersama-sama dengan anak. Menurut reduksi data yang telah diuraikan, anak merasa lebih dekat dengan Ibu, dan jarang
mau untuk terbuka dengan Ayahnya, dikarenakan informan 1, informan 2 dan juga informan 3 merasa tidak nyaman bercerita dengan ayah, informan 3 merasa
jika ia sudah menceritakan hal yang ia alami kepada Ibu maka ia merasa tidak perlu lagi untuk menceritakannya kembali kepada Ayah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam, peneliti mendapatkan hasil dari penelitian mengenai komunikasi yang efektif yang
dilakukan anak kepada Ibu soal pendidikan seks jenis kelamin. Di mana komunikasi efektif ini memerlukan keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif,
dan kesamaan baik kesamaan pemahaman maupun bersikap dalam berkomunikasi. Berdasarkan dari reduksi data komponen komunikasi efektif yaitu
keterbukaan openness yang telah diuraikan, seluruh informan memiliki jawaban yang sama mengenai intensitas komunikasi. Mereka selalu berkomunikasi dengan
Ibu mereka setiap hari dan pada saat adanya waktu ketika mereka sama-sama berada di rumah maupun di luar rumah, sedangkan berkomunikasi dengan Ayah
pada saat Ayah masing-masing dari informan menghubungi dan memberi kabar pada remaja-remaja tersebut. Sedangkan informan 1 merasa kalau untuk masalah
yang pribadi lebih nyaman jika berbagi cerita dengan teman dekat, dan saudara perempuanlaki-lakinya dibandingkan bercerita dengan Ibu atau Ayahnya,
Universitas Sumatera Utara
alasannya karena takut dimarahi. Seluruh informan sangat dekat dengan Ibu masing-masing dari informan sehingga informan 1, informan 2, informan 3,
merasa lebih nyaman jika terbuka dengan Ibu dibandingkan dengan Ayah mereka. Dengan begitu, maka akan timbul rasa nyaman, rasa percaya, dan rasa simpati
dalam diri anak-anak kepada dirinya, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupin oleh sang anak, begitu pula dengan Ibu kepada anak-anaknya. Hal ini dapat membuat
komunikasi menjadi berjalan efektif. Berdasarkan reduksi data komponen komunikasi efektif yaitu empati
empathy. Sebagai orangtua sudah menjadi kewajiban untuk melihat bahwa ia harus mampu merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anaknya. Dalam hal ini,
setiap orangtua masing-masing dari informan sudah sangat empati kepada anak- anaknya, sehingga membuat hubungan di antara keduanya menjadi dekat dan
terbuka. Para orangtua menganggap dengan saat ia berkomunikasi dapat memposisikan dirinya ke dalam posisi anak maka anak akan menjadi lebih
terbuka kepada mereka. Namun ketika anak di dalam posisi yang salah maka orangtua tidak akan menganggap anak seperti layaknya temannya. Dan para
orangtua seluruh dari informan apabila anak dalam masalah yang membutuhkan kedua orangtua maka orangtua akan selalu memberikan nasihat dan masukan-
masukan kepada anaknya serta turut membagi pengalamannya sewaktu dulu. Dukungan supportiveness dari seluruh orangtua informan yaitu Ibu
maupun Ayah yang tidak dapat langsung memberikan perhatian maupun dukungan pada saat anak membutuhkannya. Dukungan dari orangtua sangat
berperan penting untuk melancarkan suatu penyampaian pesan komunikasi kepada anak-anaknya. Hal ini juga ditemui pada seluruh orangtua informan.
Dukungan yang diberikan yaitu berupa nasehat dan arahan yang berkaitan dengan bahaya penyalahgunaan organ reproduksi.Para orangtua dari seluruh informan
akan menasihatin, memberi saran, motivasi serta memberi semangat untuk lebih baik lagi ke depannya.
Hal lain yang akan menjadikan komunikasi menjadi efektif yaitu rasa positif positiveness dari orangtua terhadap anak-anaknya. Dalam hal ini orangtua
maupun anak melihat dua rasa positif yang dipandang dari dua sisi yaitu rasa
Universitas Sumatera Utara
positif terhadap dirinya dan rasa positif terhadap orang lain. Orangtua dari masing-masing informan selalu dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan
cerita dari para anak mereka. Jika dari cerita yang disampaikan oleh sang anak mereka merasa ada yang kurang baik, maka mereka akan memberikan nasihat
atau pun saran agar ke depannya para anak menjadi lebih baik. Dalam setiap kesempatan mereka juga akan berbagi pengalaman mereka dengan sang anak. Ini
berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman para anak agar lebih termotivasi untuk menjadi yang lebih baik dari orangtua mereka dahulu. Seperti
bahasa mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru terbaik. Jika anak ada melakukan kesalahan, maka Ibu tidak pernah memanjakan mereka dengan selalu
membela dan membenarkan segala tindakan sang anak. Mereka akan bertindak tegas dengan memarahi sang anak, lalu memberikan pengarahan bahwa apa yang
mereka lakukan adalah salah dan agar jangan diulangi di masa yang akan datang. Para orangtua selalu meminta anak mereka untuk berbicara jujur dan terbuka.
Cara berkomunikasi yang mereka terapkan berbeda-beda, namun pada intinya mereka membiasakan diri untuk lebih banyak mendengar dan bersikap lebih
peduli kepada anak-anaknya. Setiap orangtua dari seluruh informan sepertinya merupakan orang yang bijak dalam menghadapi masalah, jika mereka dalam
situasi atau kondisi yang tidak baik maka tidak akan berpengaruh pada cara berkomunikasi mereka dengan sang anak. Bahkan Ibu dari seluruh informan
mengaku mereka tak jarang berbagi cerita dengan anak mereka jika sedang menghadapi masalah. Para Ibu juga selalu memberikan pemahaman yang positif
kepada anak ketika anak mengeluh soal pendidikan seks yang belum mereka pahami mengenai organ reproduksi serta perbedaan wanita dan pria. Namun tak
jarang pun Ibu masing-masing dari informan sendiri mengaku mereka terkadang ada merasa kesulitan mengurus anak. Sedikit menjadi beban fikiran para Ibu dari
masing-masing informan karena beberapa mempunyai anak perempuan, apalagi beberapa anak sedang dalam masa puber dan melihat jaman sekarang anak-anak
yang susah diatur. Hal terakhir yang akan dibahas adalah kesamaan equality. Kesamaan ini
memiliki artian bahwa setiap orang otomatis memiliki perbedaan yang mendasar
Universitas Sumatera Utara
yang menyebabkan ketidaksamaan muncul. Akan tetapi dalam hal ini Ibu dan Ayah berusaha agar masing-masing mereka adalah seseorang yang memiliki
keseimbangan dan kesamaan yang tak bersyarat khususnya dalam cara berkomunikasi maupun bersikap terhadap anak kepada Ibu, dan juga sebaliknya.
Selain itu komunikasi yang sering sekali terjalin efektif antara orangtua dengan anak dikarenakan memiliki kesamaan pandangan, sikap, berperilaku serta
kesamaan dalam cara berkomunikasi dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian, masing-masing dari remaja tersebut sudah merasa Ibu adalah seperti
temannya juga, sehingga itu yang membuat masing-masing dari remaja tersebut merasa nyaman untuk terbuka menceritakan semua hal yang mereka alami dengan
Ibunya masing-masing. Jika kedekatan dengan Ibu dirasakan pada informan 1, informan 2 dan informan 3 dikarenakan mereka merasa memiliki kesamaan.
Membuka diri kepada orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka diri kepada kita adalah cara yang jitu untuk
memulai dan memelihara komunikasi Johnson, 1981. Hal ini sesuai dengan jawaban dari seluruh informan yang merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan
Ibu dibandingkan dengan Ayah mereka karena sang Ibu selalu mau mendengarkan mereka bercerita. Ibu mereka selalu meluangkan waktu setiap harinya apabila
sang anak mau menceritakan mengenai hal yang mereka alami. Sang Ibu pun senantiasa memberikan tanggapan, saran, dan nasihat jika dirasakan perlu dari
hal-hal yang diungkapkan oleh anaknya. Seperti yang dikatakan Johnson, bahwa umpan balik dari orang lain yang kita percaya, dalam hal ini Ibu memang dapat
meningkatkan pemahaman diri kita, yakni membuat kita sadar pada aspek-aspek diri kita serta konsekuensi-konsekuensi perilaku kita yang tidak pernah kita sadari
sebelumya. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada ketiga informan beserta Ibu
dari masing-masing informan yang juga mencakup sebagai informan, peneliti menemukan bahwa dengan danya Ibu yang selalu beri penjelasan soal pendidikan
seks jenis kelamin maka anak anak lebih bisa paham dengan mudah dengan saling tukar pikiran dengan ibunya dan memahami keseluruhan dari apa yang
disampaikan orang tua Orangtua dari masing-masing informan telah benar
Universitas Sumatera Utara
melakukan dengan baik dari keterbukaan diri self disclosure dan juga komponen komunikasi efektif yaitu keterbukaan openness, empati empathy, dukungan
supportivenes, rasa positif positiveness, dan kesamaan equality. Seluruh informan mengatakan bahwa mereka sudah merasa tidak ada lagi yang kurang
dari Ibu mereka, karena menurut seluruh informan bahwa orangtua mampu menciptakan suasana yang nyaman sehingga mereka mau untuk membuka diri
mereka kepada orangtua dan juga komunikasi menjadi efektif. Komunikasi efektif yang dimaksud adalah bahwa Ibu dari setiap informan mampu memberi dan
menciptakan keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan dalam maksud kesamaan pemahaman, pandangan, dan kesamaan bersikap. Sehingga
tidak ditemukan lagi, anak-anak yang takut untuk mengungkapkan masalah yang ia alami maupun hal yang juga menurutnya pribadi. Mereka juga mengungkapkan
bahwa orangtua mereka selalu memberikan masukan-masukan serta motivasi yang dapat membangkitkan semangat mereka untuk menjadi lebih baik lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN