Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing

31 kemungkinan emiten issue yang lain untuk mempelajari pengalaman- pengalaman kinerja dari perusahaan underwriter, serta belum lagi dengan penjelasan menganai adanya kompetisi diantara para penjamin emisi. Model Baron mengemukakan bahwa underwriter memiliki informasi yang lebih baik mengenai haga yang tepat bagi saham-saham baru yang akan diterbitkan. Tujuan dari dilakukannya underpricing adalah karena harga yang lebih rendah dapat memudahkan usaha untuk mendistribusikan saham kepasar. Dengan melakukan undepricing penjamin juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan pembeli undersubscription Wicaksono, 2012:22.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing

Bagi perusahaan yang melakukan initial public offering, terdapat kecenderungan diman harga saham yang diperdagangkan di pasar sekunder cenderung mengalami underpricing. Berdasar pada penelitian – penelitian yang telah dilakukan sebelumnya setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing, yaitu:

1. Return on Equity ROE

Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan Yolana, 2005:543. Menurut Kurniawan dalam Permatasari 2014:29. ROE digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan modal saham yang ada. ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Informasi mengenai tingkat profitabilitas perusahaan merupakan informasi yang penting bagi investor dalam membuat Universitas Sumatera Utara 32 keputusan investasi. Bagi investor, informasi mengenai laba yang diperoleh perusahaan bisa dijadikan dasar untuk menilai seberapa besar nilai pengembalian investasi yang dilakukan. Profitabilitas perusahaan yang tinggi menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor menyatakan bahwa prestasi keuangan, khusunya tingkat keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam pembelian saham. Dalam IPO saham dari perusahaan dengan rasio Return on Equity ROE yang baik, akan menciptakan sinyal positif bagi calon investor untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga pelaksanaan IPO diharapkan dapat berhasil. Hal ini menjadikan pihak perusahaan dan juga underwriter cenderung untuk tidak menentukan harga penawaran perdana yang jauh lebih rendah dibawah harga sewajarnya atau dengan kata lain menurunkan besarnya tingkat underpricing Permatasari, 2014:62. Return on Equity ROE dapat dihitung dengan; ROE = L e e e P o v �

2. Debt to Equity Ratio DER

Debt to Equity Ratio DER merupakan salah satu dari rasio leverage. Debt to Equity Ratio DER digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan modal yang dimilikinya. DER yang tinggi menunjukkan risiko financial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Para investor Universitas Sumatera Utara 33 dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan nilai DER perusahaan. Apabila DER tinggi, maka risiko perusahaan akan tinggi pula, sehingga investor dalam melakukan keputusan investasi cenderung menghindari DER yang tinggikarena semakin tinggi DER semakin tinggi pula underpricing- nya Suyatmin dan Sutaji dalam Permatasari 2014:32. DER juga memberikan gambaran tentang seberapa besar hutang-hutang peusahaan dijamin modal sendiri perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. Penulis dalam penelitian ini mengajukan hipotesis dengan arah hubungan positif antara DER dengan tingkat underpricing, hal ini didasari oleh pemahaman bahwa semakin besar DER mencerminkan risiko perusahan yang semakin tinggi, sehingga para investor cenderung menghindari nilai DER yang tinggi. Dengan demikian semakin tinggi DER semakin tinggi pula tingkat Underpricing. Dept To Equity DER dapat dihitung dengan Permatas ari, 2014:6: DER= Total Hutang Total Ekuitas X 100

3. Earning per Share EPS

Seorang investor membeli selembar saham dengn harapan mendapatkan imbal hasil dalam bentuk deviden atau kenaikan nilai saham dimasa mendatang. Karena laba merupakan dasar pembayaran deviden, sebagaimana juga dasar kanaikan nilai saham, investor selalu tertarik dengan laba per lembar saham yang dilaporkan peusahaan, Garrison 2013:42. Variabel Earning per Share EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Universitas Sumatera Utara 34 Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus Permatasari, 2014:63: EPS = Laba Bersih Jumlah lembar saham

4. Ukuran Perusahaan

Untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah dengan melihat total asset dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di bursa. Asset merupakan tolak ukur atau besaran skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai asset yang besar pula nilainya. Secara teoritis peusahaan yang mempunyai kepastian certainty yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu. Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar dalam jangka panjang maka akan menurunkan tingkat underpricing dan kemungkinan initial return yang akan diterima investor akan semakin rendah oleh karena itu diduga semakin besar ukuran peusahaan maka akan semakin kecil underpricing.

5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tetap dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang dapat diterima publik akan perusahaan Permatasari, 2014:37. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil risiko ketidakpastian dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 35 Saat emiten melakukan IPO, investor akan lebih percaya tehadap perusahaan yang sudah lama berdiri dan sudah lebih tekenal daripada perusahaan yang baru berdiri. Informasi perusahaan tersebut pun lebih mudah di akses dan lebih tesedia pada perusahaan yang sudah lebih lama berdiri dibandingkan yang baru berdiri. Reputasi perusahaan dimasa lalu sudah dapat dilihat dari peforma perusahaan di tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tesebut dapat digunakan untuk memprediksi keadaan dimasa yang akan datang. Dari teori tersebut kita dapat melihat bahwa risiko kedepannya lebih kecil karena tingkat ketidakpastiannya lebih rendah dibanding perusahaan yang baru berdiri Permatasari, 2012:38.

6. Reputasi Underwriter

Underwriter merupakan perusahaan swasta atau BUMN pihak luar yang menjembatani kepentingan emitten dan investor yakni menjadi penanggung jawab atas terjualnya efek emiten kepada investor. Peranan underwriter diduga bepengaruh terhadap tinggi rendahnya harga pedana saham yang akan dibeli investor tergantung kesepakatan antara penjamin emisi dengan emiten Astuti, 2012:5. Emiten dan underwriter bersama-sama dalam menentukan harga perdana, walaupun demikian mereka mempunyai kepentingan yang berbeda. Emiten menginginkan harga perdana yang tinggi sehingga bisa mendapatkan modal yang besar untuk merealisasika program-program perusahaan yang ingin dicapai. Sebaliknya underwriter menginginkan harga yang cenderung rendah, untuk meminimalkan risiko saham yang ditawarkan tidak laku di pasar, Wicaksono, 2012:29. Universitas Sumatera Utara 36 Pengetahuan dan kemampuan dari underwriter merupakan jaminan pula bagi perusahaan bahwa proses penawaran umum akan ditangani dengan baik dan bahwa mereka akan mendapat dukungan yang sangat bermanfaat baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan penawaran umum perdana. Hingga saat ini belum ada standar baku untuk mengkategorikan underwriter bereputasi baik dan buruk. Pengukuran reputasi underwriter pada tiap penelitian mungkin berbeda, salah satunya adalah didasarkan perangkingan yang dibuat oleh idx statistic yang merangking underwriter ke dalam top 10 underwriter. Berikut adalah daftar underwriter yang masuk ke dalam top 10 underwriter yang ada di Indonesia pada tahun 2015 yang diterbitkan oleh idx statistik di Bursa Efek Indonesia; 1. Ciptadana Securities 2. Indo Primier Securities 3. Panin Securities 4. Credit Swisse Securities Indonesia 5. Mandiri Securities 6. Bahana Securities 7. Dana Reksa Securities 8. CIMB Securities Indonesia 9. Sinarmas Securities 10. RHB Osk Securities Indonrsia Pada penelitian ini ranking yang diberikan kepada underwriter dijadikan dasar membedakan underwriter yang memiliki reputasi tinggi dan underwriter yang Universitas Sumatera Utara 37 tidak memiliki reputasi tinggi. Underwriter yang memiliki reputasi tinggi adalah underwriter yang masuk dalam top 10 underwriter, sedangkan underwriter yang tidak masuk dalam top 10 underwriter dikategorikan sebagai underwriter yang tidak memiliki reputasi tinggi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan terhadap Underpricing pada Saham Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2007 sampai dengan Juni 2012)

4 40 139

Pengaruh variabel keuangan dan non keuangan Terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering (ipo) Di bursa efek indonesia

0 5 120

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2004 2008)

0 4 92

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 10

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 2

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 10

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 25

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 3

Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public OfferingDi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2014

0 0 9

ABSTRAK PENGARUH VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP UNDERPRICING PADA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11