10
level siaga pada akhir tahun 2006 akibat krisis NPL yang belum pulih akibat naiknya harga BBM pada akhir tahun 2005. Pada awal tahun 2007 level CAR
kembali turun dan membaik hingga pertengahan tahun 2016, namun level CAR terlihat naik mencapai kondisi siaga pada sekitar bulan Juli 2016.
Naiknya nilai CAR pada sekitar bulan Juli merupakan akibat dari peningkatan rasio NPL yang sejalan dengan melambatnya kinerja rumah tangga dan
korporasi pada triwulan ke II tahun 2016 KSK BI, 2016. Situasi yang terjadi pada indikator CAR ini tentu mempengaruhi kondisi perbankan umum
konvensional di Indonesia. Terlihat dari indeks diatas bahwa pada tahun 2008, kondisi CAR
perbankan dalam level aman. Hal ini karena Bank Indonesia dan pemerintah telah berbenah diri sejak krisis tahun 1998, sehingga dapat mengambil
kebijakan yang tepat dan mampu meminimalkan dampak dari krisis global yang diakibatkan oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada
tahun 2007 LPI 2008, Bank Indonesia. Kondisi rasio CAR yang dalam level aman menandakan ketahanan perbankan pada tahun 2008, dalam kondisi yang
cukup kuat. Pada tahun 2011, kondisi CAR sangat baik. Hal ini karena selama
tahun 2011 perbankan berhasil mendapatkan laba sebesar Rp.75,0 triliun, lebih tinggi dari pendapatan tahun 2010 LPI 2011, Bank Indonesia.
11
Besarnya laba yang di dapatkan perbankan, menbuat CAR berada pada level yang sangat baik.
5. Return On Asset ROA
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel 2010 Gambar 4.5. Indeks ROA
Indeks diatas menjelaskan kondisi ROA dari bulan Mei 2003 sampai bulan September 2016. Dari indeks diatas terlihat bahwa pada awal taun 2005
kondisi ROA berada pada level krisis. Hal ini merupakan dampak dari kurang kondusifnya perekonomian Indonesia pada awal tahun 2005 yang di akibatkan
oleh memburuknya kualitas kredit dimana indikator NPL pada awal tahun 2005 meningkat, dan juga diikuti dengan naiknya suku bunga LPI 2005,
Bank Indonesia. Kejadian ini telah mempengaruhi kondisi perbankan, yaitu pada sisi profitabilitas perbankan dengan kondisi ROA yang mencapai level
krisis pada awal tahun 2005.
-5.000 -4.000
-3.000 -2.000
-1.000 0.000
1.000 2.000
3.000 4.000
M a
y -0
3 Dec
-0 3
J ul-0
4 F
eb- 5
Sep -0
5 A
p r
-0 6
N o
v -0
6 J
un -0
7 J
a n
-0 8
Au g
-0 8
M a
r- 9
O ct
-0 9
M a
y -1
Dec -1
J ul-1
1 F
eb- 1
2 Sep
-1 2
A p
r -1
3 N
o v
-1 3
J un
-1 4
J a
n -1
5 Au
g -1
5 M
a r-
1 6
ROA Threshold 2.0
Threshold 1.7 Threshold 1.3
12
Dari indeks diatas juga terlihat bahwa kondisi ROA pada awal tahun 2006 mengalami penurunan yang sangat jauh, yang artinya rasio ROA pada
awal tahun 2006 sangat baik. Hal ini karena program restrukturisasi beberapa bank BUMN telah selesai, dengan diiringi kinerja perbankan yang terus
membaik pasca kenaikan harga BBM tahun 2005 LPI 2006, Bank Indonesia. Selain itu, strategi penanaman dana perbankan pada surat berharga dengan
resiko rendah, dan selisih suku bunga pinjaman dan simpanan yang besar juga membuat profitabilitas perbankan meningkat LPI 2005, Bank Indonesia.
Terlihat dari indeks diatas bahwa pada tahun 2008, kondisi ROA perbankan dalam level aman. Hal ini karena Bank Indonesia dan pemerintah
telah berbenah diri sejak krisis tahun 1998, sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat dan mampu meminimalkan dampak dari krisis global
yang diakibatkan oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2007 LPI 2008, Bank Indonesia. Ketahanan perbankan yang cukup
kuat menandakan kinerja perbankan sangat baik. Hal ini tercermin dari ekspansi kredit yang tinggi dan likuiditas terjaga, sehingga membuat rasio
ROA tahun 2008 dalam kondisi yang baik LPI 2008, Bank Indonesia. Krisis indikator ROA juga terjadi pada awal tahun 2012. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya penurunan kinerja korporasi dan menurunnya kredit di sektor konsumsi akibat dari masih tingginya ketidakpastian
penyelesaian krisis global. Selain itu, terjadinya penurunan jumlah likuiditas