20
perbankan umum kepada masyarakat semakin luas seiring bertambahnya jumlah kantor perbankan. Bertambahnya jumlah kantor perbankan diikuti
dengan peningkatan kinerja perbankan. Membaiknya kondisi NPL pada tahun 2007 ini sesuai dengan prakiraan yang dilakukan perbankan pada tahun 2006.
LPI 2007, Bank Indonesia. Pada tahun 2008, terlihat bahwa kondisi NPL dalam kondisi aman.
Hal ini karena kinerja perbankan yang baik, sehingga meningkatkan kredit. Terjaganya kualitas kredit membuat nilai NPL berhasil mencatatkan nilai
terendah semenjak krisis tahun 1998 LPI 2008, Bank Indonesia. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan NPL, hal ini karena terjadi
perlambatan ekonomi yang disertai dengan menurunnya nilai tukar rupiah. Dari indeks diatas menunjukkan bahwa kondisi NPL tahun 2014 lebih tinggi
dari tahun 2013. Hal ini karena terjadinya perlambatan ekonomi dan terdepresiasinya nilai tukar rupiah, sehingga membuat masyarakat yang telah
meminjam dana mengalami kesulitan dalam membayar kreditnya LPI 2014, Bank Indonesia.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Component Index
Setelah membuat single index dari masing-masing variabel, langkah selanjutnya
adalah membuat
component index
yang merupakan
penggabungan dari masing-masing single index sesuai dengan bagian dari komponennya. Ada tiga component index yang telah dibuat, yaitu indeks
21
efisiensi, indeks tekanan, dan indeks intermediasi. Ketiga komponen indeks tersebut merupakan penggabungan dari single index yang sesuai dengan
bagiannya masing-masing. Hasil dan pembahasan component index tersebut adalah sebagai berikut:
1. Indeks Efisiensi
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel 2010
Gambar 4.10. Indeks Efisiensi
Gambar diatas merupakan hasil penggabungan dari tiga variabel penyusun indeks efisiensi, yaitu BOPO, NIM, dan CIR. Dilihat dari hasil
indeks diatas, terlihat telah terjadi krisis pada tahun 2006. Ini sesuai dengan kondisi yang terjadi pada tahun 2006, yaitu pada tahun tersebut kondisi sistem
perekonomian Indonesia sedang dalam masa pemulihan setelah naiknya harga BBM yang mengakibatkan menurunnya aktifitas usaha akibat naiknya biaya
produksi pada akhir tahun 2005 LPI 2006, Bank Indonesia. Hal ini tentu
-0.800 -0.600
-0.400 -0.200
0.000 0.200
0.400 0.600
0.800
M a
y -0
3 Dec
-0 3
J ul-0
4 F
e b-
5 Sep
-0 5
Ap r-
6 No
v -0
6 J
un -0
7 J
a n
-0 8
Au g
-0 8
M a
r- 9
O ct
-0 9
M a
y -1
Dec -1
J ul-1
1 F
e b-
1 2
S ep
-1 2
Ap r-
1 3
No v
-1 3
J un
-1 4
J a
n -1
5 Au
g -1
5 M
a r-
1 6
Efisiensi Threshold 2.0
Threshold 1.7 Threshold 1.3
22
membuat tingkat efisiensi perbankan menjadi lemah. Telah dijelaskan pada perhitungan single index sebelumnya, bahwa kondisi BOPO pada awal tahun
2006 mengalami krisis. Kondisi ini mengakibatkan tingkat efisiensi perbankan memburuk karena tingginya biaya operasional perbankan, sehingga
terjadi krisis efisiensi pada awal tahun 2006. Setelah itu, perbankan terus melakukan perbaikan kebijakan untuk memperbaiki kondisi perbankan,
sehingga kondisi efisiensi terus membaik. Dari indeks efisiensi diatas terlihat pada tahun 2008, kondisi efisiensi
perbankan dalam kondisi yang aman. Meskipun pada tahun 2008 sedang terjadi krisis keuangan global, namun efisiensi perbankan umum konvensional
tetap dalam kondisi yang aman. Hal ini karena Bank Indonesia selaku pengambil kebijakan telah berbenah diri dan belajar dari krisis tahun 1998,
sehingga mampu meminimalkan dampak krisis global pada tahun 2008 LPI 2008, Bank Indonesia. Kinerja perbankan yang baik telah mampu menjaga
kestabilan ekonomi, sehingga kondisi efisiensi perbankan tetap dalam kondisi yang aman.