6
memaksimalkan keuntungan dari aset yang dimiliki dengan pendapatan bunga yang tinggi dan memiliki tingkat efisiensi yang baik.
Dari indeks diatas terlihat bahwa pada tahun 2008, kondisi NIM dalam level aman. Hal ini karena otoritas pada sektor keuangan telah belajar dari
krisis tahun 1998, sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat dan mampu meminimalkan dampak dari krisis global yang diakibatkan oleh krisis
subprime mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2007 LPI 2008, Bank
Indonesia. Dari indeks diatas terlihat kondisi NIM pada tahun 2014, berada dalam
kondisi yang sangat baik. Hal ini dikarenakan kerja sama antara kebijakan Bank Indonesia dengan pemerintah yang semakin baik demi menjaga
kestabilan sistem keuangan. Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui penetapan BI Rate yang ditransmisikan melalui jalur suku
bunga simpanan perbankan, lalu kemudian di ikuti dengan suku bunga kredit. Kebijakan mempertahankan BI Rate pada level 7,50 hingga tanggal 17
November 2014, lalu mentrasmisikannya dengan baik melalui jalur tersebut pada tanggal 18 November 2014 menjadi level 7,75 LPI 2014, Bank
Indonesia. Hal ini membuat kondisi NIM perbankan tahun 2014 dalam kondisi yang sangat baik.
7
3. Cost Income Ratio CIR
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel 2010 Gambar 4.3. Indeks CIR
Data diatas menunjukkan kondisi dan level CIR perbankan konvensional di Indonesia dari Mei 2003 sampai September 2016. Hasil
indeks diatas menunjukkan bahwa kondisi CIR dari bulan Mei 2003- September 2016 dalam kondisi normal. Hanya pada awal tahun 2006 yaitu
pada bulan Januari kondisi CIR sempat naik ke posisi waspada. Hal ini merupakan salah satu dampak dari krisis mini yang terjadi pada tahun 2005,
dan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 LPI 2006, Bank Indonesia. Memasuki pertengahan tahun 2006 level CIR kembali turun dan
menjadi normal. Kondisi normal ini berjalan stabil, bahkan pada Januari 2013, kondis CIR sangat baik. Hal ini seiring dengan membaiknya kondisi efisiensi
-8.000 -6.000
-4.000 -2.000
0.000 2.000
4.000
M a
y -0
3 Dec
-0 3
J ul-0
4 F
eb- 5
S ep
-0 5
Ap r-
6 No
v -0
6 J
un -0
7 J
a n
-0 8
Au g
-0 8
M a
r- 9
O ct
-0 9
M a
y -1
Dec -1
J ul-1
1 F
eb- 1
2 Sep
-1 2
Ap r-
1 3
No v
-1 3
J un
-1 4
J a
n -1
5 Au
g -1
5 M
a r-
1 6
CIR Threshold 2.0
Threshold 1.7 Threshold 1.3
8
perbankan yang mampu menekan biaya operasional nonbunga dibandingkan tahun 2012 dan tahun-tahun sebelumnya LPI 2013, Bank Indonesia.
Pada tahun 2008, kondisi CIR dalam level aman dan stabil. Hal ini karena Bank Indonesia selaku otoritas keuangan telah berbenah diri sejak
krisis tahun 1998, sehingga mampu meminimalkan dampak dari krisis global yang diakibatkan oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada
tahun 2007 LPI 2008, Bank Indonesia. Kestabilan perbankan pada tahun 2013 masih tetap terjaga walaupun
sempat mengalami sedikit tekanan pada pertengahan tahun 2013. Hal ini terlihat dari indeks CIR diatas, dimana pada awal tahun 2013 kondisi CIR
sangat baik. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah kredit yang membuat laba perbankan juga naik. Pada awal tahun 2013, yaitu pada bulan Januari
jumlah kredit sebersar -0,766, pada bulan Februari sebesar 1,092, bulan Maret sebesar 1,732, kemudian bulan April sebesar 2,033 SPI 2013, Bank
Indonesia. Kondisi ini didukung dengan efisiensi perbankan yang semakin membaik dan meningkatnya kinerja perbankan untuk mempertahankan
profitabilitas LPI 2013, Bank Indonesia.
9
4. Capital Adequacy Ratio CAR
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel 2010
Gambar 4.4. Indeks CAR
CAR merupakan rasio pengukur modal yang dimiliki perbankan untuk mengatasi resiko kredit. Dalam grafik diatas terlihat bahwa kondisi CAR pada
awal tahun 2004 mengalami krisis. Hal ini akibat dari terjadinya proses restrukturisasi kredit perbankan selama tahun 2003. Jumlah kredit yang
direstrukturisasi sampai akhir tahun 2003 mencapai Rp. 41,3 triliun, dimana Rp. 7,3 triliun diantaranya merupakan kredit kurang lancar dan macet,
sehingga membuat bank menggunakan modalnya sendiri utuk melaksanakan program restrukturisasi kredit perbankan LPI 2003, Bank Indonesia. Selain
itu pada pertengahan tahun 2003, Bank Indonesia memasukkan komponen resiko pasar ke dalam perhitungan CAR dengan masa transisi sampai akhir
tahun 2004. Setelah itu kondisi CAR terus membaik, namun sempat naik ke
-2.500 -2.000
-1.500 -1.000
-0.500 0.000
0.500 1.000
1.500 2.000
2.500
M a
y -0
3 Dec
-0 3
J ul-0
4 F
eb- 5
Sep -0
5 Ap
r- 6
No v
-0 6
J un
-0 7
J a
n -0
8 Au
g -0
8 M
a r-
9 O
ct -0
9 M
a y
-1 Dec
-1 J
u l-1
1 F
eb- 1
2 Sep
-1 2
Ap r-
1 3
No v
-1 3
J un
-1 4
J a
n -1
5 Au
g -1
5 M
a r-
1 6
CAR Threshold 2.0
Threshold 1.7 Threshold 1.3
10
level siaga pada akhir tahun 2006 akibat krisis NPL yang belum pulih akibat naiknya harga BBM pada akhir tahun 2005. Pada awal tahun 2007 level CAR
kembali turun dan membaik hingga pertengahan tahun 2016, namun level CAR terlihat naik mencapai kondisi siaga pada sekitar bulan Juli 2016.
Naiknya nilai CAR pada sekitar bulan Juli merupakan akibat dari peningkatan rasio NPL yang sejalan dengan melambatnya kinerja rumah tangga dan
korporasi pada triwulan ke II tahun 2016 KSK BI, 2016. Situasi yang terjadi pada indikator CAR ini tentu mempengaruhi kondisi perbankan umum
konvensional di Indonesia. Terlihat dari indeks diatas bahwa pada tahun 2008, kondisi CAR
perbankan dalam level aman. Hal ini karena Bank Indonesia dan pemerintah telah berbenah diri sejak krisis tahun 1998, sehingga dapat mengambil
kebijakan yang tepat dan mampu meminimalkan dampak dari krisis global yang diakibatkan oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada
tahun 2007 LPI 2008, Bank Indonesia. Kondisi rasio CAR yang dalam level aman menandakan ketahanan perbankan pada tahun 2008, dalam kondisi yang
cukup kuat. Pada tahun 2011, kondisi CAR sangat baik. Hal ini karena selama
tahun 2011 perbankan berhasil mendapatkan laba sebesar Rp.75,0 triliun, lebih tinggi dari pendapatan tahun 2010 LPI 2011, Bank Indonesia.