Kadar abu Kadar Protein

d. Pelumas Gliserin dapat digunakan sebagai pelumas, jika minyak tidak ada. Ini di sarankan untuk kompresor oksigen karena lebih tahan terhadap oksidasi daripada minyak mineral, pada pelumas pompa dan bantalan fluida seperti bensin, pada industry makanan, farmasi, dan kosmetik. e. Bahan pembungkus dan pengemas Pembungkus daging, jenis khusus ketas, seperti greasproof, dan edible film memerlukan bahan atau plasticizer untuk memberi kelenturan dan kekerasan pembungkus.Girindra,S.N, 2009 2.5 Kadar Nutrisi 2.5.1 Kadar air Air dapat berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersi berbagai senyawa yang terdapat dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan, dapat juga berfungsi sebagai pelarut. Air juga dapat melarutkan berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut dalam air, mineral, dan senyawa-senyawa cita rasa seperti yang terkandung dalam the dan kopi. Penentuan kandungan air, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya, penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-100 C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringannya adalah banyaknya air yang diuapkan. Winarno, 1984

2.5.2 Kadar abu

Salah satu cara penetuan abu total yaitu dengan metode gravimetri. Penentuan kada abunya yaitu dengan mengoksidasi semua zat organic pada uhu tinggi, yaitu sekitar 500 -600 C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Bahan dengan kadar air yang tinggi sebelum pengabuan harus di keringkan terlebih dahulu. Lamanya pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan. Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir tau kotoran yang lain. Jadi, semakin rendah kadar abu dalam makanan, maka semakin baik bahan makanan tersebut.Sudarmadji, 1992 Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Kadar Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Molekul protein mengandung unsur-unsur C,H,O dan unsur-unsur khusus yang terdapat di dalam protein dan tidak terdapat di dalam molekul karbohidrat dan lemak ialah nitrogen N. Penentuan protein berdasarkan jumlah N menunjukkan protein kasar karena selain protein juga terikut senyawaan nitrogen N bukan ptotein, misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Penentuan cara ini yang paling terkenal adalah cara Kjeldhal, yang terbagi atas tiga tahapan, yaitu : a. Tahap destruksi Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu C,H,O,N,S, dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. Dimana N protein diubah menjadi ammonium sulfat. Proses ini berlangsung selama sampel yang ditambah dengan katalisator direaksikan dengan H 2 SO 4 pekat dan didihkan diatas pemanas labu kjeldhal. Pada tahap ini juga menghasilkan CO 2 , H 2 O, dan SO 2 yang terbentuk dalam sebuah hasil reduksi dari sebagian asam sulfat dan menguap. Reaksi yang terjadi selama tahap destruksi adalah : C,H,O,N,S n + H 2 SO 4p → NH 4 2 SO 4 + SO 2 ↑ + CO 2 ↑ + H 2 O ↑ b. Tahap destilasi Pada dasarnya tujuan dari destilasi adalah memisahkan zat yang diinginkan, yaitu memecah ammonium sulfat menjadi ammonia dengan menambahkan NaOH-natrium sulfide kemudian di panaskan. Prinsip destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Ammonia yang dihasilkan akan ditangkap oleh larutan asam standar, digunakan asam borat dalam Erlenmeyer dan telah ditambahkan indicator tashiro menghasilkan larutan biru. Hasil destilasi ditangkap oleh larutan H 3 BO 3 yang terdapat dalam labu Erlenmeyer, akan dihasilkan larutan berwarna hijau bening setelah penyulingan selesai. Reaksi yang terjadi : NH 2 2 SO 4 + NaOH → Na 2 SO 4 + 2NH 4 OH 2NH 4 OH → 2NH 3 + 2H 2 O Universitas Sumatera Utara 2NH 3 + 4H 3 BO 3 → NH 4 2 B 4 O 7 + 5H 2 O c. Tahap titrasi Titrasi merupakan tahap akhir dari seluruh metode Kjeldhal pada penentuan kadar protein dalam bahan pangan yang di analisis. Dengan melakukan titrasi, dapat diketahui banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia. Untuk tahap titrasi, destilat dititrasi dengan HCl yang telah di standarisasi telah disiapkan sebelumnya. Jadi, banyaknya HCl yang diperlukan untuk menetralkan ekuivalen dengan banyaknya N. Titrasi HCl dilakukan sampai titik ekuivalen yang ditandai dengan berubahnya warna larutan biru menjadi merah muda karena adanya HCl berlebih yang menyebabkan suasana asam. Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi : NH 4 2 B 4 O 7 + 2HCl → 2NH 4 Cl + H 3 B 4 O 7 + 5H 2 O Sudarmadji, 1992

2.5.4 Kadar Lemak Lipid

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Limbah Rumput Laut (Sargassum polycystum) Sebagai Bahan Pupuk Cair Untuk Sawi (Brassica juncea L.) Organik Pada Tanah Ultisol

4 95 63

Penggunaan Rumput Laut (Sargassum polycystum) Sebagai Bahan Pupuk Cair dan pengaruhnya terhadap N,P,K,Ca,Mg tanah Ultisol dan produksi Sawi (Brassica juncea L.) Organik

3 72 68

Pengaruh Variasi Campuran Tepung Terigu dan Tepung Tapioka Terhadap Karakteristik dan Kadar Nutrisi Mi Instan

4 85 63

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, dan Ekstrak Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan Pemlastis Gliserin

3 64 75

Pembuatan Edible Film Dari Tepung Tapioka Dan Dedak Dengan Penambahan Gliserin Sebagai Kulit Risol Dan Pengaruh Akibat Penggorengan

1 58 65

Peranan Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) Dalam Menjaga Kualitas Air Pada Karamba Jaring Apung Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

5 65 87

Peningkatan Gizi Mie Instan Dari Campuran Tepung Terigu dan Tepung Ubi Jalar Melalui Penambahan Tepung Tempe dan Tepung Ikan

1 62 91

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Sisik Ikan Gurami (Oshpronemus gouramy) dan Gliserin Untuk Pembungkus Sosis

4 67 81

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kadar Air, Abu,Protein, Lemak dan Karbohidrat Edible Film yang Terbuat dari Campuran Tepung Rumput Laut (Eucheuma sp.) dan Gliserin

0 4 12

ANALISIS KADAR AIR, ABU, PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT EDIBLE FILM YANG TERBUAT DARI CAMPURAN TEPUNG RUMPUT LAUT (Eucheuma sp.), KITOSAN DAN GLISERIN SKRIPSI DEWI LESTARI AGUSTINA 100822026

0 0 14