2.1.1 Komponen penyusun edible film
Komponen penyusun edible film dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu ; hidrokoloid, lipida, dan komposit. Hidrokoloid yang cocok antara lain senyawa polisakarida yeti selulosa,
modifikasi selulosa, pati, agar, alginat, pectin. Lipida yang biasa digunakan yaitu kolagen, gelatin, dan asam lemak. Sedangkan komposit merupakan campuran, terdiri dari lipid dan
hidrokoloid serta mampu menutupi kelemahan masing-masing.Danhowe dan fennema, 1994.
a. Hidrokoloid
Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan edible film adalah protein atau karbohidrat. Film yang dibentuk dari karbohidrat dapat berupa pati, gum alginat, dan pectin, dan pati
yang dimodifikasi secara kimia. Pembentukan film berbahan dasar protein antara lain dapat menggunakan kassein, protein kedelai, gluten gandum, dan protein jagung. Film yang terbuat
dari hidrokoloid sangat baik sebagai penghambat perpindahan oksigen, karbondioksida, dan lemak, serta memiliki karakteristik mekanik yang sangat baik, sehingga sangat baik
digunakan untuk memperbaiki struktur film agar tidak mudah hancur.Danhowe dan Fennema, 1994
b. Lipida
Film yang berasal dari lipida sering digunakan sebagai penghambat uap air, atau bahan pelapis untuk meningkatkan kilap pada produk-produk permen. Film yang terbuat dari lemak
murni sangat terbatas dikarenakan menghasilkan kekuatan struktur film yang kurang baik.Danhowe dan Fennema, 1994. Lipida yang sering digunakan sebagai edible film antara
lain, lilin wax, asam lemak, monogliserida, dan resin.Lee dan Wan dalam Hui, 2006
c. Komposit
Komposit film terdiri dari komponen lipida dan hidrokoloid. Aplikasi dari komposit film dapat dalam lapisan satu-satu bilayer, di mana satu lapisan merupakan hidrokoloid dan satu
lapisan lain merupakan lipida, atau dapat berupa gabungan lipida dan hidrokolid dalam satu kesatuan film. Gabungan dari hidrokoloid dan lemak digunakan dengan mengambil
keuntungan dari komponen lipida dan hidrokoloid. Lipida dapat meningkatkan ketahanan terhadap penguapan air dan hidrokoloid dapat memberikan daya tahan. Film gabungan antara
lipida dan hidrokoloid ini dapat digunakan untuk melapisi buah-buahan dan sayuran.Danhowedan Fennema,1994
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kegunaan Edible Film
Edible film diaplikasikan pada makanan dengan cara pembungkusan, pencelupan, penyikatan atau penyemprotan. Bahan hidrokoloid dan lemak atau campuran keduanya dapat digunakan
untuk membuat Edible film. Kelebihan edible film yang dibuat dari hidrokoloid diantaranya memiliki kemampuan yang
baik untuk melindungi produk terhadap oksigen, karbondioksida, dan lipida serta memiliki sifat mekanis yang diinginkan dan meningkatkan kesatuan struktur produk. Kelemahannya,
film dari karbohidrat yang kurang bagus digunakan untuk mengatur migrasi uap air, sementara film dari protein sangat dipengaruhi oleh perubahan pH.Anonim, 2009
Kelebihan edible film dari lipid adalah memiliki kemampuan yang baik untuk melindungi produk dari penguapan atau sebagai bahan pelapis. Tetapi, kegunaannya sebagai film murni
terbatas karena integritas dan ketahanannya tidak terlalu baik. Edible film dari komposit gabungan hidrokoloid dan lipid dapat meningkatkan kelebihan dari film hidrokoloid dan
lipid, serta mengurangi kelemahannya. Pembentukan edible film merupakan proses pertumbuhan fragmen kecil atau penggabungan polimer-polimer. Prinsip pembentukan edible
film adalah interaksi rantai polimer menghasilkan agregat polimer yang lebih besar dan stabil.Anonim, 2009
2.2 Rumput Laut
Gambar 2.1 Rumput Laut Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat
tertentu, dengan tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati; tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada
karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Pertumbuhan dan penyebaran dari rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi fisika, kimia, dan pergerakan
atau dinamika air laut serta jenis substrat dasarnya.Othmer,1968
Universitas Sumatera Utara
Luas perairan laut Indonesia serta keragaman jenis rumput laut merupakan cerminan dari potensi rumput laut Indonesia. Dari 782 jenis rumput laut di perairan Indonesia, hanya 18
jenis dari 5 genus marga yang sudah diperdagangkan. Dari kelima marga tersebut, hanya genus-genus Eucheuma dan glacilaria yang sudah dibudidayakan.
Jenis rumput laut yang digunakan oleh peneliti adalah rumput laut dengan nama latin Eucheuma sp.
Wilayah sebaran budi daya genus Eucheuma berada di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Kepulauan Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Maluku, serta Papua.
Secara umum, beberapa faktor keberhasilan yang perlu diperhatikan dalam budi daya rumput laut sebagai berikut:
a. Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut yang di
budidayakan b.
Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit , dan cara pembibitan yang tepat
c. Metode budi daya yang tepat
d. Pemeliharaan tanaman
e. Metode panen dan perlakuan pascapanen yang tepat
f. Pembinaan dan pendampingan secara kontiniu kepada petani.Anggadiredja,J,T,
2002
2.2.1 Ciri – ciri rumput laut Eucheuma spinosum
Ciri-ciri dari rumput laut jenis Eucheuma sp. adalah thallus silindis; perpanjangan thallus berujung runcing atau tumpul; dan ditumbuhi nodulus tonjolan-tonjolan, berupa duri lunak
yang tersusun berputar teratur mengelilingi cabang, lebih banyak yang terdapat pada E.cottoni. Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang, batu karang,
batuan, benda keras, dan cangkang kerang. Eucheuma sp. memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis sehingga hanya dapat hidup pada lapisan fotik. Indikator jenis bagi
Eucheuma sp. antara lain jenis-jenis Euchema lainnya. Di Indonesia, rumput laut jenis Eucheuma sp. ini tersebar dan banyak dibudidayaakan, karena
mempunyai manfaat sebagai bahan dasar lota-karaginan, pickle, sayur sop, pemanis agar, salad dengan kelapa parut dan saus.Anggadiredja,J,T, 2002
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Kandungan Rumput Laut
Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat , protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain
itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B
1
, B
2
, B
6
, B
12
, dan C; betakaroten; serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor, netrium, zat besi, dan yodium.
Adapun kandungan dari rumput laut Eucheuma sp. seperti pada tabel berikut ;
Jenis Rumput Laut
Kadar Protein
Kadar Lemak
Kadar Air Kadar Abu
Kadar Karbohidrat
Kadar Serat
Kasar
Eucheuma sp. 3,46
0,93 14,96
16,05 57,52
7,08 Anggadiredja,J,T. 2002
2.2.3 Kegunaan rumput laut
Beberapa jenis rumput laut di Indonesia, ternyata sudah biasa digunakan sebagai obat tradisional, kosmetika tradisional, seperti untuk bedak atau lotions penyegar dan pengobatan
kelengar atau tidak sadarkan diri akibat sinar matahari. Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang merupakan hidrokoloid seperti agar, karaginan,
dan alginat juga banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk
busa, dan pembentuk film. Agar digunakan dalam pembuatan lapisanfilm untuk foto. Dalam hal ini, agar lebih baik dari gelatin karena memiliki kekuatan gel yang lebih kuat. Dengan
demikian, lapisanfilm tidak meleleh di daerah tropis yang suhunya relatif lebih panas. Anggadiredja,J,T, 2002
2.3 Kitosan 2.3.1 Struktur Kitosan
Kitosan adalah poli-2-amino-2-deoksi- β-1,4-D-glukopiranosa dengan rumus
molekul C
6
H
11
NO
4 n
yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Sifat Kitosan
Kitosan adalah padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan tertentu Kelarutan kitosan yang paling baik adalah dalam larutan asam asetat
1, asam format 10, dan asam sitrat 10. Kitosan tidak dapat larut dalam asam piruvat, asam laktat, dan asam-asam anorganik pada pH tertentu, walaupun setelah di panaskan dan di
aduk dengan waktu yang agak lama. Keterlarutan kitosan dalam larutan asam format ataupun asam asetat dapat membedakan kitosan dan kitin karena kitin tidak dapat melarut dalam
keadaan pelarut asam tersebut. Kitosan dibedakan dari kitin oleh kelarutannya dalam larutan asam encer. Kitosan bermuatan
positif karena kelompok amina pada pH asam, yang besarannya tergantung pada tingkat deasetilasi, dan dengan demikian kitosan diklasifikasikan sebagai polielektrik kationik,
sedangkan polisakarida yang lain memberikan muatan netral ataupun ionic.Hwang dan Shin,2001
Kitosan yang digunakan peneliti dalam pembuatan edible film ini adalah kitosan yang terbuat dari limbah udang.
Udang merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang mulai di tarik oleh pasar dunia. Hal ini dapat kita lihat dengan meningkatnya permintaan dari Negara lain terhadap
komoditas udang. Limbah udang yang diperoleh berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, karena sifatnya yang mudah terdegradasi secara enzimatik oleh mikroorganisme.
Selama ini, sebagaimana yang kita ketahui limbah udang d Indonesia hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak, hidrolisat protein, silase, bahan baku terasi, petis, dan kerupuk udang.
Sementara itu, limbah di Negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat telah diisolasi kitinnya. Kitin dalam kulit udang sebesar 15-20 dan dapat diisolasi melalui proses
deproteinase yang diikuti dengan demineralisasi. Kitin juga dapat diubah manjadi kitosan setelah lebih dari 70 gugus asetil CH
3
CO--dihilangkan. Dimana kitosan banyak digunakan dalam industry kertas, pangan, farmasi, fotogafi, kosmetika, fungisida, dan tekstil
sebagai pengemulsi, koagulan, pengkelat serta pengental emulsi. Selain itu, kitosan juga bersifat nontoksik, biokompatibel, dan biodegradable sehingga aman digunakan.Sugita.P,
dkk., 2009
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kegunaan Kitosan
Di bidang industri, kitin, dan kitosan berperan antara lain sebagai koagulan polielektrolit pengolahan limbah cair, pengikat dan penjerap ion logam, mikroorganisme,
mikroalga, pewarna, residu pestisida, lemak, tanin, mineral dan asam organic, media kromatografi kertas, gel dan pertukaran ion, pembentuk film dan membran mudah terurai,
meningkatkan kualitas kertas, pulp, dan produk tekstil. Sugita.P,dkk., 2009 Menurut Van Tiainen et al, 2004, fungsi dari penambahan kitosan pada pembentukan film
adalah dengan membentuk film tanpa penambahan aditif, menunjukkan oksigen yang baik dan permeabilitas karbondioksida, serta mengetahui sifat mekanik dan aktivitas mikroba
terhadap bakteri, ragi, dan jamur.
2.4 Gliserin
Menurut Syarief, et.al.,1989 dalam Karina A, untuk memperbaiki sifat plastic maka ditambahkan berbagai jenis tambahan atau additive. Bahan tambahan ini sengaja
ditambahkan dan berupa komponen bukan plastic yang diantaranya berfungsi sebagai plasticizer, penstabil pangan, pewarna, penyerap UV dan lain-lain. Bahan itu dapat berupa
senyawa organic maupun anorganik yang biasanya mempunyai berat molekul rendah. Plasticizer merupakan bahan tambahan yang diberikan pada waktu proses agar plastic lebih
halus dan lebih luwes. Fungsinya untuk memisahkan bagian-bagian dari rantai molekul yang panjang. Plasticizer adalah bahan non volatile dengan titik didih tinggi yang apabila
ditambahkan ke dalam bahan lain akan merubah sifat fisik dan atau sifat mekanik dari bahan tersebut Krochta,et.al., 1994. Plasticizer ditambahkan untuk mengurangi gaya intermolekul
antar partikel penyusun pati yang menyebabkan terbentuknya tekstur edible film yang mudah patah getas.
Gliserol merupakan plasticizer yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok untuk bahan pembentuk film yang bersifat hidrofobik. Ia dapat meningkatkan penyerapan molekul polar
seperti air. Peran gliserol sebagai plasticizer dan konsentrasinya meningkatkan fleksibilitas dari film. Gliserol gliserin merupakan senyawa poliol sederhana, yang tdak berwarna, tidak
berbau, merupakan cairan kental yang banyak digunakan dalam formulasi farmasi. Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil hidrofilik yang bertanggung jawab untuk dalam air dan sifat
higroskopiknya. Tulang punggung gliserol adalah yang paling penting untuk seluruh lipid
Universitas Sumatera Utara
yang dikenal sebagai trigliserida. Gliserol gliserin memiliki rasa manis dan toksisitas yang rendah.
Gliserin merupakan humektan yang biasa digunakan untuk kosmetik handand body lotion dan cream pelembab dan sebagainya, untuk bahan dasar dalam pembuatan sabun dan
merupakan bahan utama untuk pasta gigi. Fungsinya adalah untuk mengikat air sebagai pelembab sehingga cream selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas. Pemakaian
gliserin relative aman untuk kulit.Ab Christoph, 2006
2.4.1 Kegunaan Gliserin
Gliserin mempunyai peran hampir di setiap industry. Industri kertas, dimana gliserin berfungsi sebagai bahan pelunak adalah penggunaan terbesar berikutnya, yaitu 2500
tontahun. Industri nitrogliserin sebesar 7500 tontahun, tetapi pemasarannya berkurang 25 tahun terakhir, dengan digantikannya oleh bahan lain yang lebih murah.
a. Makanan dan minuman
Gliserin mudah di cerna dan tidak beracun dan metabolisme bersama karbohidrat, meskipun dalam bentuk kombinasi pada sayuran dan lemak. Untuk produk makanan dan pembungkus
makanan yang kontak langsung dengan konsumen, tidak beracun merupakan syarat utama. Gliserin, sejak 1959 diakui sebagai satu diantara bahan yang aman oleh Food and Drug
Adminstration. Kegunaan sebagai pelarut untuk pemberian rasa seperti vanilla dan pewarna makanan, agen pengental dalam sirup, pengisian dalam produk makanan rendah lemah
biscuit. b.
Obat-obatan dan kosmetik Pada obat-obatan dan kedokteran, gliserin adalah bahan dalam larutan alcohol dan obat
penyakit. Gliserin pada kanji, dapat digunakan dalam selai dan obat salep. Gliserin juga digunakan pada obat batuk dan juga obat bius, seperti larutan gliserin –fenol.
c. Industri tembakau
Pada pengolahan tembakau, gliserin digunakan untuk mencegah daun menjadi rapuh dan hancur selama proses pengolahan. untuk menambah rasa manis dan mencegah pengeringan,
juga sebagai bahan pelunak pada kertas rokok.
Universitas Sumatera Utara
d. Pelumas
Gliserin dapat digunakan sebagai pelumas, jika minyak tidak ada. Ini di sarankan untuk kompresor oksigen karena lebih tahan terhadap oksidasi daripada minyak mineral, pada
pelumas pompa dan bantalan fluida seperti bensin, pada industry makanan, farmasi, dan kosmetik.
e. Bahan pembungkus dan pengemas
Pembungkus daging, jenis khusus ketas, seperti greasproof, dan edible film memerlukan bahan atau plasticizer untuk memberi kelenturan dan kekerasan pembungkus.Girindra,S.N,
2009
2.5 Kadar Nutrisi 2.5.1 Kadar air
Air dapat berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersi berbagai senyawa yang terdapat dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan, dapat juga berfungsi sebagai pelarut. Air juga
dapat melarutkan berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut dalam air, mineral, dan senyawa-senyawa cita rasa seperti yang terkandung dalam the dan kopi. Penentuan
kandungan air, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya, penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam
oven pada suhu 105-100 C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih
berat sebelum dan sesudah pengeringannya adalah banyaknya air yang diuapkan. Winarno, 1984
2.5.2 Kadar abu
Salah satu cara penetuan abu total yaitu dengan metode gravimetri. Penentuan kada abunya yaitu dengan mengoksidasi semua zat organic pada uhu tinggi, yaitu sekitar 500
-600 C dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Bahan dengan kadar air yang tinggi sebelum pengabuan harus di keringkan terlebih dahulu.
Lamanya pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu
dan beratnya konstan. Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi
menunjukkan adanya pasir tau kotoran yang lain. Jadi, semakin rendah kadar abu dalam makanan, maka semakin baik bahan makanan tersebut.Sudarmadji, 1992
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Kadar Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Molekul protein mengandung unsur-unsur C,H,O dan
unsur-unsur khusus yang terdapat di dalam protein dan tidak terdapat di dalam molekul karbohidrat dan lemak ialah nitrogen N. Penentuan protein berdasarkan jumlah N
menunjukkan protein kasar karena selain protein juga terikut senyawaan nitrogen N bukan ptotein, misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan
pirimidin. Penentuan cara ini yang paling terkenal adalah cara Kjeldhal, yang terbagi atas tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu C,H,O,N,S, dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai
untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. Dimana N protein diubah menjadi ammonium sulfat. Proses ini berlangsung selama sampel yang ditambah dengan katalisator
direaksikan dengan H
2
SO
4
pekat dan didihkan diatas pemanas labu kjeldhal. Pada tahap ini juga menghasilkan CO
2
, H
2
O, dan SO
2
yang terbentuk dalam sebuah hasil reduksi dari sebagian asam sulfat dan menguap. Reaksi yang terjadi selama tahap destruksi adalah :
C,H,O,N,S
n
+ H
2
SO
4p
→ NH
4 2
SO
4
+ SO
2
↑ + CO
2
↑ + H
2
O ↑
b. Tahap destilasi
Pada dasarnya tujuan dari destilasi adalah memisahkan zat yang diinginkan, yaitu memecah ammonium sulfat menjadi ammonia dengan menambahkan NaOH-natrium sulfide kemudian
di panaskan. Prinsip destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Ammonia yang dihasilkan akan ditangkap oleh larutan asam standar, digunakan
asam borat dalam Erlenmeyer dan telah ditambahkan indicator tashiro menghasilkan larutan biru. Hasil destilasi ditangkap oleh larutan H
3
BO
3
yang terdapat dalam labu Erlenmeyer, akan dihasilkan larutan berwarna hijau bening setelah penyulingan selesai. Reaksi yang terjadi :
NH
2 2
SO
4
+ NaOH →
Na
2
SO
4
+ 2NH
4
OH 2NH
4
OH →
2NH
3
+ 2H
2
O
Universitas Sumatera Utara
2NH
3
+ 4H
3
BO
3
→ NH
4 2
B
4
O
7
+ 5H
2
O c.
Tahap titrasi Titrasi merupakan tahap akhir dari seluruh metode Kjeldhal pada penentuan kadar protein
dalam bahan pangan yang di analisis. Dengan melakukan titrasi, dapat diketahui banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia. Untuk tahap titrasi, destilat dititrasi dengan HCl
yang telah di standarisasi telah disiapkan sebelumnya. Jadi, banyaknya HCl yang diperlukan untuk menetralkan ekuivalen dengan banyaknya N. Titrasi HCl dilakukan sampai
titik ekuivalen yang ditandai dengan berubahnya warna larutan biru menjadi merah muda karena adanya HCl berlebih yang menyebabkan suasana asam.
Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi : NH
4 2
B
4
O
7
+ 2HCl → 2NH
4
Cl + H
3
B
4
O
7
+ 5H
2
O Sudarmadji, 1992
2.5.4 Kadar Lemak Lipid
Lipid merupakan unsure makanan yang penting, tidak hanya karena nilai kalorinya yang tinggi, tetapi juga karena vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan asam-asam lemak
essensial yang terdapat dalam lemak makanan alam. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energy yang efisien, baik secara langsung maupun secara potensial, bila disimpan
dalam jaringan lemak.Harper, H.A, 1979 Lemak dalam bahan makanan ditentukan dengan metode ektraksi beruntun di dalam alat
soxhlet, mempergunakan ekstrans pelarut lemak, seperti petroleum benzene atau eter. Ekstraksi dilakukan berturut-turut selama beberapa jam dengan di panaskan. Setelah
diperkirakan selesai, cairan ekstrans diuapkan dan residu yang tertinggal ditimbang dengan teliti.Sediaoetomo,A.D, 2008
2.5.5 Kadar Karbohidrat
Karbohidrat dapat di klasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, seperti di bawah ini : 1. Karbohidrat sederhana monosakarida
2. Karbohidrat kompleks disakarida, polisakarida
Universitas Sumatera Utara
1. Karbohidrat sederhana Monosakarida Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul yang
lebih sederhana lagi. Glukosa dan fruktosa termasuk kedalam golongan monosakarida. 2. Karbohidrat kompleks Disakarida
Disakarida adalah suatu karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan dua molekul monosakarida.
Beberapa contoh disakarida sebagai berikut : -
Maltosa -
Sukrosa -
Laktosa -
Polisakarida Riswiyanto, 2009
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk Negara yang sedang berkembang. Fungsi utama karbohidrat dalam
metabolism adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energy untuk proses-proses metabolism lainnya. Dalam peranan ini, karbohidrat dipakai oleh sel-sel
terutama dalam bentuk glukosa.Harper,H.A, 1979 Cara yang paling mudah untuk memperkirakan kandungan karbohidrat dalam makanan
adalah dengan cara perhitungan kasar proximate analysis atau juga disebut Carbohydrate by difference, yaitu :
karbohidrat = 100 - protein + lemak + abu + air Winarno, 1984
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Alat – alat
Beaker glass Pyrex
Gelas ukur Pyrex
Labu Kjedahl Pyrex
Labu Takar Pyrex
Erlenmeyer Pyrex
Alat destilasi Gerhard Born
Buret Pyrex
Alat soklet Gerhard Born
Tanur Hot plate
Cawan porselin Desikator
Statif dan klem Kertas saring
Botol Aquades Crucible
Magnetic stirer Spatula
Pipet tetes Batu didih
Kertas saring whatman no 41
Universitas Sumatera Utara
3.2 Bahan – bahan