ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

SISWA SMP

Skipsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Irna Rahmawati

109017000009

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABTRAK

IRNA RAHMAWATI (109017000009). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP di Kabupaten Bekasi. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2016.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis instrument dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian ini dilakukan diSMP Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah survai yang melibatkan 180 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data kemampuan berpikir kreatif matematis menggunakan instrumen tes.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis valid dan konsisten terukur melalui konstruk fluency, elaboration, flexibility, dan originality. (2) Kemampuan berpkir kreatif matematis siswa secara keseluruhan masih tergolong rendah, terlihat dari indikator fluency 67,4%, elaboration 34,23%, flexibility 67,78%, dan originality 30,51%. (3) Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa perempuan tergolong cukup baik dan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. (4) Kemampuan berpikir matematis pada indikator fluency ternyata berpengaruh langsung positif terhadap indikator elaboration. Namun kemampuan berpikir kritis pada indicator fluency tidak berpengaruh terhadap indikator flexibility dan originality. (5) Kemampuan berpikir matematis pada indikator elaboration berpengaruh langsung positif terhadap indikator flexibility, namun tidak berpengaruh terhadap indikator originality. (6) Kemampuan berpikir matematis pada indikator flexibility berpengaruh langsung positif terhadap indikator originality.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa kemampuan berpikir kritis matematis tercermin dari inidikator, fluency, elaboration, flexibility, dan originality. Kemampuan berpkir kreatif matematis siswa SMP masih tergolong rendah, dimana siswa perempuan memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Validitas, Reliabilitas, Analisis Faktor.


(6)

State Islamic University Jakarta, June 2016.

The purpose of this study to analyze through students' mathematical creative thinking skills . This research was conducted at six SMP in the Bekasi District academic year 2015/2016. The method used is survey. The sample are 180 students. The collectimg data of mathematical creative thinking skills used by test instrument.

Results of the study revealed that: (1) The instrument's ability to think creatively valid and consistent mathematical constructs measured by fluency, elaboration, flexibility, and originality. (2) ability mathematically creative berpkir overall student is still relatively low, as seen from the indicator 67.4% fluency, elaboration 34.23%, 67.78% flexibility, and originality 30.51%. (3) The ability to think creatively mathematical female students is quite good and higher than male students. (4) The ability to think mathematically in fluency indicator turns positive direct effect on indicators of elaboration. But critical thinking skills in fluency indicator does not affect the indicators of flexibility and originality. (5) the ability to think mathematically in the indicator elaboration positive direct impact on the indicators of flexibility, but does not affect the indicators of originality. (6) The ability to think mathematically in flexibility indicators positive direct effect on the indicator originality.

The conclusion of this study is that the ability to think critically mathematical reflected inidikator, fluency, elaboration, flexibility, and originality. Berpkir creative mathematical ability junior high school students is still relatively low, where female students have the ability to think creatively mathematically higher than male students.

Keywords: Creative Thinking Ability Mathematically, validity, reliability, Factor Analysis.


(7)

KATA PENGANTAR ﻳﺤﺭﻟﺍﻦ ﺤﺭﻟﺍﷲﺍ ﺳﺑ

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayat dan hikamah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan asalam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dialami. Namun, berkat kesungguhan hati, perjuangan, doa dan semangat dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayattullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Finola Marta Putri, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan. Semoga Bapak dan Ibu selalu berada dalam kemulianNya.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan waktu, bimbingan, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi. 5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari ALLAH SWT.

6. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah


(8)

dalam pembuatan surat-surat sertifikat.

8. Bapak atau Ibu Kepala Sekolah SMP di Kabupaten Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, “Ibu” dan “Bapak”, Atin Wartini dan Dadang yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang, pengorbanan, keihlasan dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

10.Adikku tercinta Muhammad Zein Baibars dan Della Lestyan Sary terima kasih karena sudah meluangkan waktunya, do’a dan keihlasannya kepada penulis.

11.Suamiku tercinta, Achmad Surjana, terima kasih atas semua do’a, kasih sayang, mudah-mudahan kita dapat membangun keluarga yang sakhinah, mawaddah dan warohmah yang telah Allah anugrahkan kepada kita malaikat kecil “Ainiya Faida Azmi” semoga menjadi anak yang sehat, sholehah, dan cerdas, amiin.

12. Adik Kelasku Robiah Adawiyah yang telah membantu, memberikan waktu dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan Jurusan Matematika khususnya Rina Esti Anggraini, Atik Suryatik, Cahyadi, Hanif Syahrizal, Alfian Syahrudin yang telah memberikan dan motivasi sesama lainnya dalam menyusun skripsi.

Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas


(9)

lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan, karena itu kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Juli 2016 Penulis,


(10)

i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Perumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Penelitian ...9

G. Penegasan Istilah ...9

1. Analisis ...9

2. Kemampuan Berpikir Kreatif ...10

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...11

A. Deskripsi Teoritik...11

1. Pengetian Matematika ...11

2. Pengertian Berpikir Kreatif ...12

3. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis...15

4. Indikator Berpikir Kreatif ...16

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...19

C. Kerangka Berpikir ...20


(11)

ii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...23

B. Metode dan Desain Penelitian ...23

C. Populasi dan Sampel ...24

D. Teknik Pengumpulan Data ...24

E. Instrumen Penelitian...25

F. Teknik Analisis Data ...29

G. Hipotesis Statistika ...29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...30

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...30

1. Validitas Konstruk Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...30

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Secara Keseluruhan ...31

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Per Sekolah ...33

4. Perbandingan Kemampuan berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP ...40

5. Keadaan Siswa SMP di Kabupaten Bekasi ...43

6. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Menurut Gender ...43

B. Pengujian Persyaratan Analisis ...45

C. Pengujian Hipotesis ...46

1. Validitas Konstruk ...46

2. Reliabilitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...47

3. Uji Hipotesis Pengaruh Antar Indikator ...47

D. Pembahasan ...49

E. Keterbatasan Penelitian ...52

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN ...53


(12)

(13)

i

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Aspek Berpikir Kreatif ...19

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ...25

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...26

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...31

Tabel 4.2 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data total ...32

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Per Sekolah ...33

Tabel 4.4 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif SMPN 1 ...34

Tabel 4.5 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif SMPN 2 ...35

Tabel 4.6 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif SMPN 8 ...36

Tabel 4.7 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif SMPN 9 ...37

Tabel 4.8 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif SMPN 11 ...38

Tabel 4.9 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif SMP IT Ar Raudhah ...39

Tabel 5.1 Rata-Rata Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matemasis Siswa ...41

Tabel 5.2 Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...41

Tabel 5.3 Keadaan Siswa SMP di Kabupaten Bekasi ...43

Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siswa Menurut Gender data Total ...43

Tabel 5.5 Frekuensi Gender Laki-Laki Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...44

Tabel 5.6 Frekuensi Gender Perempuan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...45

Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Total ...46

Tabel 5.8 Uji Validitas Butir (Loading Factor) Dengan CFA ...46

Tabel 5.9 Hasil Uji Reliabilitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...47


(14)

i

Gambar 4.1 Diagram Jalur Loading Factor ...30

Gambar 4.2 Diagram Jalur Loading Factor Dengan Uji-T ...31

Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Total ...33

Gambar 4.4 Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 1 ...35

Gambar 4.5 Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 2 ...36

Gambar 4.6 Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 8 ...37

Gambar 4.7 Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 9 ...38

Gambar 4.8 Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 11 ...39

Gambar 4.9 Histogram Frekuensi Hasil Tes SMP IT Ar Raudhah ...40

Gambar 5.1 Diagram Batang Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...41

Gambar 5.2 Histogram Siswa Laki-Laki Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...44

Gambar 5.3 Histogram Siswa Perempuan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...45

Gambar 5.4 Diagram Jalur ...48


(15)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...55 Lampiran 2 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...56 Lampiran 3 Kunci Jawaban Instrumen Tes ...59 Lampiran 4 Rubrik Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...67 Lampiran 5 Statistik Frekuensi Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif

Data Total ...69 Lampiran 6 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Data Total ...72 Lampiran 7 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMPN 1 ...74 Lampiran 8 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMPN 2 ...75 Lampiran 9 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMPN 8 ...76 Lampiran 10 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMPN 9 ...77 Lampiran 11 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMPN 11 ...78 Lampiran 12 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SMP IT Ar Raudhah ...79 Lampiran 13 Hasil Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Per Indikator SMPN 1 ...80 Lampiran 14 Hasil Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Per Indikator SMPN 2 ...82 Lampiran 15 Hasil Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Per Indikator SMPN 8 ...84 Lampiran 16 Hasil Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Per Indikator SMPN 9 ...86 Lampiran 17 Hasil Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


(16)

ii

Per Indikator Data Total ...92

Lampiran 20 Tabel Distribusi Frekuensi Gender Siswa Laki-laki Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Total ...98

Lampiran 21 Tabel Distribusi Frekuensi Gender Siswa Perempuan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Total...100

Lampiran 22 Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Fluency ...102

Lampiran 23 Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Elaboration ...103

Lampiran 24 Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Flexibility ...104

Lampiran 25 Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Indikator Originality ...105

Lampiran 26 Dokumentasi Penelitian ...106

Lampiran 27 Lembar Uji Referensi ...107

Lampiran 28 Surat Izin Penelitian ...113


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan modal dasar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga dituntut untuk terus berupaya mempelajari, memahami, dan menguasai berbagai macam ilmu. Kemudian ilmu-ilmu tersebut diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan. Dengan pendidikan peserta didik dapat memiliki keunggulan dalam bidangnya masing-masing.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Dari Undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting untuk membawa siswa berpikir aktif dan kreatif karena kedepannya dari proses ini akan membantu siswa bertahan pada masa yang penuh persaingan.

Pengembangan terbaru, yaitu kurikulum 2013 mengupayakan peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan pada masa yang akan datang.2 Pengembangan kurikulum ini masih mengupayakan agar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif yang dapat dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan di masa yang akan datang karena masalah yang dihadapi akan lebih kompleks dan rumit.

Dalam mencapai tujuan pendidikan itu diperlukan kurikulum dan pembelajaran di kelas yang dapat memfasilitasi pengembangan generasi

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 2.

2


(18)

bangsa. Aspek kreatif masih menjadi salah satu aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, terlihat bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif di dalam pendidikan merupakan aspek yang sangat penting kaitannya dengan pembentukan peserta didik. Hasil dari pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman dengan mengimplementasikan kemampuan berpikir kreatif tersebut dapat menjawab segala tantangan dan permasalahan yang timbul di dalam kehidupannya kelak.

Kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan oleh peserta didik karena memiliki banyak manfaat, diantaranya yaitu berpikir kreatif dapat mewujudkan dirinya, karena perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Maslow menekankan dalam penyelidikan sistem kebutuhan manusia, aspek kemampuan berpikir kreatif yang tinggi merupakan manifestasi dari manusia yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.3

Berpikir kreatif tidak menuntut siswa menyelesaikan masalah matematika yang kompleks, untuk masalah yang umum saja tidak semua siswa dapat menyelesaikan. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal, dengan kata lain kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah. “Pembelajaran matematika dikelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa dengan melibatkan kemampuan berpikir kreatif.

Siswa tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan siswa mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep

matematika”.4

3

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orangtua, (Jakarta: Gramedia, Cet. 3, 1999), h.45.

4

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), h. 2.


(19)

3

Salah satu pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam kemajuan dunia pendidikan adalah matematika. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Matematika tidak hanya diajarkan untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam matematika tersebut,tetapi matematika juga diajarkan untuk membangun pola pikir dan nalar siswa untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dengan kritis, logis, dan tepat. Hal ini sejalan dengan karakteristik matematika yang mengarahkan visi matematika pada dua arah pengembangan yaitu:5

1. Visi pertama, pembelajaran matematika mengarahkan pada pemahaman konsep dan ide matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya.

2. Visi kedua, matematika memberi peluang berkembangnya kemampuan menalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap ketentuan sifat matematikanya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan belajar matematika dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.Berpikir kreatif merupakan bagian dari penalaran, hal ini dijelaskan oleh Krulik dan Rudnick yang membuat tingkatan penalaran menjadi 3 tingkatan.6

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, diperlukan seperangkat kurikulum yang menunjang untuk diberikan kepada anak didik dalam tingkatan satuan pendidikan masing-masing, seperti satuan pendidikan sekolah dasar, satuan pendidikan sekolah menengah pertama dan atas.

Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya, seni, seperti pada musik penuh dengan simetri, pola, dan irama yang dapat menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek,

5

Heris Hendriana dan Utari Sumarno, Penilaian Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT RefikaAditama, 2014), h. 6.

6


(20)

navigator angkasa luar, pembuat mesin, dan akuntan.7 Dengan belajar matematika, seseorang terlatih dalam menggunakan akal pikirannya.

Pembelajaran matematika merupakan bagian penting pembelajaran sekolah. Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang selalu diikut sertakan dalam ujian nasional. Di dalam kehidupan sehari-haripun kita tidak terlepas dari aktivitas matematika.

Sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengenai Standar Kompetensi Kelulusan pada mata pelajaran matematika untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, telah dipaparkan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.8 Berdasarkan tujuan tersebut terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu poin penting dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.

Berpikir kreatif termasuk dalam kategori berpikir tingkat tinggi. Guilford mengungkapkan bahwa berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.9 Semakin banyak dan beragam kemungkinan penyelesaian masalah yang diberikan seseorang maka semakin kreatiflah orang tersebut, namun tentu saja kemungkinan penyelesaian tersebut haruslah tepat dan benar sesuai permasalahan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hal penting yang perlu dimiliki oleh setiap orang, dengan berpikir kreatif seseorang dapat mewujudkan dirinya melalui berbagai karya, baik berupa gagasan, ide maupun suatu produk. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif akan menjadi pribadi yang unggul di kehidupannya, tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam bermasyarakat. Kemampuan berpikir kreatif inilah sebagai alat yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya terutama dalam era pembangunan seperti sekarang ini,

7

M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014), h. 48.

8

Tatag Yuli Eko Siswono,op.cit., h. 2.

9

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999), h. 45.


(21)

5

kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya.

Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika yang kemudian dikenal kemampuan berpikir keatif matematis merupakan kemampuan yang perlu ada pada diri siswa untuk menganalisis permasalahan matematika dari berbagai sudut pandang kemudian menyelesaikannya dengan kemampuan banyak solusi dan serta melahirkan ide-ide kreatif dan banyak gagasan.

Kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan oleh peserta didik karena memiliki banyak manfaat, diantaranya yaitu berpikir kreatif dapat mewujudkan dirinya, karena perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok dalam hidup manusia.10 Selain itu kemampuan berpikir kreatif juga memungkinkan peserta didik melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dalam matematika. Di sekolah, guru melatih siswa pengembangkan pengetahuan, ingatan, dan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir disini diantaranya merupakan kemampuan menemukan jawaban yang paling tepat, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan yang merupakan indikator kelancaran dan keluwesan.

Namun pada kenyataannya, kemampuan berpikir kreatif matematis yang merupakan salah satu tujuan pendidikan tersebut belum tercapai dengan maksimal. Salah satu penelitian Fardah yang menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tingkat sekolah dasar dan menengah masih dalam kategori rendah, yaitu sebesar 46,67%.11 Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kreatif menggunakan tes open-ended yang dirancang sehingga dapat menggambarkan proses berpikir kreatif dengan lebih jelas. Contohnya dalam mengerjakan soal ditekankan pada banyaknya jawaban benar dan banyaknya strategi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan ini merupakan bagian dari indikator keluwesan. Namun

10 Ibid 11

Dini Kinati Fardah, Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika Melalui Open-Ended, Jurnal KREANO FMIPA UNNES, vol. 3, No. 2, 2012.


(22)

mayoritas siswa hanya menjawab dengan satu strategi saja. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keluwesan berpikir kreatif siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa disebabkan guru tidak berusaha menggali dan mendorong siswa tentang berpikir kreatif. Anak-anak biasanya tidak didorong mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah non rutin atau menunjukkan banyak inisiatif.12

Berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui perancangan suatu pembelajaran yang menekankan pengeksplorasian kemampuan siswa. Pembelajaran di kelas harus menjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran siswa harus menggunakan pengetahuan awal mereka untuk memperluas suatu ide baru. Proses menggunakan apa yang sudah diketahui untuk memperluas informasi baru disebut elaborasi.13

Berdasarkan Uraian diatas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka timbul pernyataan yang mendasari penelitian ini antara lain:

1. Soal-soal yang diberikan kepada siswa tidak menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah.

3. Masih kurangnya data tentang profile kemampuan berpikir kreatif siswa di jenjang SMP.

4. Belum ada informasi yang cukup akurat tentang faktor dominan apa yang mendukung kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

12

Ibid., h. 52.

13

Jeanne Ellis Ormord, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 293.


(23)

7

5. Masih sedikit informasi tentang validitas dan reliabilitas soal berpikir kreatif jenjang SMP pada materibangundatarsegiempat.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah yang akan dibahas, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut:

1. Indikator berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator menurut Munandar tahun 1992 :

a. Kelancaran (fluency) yaitu kemampuan memberikan banyak jawaban atau ide-ide.

b. Keluwesan (Flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan jawaban dengan cara penyelesaian dan jawaban yang bervariasi. c. Orisinal (Originality) yaitu kemampuan untuk menghasilkan

jawaban dengan cara yang tidak lazim dan kemampuan menghasilkan jawaban yang unik.

d. Elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan untuk memperluas ide dan aspek-aspek yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII SMP di daerah Bekasi.

3. Materi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah bangun datar segi empat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka perumusan

masalah yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana validitas dan reliabilitas konstruk instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis?

3. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan gender?


(24)

4. Apakah terdapat pengaruh langsung kemampuan fluency terhadap kemampuan elaboration?

5. Apakah terdapat pengaruh langsung kemampuan fluency terhadap kemampuan flexibility?

6. Apakah terdapat pengaruh langsung kemampuan fluency terhadap kemampuan originality?

7. Apakah terdapat pengaruh langsung kemampuan elaboration terhadap kemampuan flexibility?

8. Apakah terdapat pengaruh langsung kemampuan elaboration terhadap kemampuan originality?

9. Apakah terdapat pengaruh langsung kemampuan flexibility terhadap kemampuan originality?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui valid dan reliabilitas kemampuan berpikir kreatif matematis. 2. Mengetahui Kemampuan Berpikir Kreatif .

3. Mengetahui Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan gender. 4. Menganalisis pengaruh langsung antara kemampuan fluency terhadap

kemampuan elaboration.

5. Menganalisis pengaruh langsung antara kemampuan fluency terhadap kemampuan flexibility.

6. Menganalisis pengaruh langsung kemampuan fluency terhadap kemampuan originality.

7. Menganalisis pengaruh langsung antara kemampuan elaboration terhadap kemampuan flexibility.

8. Menganalisis pengaruh langsung antara kemampuan elaboration terhadap kemampuan originality.

9. Menganalisis pengaruh langsung antara kemampuan flexibility terhadap kemampuan originality.


(25)

9

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pembelajaran matematika utamanya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

b. Bagi Guru

Bagi guru dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

c. Bagi Siswa

Bagi siswa diharapkan dapat menjadi acuan untuk menemukan metode belajar yang tepat bagi mereka.

G. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang perlu didefinisikan, meliputi berikut ini.

1. Analisis

Dalam kamus bahasa indonesia, analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaraanya, dan sebagainya. Selanjutnya yang dimaksud analisis dalam penelitian ini adalah analisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP.


(26)

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif yang diteliti dalam penelitian ini meliputi 4(empat) kemampuan yakni: (1) kelancaran (fluency), menghasilkan banyak gagasan/ jawaban yang relevan dan arus pemikiran lancar, (2) keluwesan (flexibility), menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam, mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran berbeda, (3) keaslian (originality) memberikan jawaban yang tidak lazim, yang diberikan jawaban orang lain, (4) elaborasi (elaboration), mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan.


(27)

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

a. Pengertian Matematika

Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan, tidak hanya pada tingkat sekolah dasar, namun sampai pada tingkat perguruan tinggi.

Matematika berasal dari kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berpikir dan belajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (depdiknas).1

Russel mendefinisikan bahwa matematika sebagai studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun baik (konstruktif) secara bertahap menuju arah yang rumit secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks), dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan real ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke differensial dan integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi.2

Matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan pengertian.Bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat persentasinya dengan simbol, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.

Jhonson dan Myklebust, Lemer, Kliner menitik beratkan matematika sebagai bahasa simbolis. Secara lebih spesifik Jhonson dan Myklebust mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis

1

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014), h. 48.

2


(28)

yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.3

Selain sebagai bahasa, matematika juga sebagai suatu alat berpikir. Karena matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses serta matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran).

Soedjadi memberikan enam definisi atau pengertian matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, (4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan (6) matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.4

Berdasarkan definisi diatas matematika adalah suatu alat berpikir yang merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak meliputi ilmu-ilmu tentang bilangan, penalaran, permasalahan kuantitatif dan pengetahuan tentang ruang dan bentuk yang pengkajiannya dilakukan secara bertahap dari yang paling mudah ke arah yang lebih rumit.

b. Pengertian Berpikir Kreatif

Manusia diberi karunia yang luar biasa oleh Allah SWT dengan adanya kemampuan untuk berpikir yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Berpikir inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang dimuliakan.

3

Mulyono, Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar “Teori, Diagnosis, danRemediasinya”,

(Jakarta: PT RinekaCipta, 2012), h. 202.

4

Nahrowi Adjie dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 34.


(29)

13

Arti kata “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akal

budi, ingatan, angan-angan.5 Berpikir artinya aktivitas menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Menurut Gilmer, berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang-lambang pengganti suatu aktivitas yang tampak secara fisik. Selain itu, ia mendefinisikan bahwa berpikir merupakan suatu proses dari penyajian suatu peristiwa internal dan eksternal, kepemilikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang satu sama lain saling berinteraksi.6

Menurut Peter, “berpikir (thinking) adalah proses mental

seseorangyang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending)”.7 Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak untuk mengembangkan pikirannya hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Sedangkan Menurut Suryabrata berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses jalannya (pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan).8

Pendapat Suryabrata diatas menunjukkan jika seseorang dihadapkan pada situasi tertentu, maka dalam berpikir orang tersebut akan menyusun informasi yang ada sebagai pengertian-pengertian, kemudian membuat pendapat yang sesuai dengan pengetahuannya, dan akan membuat kesimpulan yang digunakan untuk membahas atau mencari solusi tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu masalah yang dihadapi, maka iamelakukan aktivitas

5

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 1.

6

Ibid, h. 2.

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet 8, h. 230.

8

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), h. 12.


(30)

berpikir. Sebagaimana yang dikatakan Reggiero, berpikir merupakan suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.9

Berpikir menurut Pail Mussen dan Mark R.Rossenzweig adalah yang mengacu pada banyak macam aktivitas yang melibatkan manipulasi konsep dan lambang serta panyajuan objek. Berpikir menurut Resnick yaitu proses yang melibatkan operasi mental seperti klasifikasi, induksi, deduksi, dan penalaran. Berpikir merupakan proses yang kompleks dan non algoritmik dimulai dengan pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarik kesimpulan.10

Berpikir kreatif juga dapat didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu dalam menemukan suatu ide baru. Evans menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (connections) yang terus-menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah.11

Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan aktivitas menemukan kombinasi baru berupa ide-ide yang belum dikenal sebelumnya. Dalam membahas berpikir kreatif tentunya tidak akan lepas dengan kata kreativitas. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru.

Menurut Munandar yang merupakan kesimpulan dari beberapa ahli, bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, atau fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Unsur-unsur tersebut membentuk sifat-sifat dasaryang khas dari proses berpikir kreatif, selain itu unsur-unsur ini pula yang membuat pengembangan berpikir kreatif yang tepat.

9

Ibid, h. 13.

10

Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, op.cit, h. 37.

11


(31)

15

Kreativitas yang ditekankan oleh Munandar adalah keseluruhan kepribadian yang metupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan merupakan tempat individu tinggal dan berinteraksi dengan individu lain dapat mendukung berkembangnya proses berpikir kreatif, tetapi ada pula yang justru menghambat berkembangnya proses berpikir tersebut. Kemampuan berpikir kemudian digunakan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada ketika berinteraksi dengan lingkungannya dan mencari berbagai alternatif pemecahannya sehingga dapat tercapai penyesuaian diri yang tepat.12

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara fasih dan fleksibel. Ide dalam pengertian di sini adalah ide dalam memecahkan atau mengajukan masalah matematika dengan tepat atau sesuai dengan permintaan.13

c. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop menjelaskan bahwa seseorang memerlukan 2 model berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran yang logis tetapi lebih sebagai pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan diluar kebiasaan.14

Pehkopen memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.Krulik dan Rudnick menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat asli, reflektif, dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Sehingga dapat disimpulkan

12

Utami Munandar, op. cit., h. 50.

13

Tatag Yuli, op. cit., 24.

14


(32)

bahwa berpikir kreatif dipandang sebagai suatu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Sesuatu yang baru tersebut merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Indikasi yang lain dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen.15

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kegiatan atau aktivitas mental untuk memecahkan masalah matematika secara tepat atau sesuai permintaan (pertanyaan) dengan penemuan yang menghasilkan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada, seperti ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan.

d. Indikator Berpikir Kreatif

Olson menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas):16 1) Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan untuk menemukan

gagasan besar, gagasan pemecahan masalah secara lancar dan tepat. 2) Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagsan

yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memcahkan suatu masalah. Williams menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu:17 1) Kefasihan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran

gagasan atau perntanyaan dalam jumlah yang banyak.

2) Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikirantertentu pada jenis pemikiran lainnya.

3) Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik dan kemampuan untuk menghasilkan

15

Ibid., h. 21.

16

Ibid., h. 18.

17


(33)

17

pemikiran-pemikiran yang tidak lazim dari pemikiran yang jelas diketahui.

4) Elaborasi, yaitu kemampuan untuk menambah atau memperinci hal-hal yang detail dari suatu obyek, gagasan, atau situasi.

Berdasarkan kognisi dan proses berpikir, Munandar memperjelas beberapa karakteristik siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif pada proses pembelajaran yaitu:18

1) Keterampilan berpikir lancar

a) Mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

b) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

c) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Keterampilan berpikir luwes

a) Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. b) Dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. c) Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda. d) Mampu merubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3) Orisinil.

a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

b) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. c) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur. 4) Memperinci (mengelaborasi)

a) Mampu mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan atau produk.

b) Menambahkan atau memperinci detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Berdasarkan uraian diatas, indikator berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah berpikir lancar (Fluency),berpikir

18


(34)

luwes (Flexibility), berpikir orisinal (Originality) dan memperinci (Elaboration).

Fluency mengacu pada kemampuan siswa untuk menghasilkan jawaban beragam dan bernilai benar. Jawaban dikatakan beragam jika jawaban tampak berlainan dan mengikuti pola tertentu. Produktivitas siswa untuk menghasilkan jawaban yang beragam dan benar serta kesulitan untuk menyelesaikan masalah juga akan dinilai dan dieksplor untuk menambah hasil deskripsi tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Flexibility mengacu pada kemampuan siswa menghasilkan berbagai macam ide dengan pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Siswa diharapkan mampu menjelaskan setiap cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Produktivitas siswa dalam mengubah sudut pandang penyelesaian dan tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal juga akan dinilai dan dieksplor untuk menambah deskripsi hasil tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Originality mengacu pada kemampuan siswa memberikan jawaban yang tidak lazim, berbeda dengan yang lain dan bernilai benar. Siswa diharapkan menyelesaikan soal dengan pemikirannya sendiri. Orisinalitas jawaban siswa akan dinilai dan dieksplor lebih jauh untuk mengukut tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Elaboration mengacu pada kemampuan siswa mengembangkan, menambah, dan memperkaya suatu gagasan. Diharapkan siswa dapat menambahkan informasi atau keterangan lebih lanjut untuk memperjelas jawaban siswa. Produktivitas dalam memberikan informasi tambahan akan dinilai dan dieksplor lebih lanjut untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek berpikir kreatif yang diukur berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar adalah sebagai berikut.


(35)

19

Tabel 2.1

Indikator Aspek Berpikir Kreatif

Aspek Indikator

Berpikir Lancar (fluency)

1. Mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

Berpikir Luwes (flexibility)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.

2. Dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda.

Berpikir (Originality)

1. Mampu menguungkapkan hal yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.

3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur.

Berpikir (Elaboration)

1. Mampu mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan atau produk.

2. Menambahkan atau memperinci detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu:

1. Dini Kinanti Fardah, (2012) dengan judul “ Analisis Proses dan

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Matematika Melalui Open-Ended”.19 Jurnal KREANO diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 2 Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola berpikir kreatif siswa kategori tinggi sebanyak 20% dari seluruh siswa, pola berpikir kreatif kategori sedang sebanyak

19Dini kinanti fardah, “

Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Matematika Melalui Open-Ended”.Jurnal KREANO diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA


(36)

33,33% dari seluruh siswa, dan pola berpikir kreatif siswa kategori rendah sebanyak 46,67% daro seluruh jumlah siswa.

2. Fatimatuzahro dan Mega Teguh Budiarto, (2014) dengan judul “

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Open-Ended Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika”.20

Jurnal MATHE dunesa diterbitkan oleh Jurusan Matematika UNESA Volume 3 Nomor 2 Tahun 2014. Hasil penelitian ini bahwa siswa kemampuan matematika tinggi menunjukkan dengan kemampuan berpikir kreatif hanya pada indikator fluency, dan elaboration, kemudian siswa dengan kemampuan matematika sedang menunjukkan kemampuan berpikir kreatif hanya pada indikator fluency, dan siswa dengan kemampuan matematika rendah tidak menunjukkan berkemampuan berpikir.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Anton David Prasetiyo, dan dkk, dalam jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, Volume 2 tahun 2014 dengan judul Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika.21 Disimpulkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran berdasar masalah berpengaruh dalam kemampuan berpikir kreatif siswa.

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum 2004 mata pelajaran matematika mengisyaratkan pentingnya kreativitas siswa, berpikir kreatif, maupun aktivitas kreatif.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengisyaratkan agar tiap pembelajaran matematika di sekolah dimulai dengan memberikan soal-soal konstektual dengan solusi atau strategi penyelesaian tidak tunggal. Tapi pada umumnya, guru hanya memberikan permasalahan rutin yang bersifat tertutup

20

Fatimatuzahro dan Mega Teguh Budiarto, “ Identifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Open-Ended Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan

Matematika”. Jurnal MATHEdunesa diterbitkan oleh Jurusan Matematika UNESA, Vol. 3 No. 2 Tahun 2014, h. 85-89

21Anton David Prasetiyo, dan dkk, “

Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model

Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika”. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI


(37)

21

(memiliki jawaban atau cara penyelesaian tunggal) dan kebanyakan siswa mengerjakan tugas atau latihan soal yang tidak jauh berbeda dengan cara yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengekplorasi kreativitas dan produktivitas berpikirnya.

Matematika merupakan ilmu yang mendasari lahirnya ilmu-ilmu lain dan berperan penting dalam perkembangan teknologi masa kini.Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika dirasakan sangat perlu karena matematika diajarkan di semua jenjang pendidikan.Hal ini sebagai bekal peserta didik dalam menguasai kompetensi dasar, berpikir logis, kritis, sistematis dan kreatif.

Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menyelesaikan permasalahan matematika dengan penyelesaian yang berbeda namun tetap diterima keabsahannya. Kemampuan berpikir kreatif meliputi kemampuan memunculkan banyak gagasan, jawaban maupun pertanyaan, mampu melihat permasalahan serta menghasilkan jawaban dari perspektif yang berbeda, menyusun sesuatu yang baru dan mampu mengembangkan ide lain dari suatu ide dan mampu memperinci suatu permasalah.

Kemampuan berpikir kreatif matematis perlu dikembangkan karena dapat memebrikan manfaat yang sangat luas terhadap kehidupan siswa. contohnya adalah dalam memahami dan mengaplikasikan materi matematika pada kehidupan sehari-hari, siswa yang kreatif cenderung dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan senantiasa mamiliki pemikiran yang lebih mendalam terhadap suatu situasi dan masalah yang mereka temukan.

Secara grafis kemampuan berpikir kreatif siswa disignifikan sebagai berikut:


(38)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian:

1. Kemampuan fluency pengaruh langsung positif terhadap kemampuan elaboration.

2. Kemampuan fluency pengaruh langsung positif terhadap kemampuan flexibility.

3. Kemampuan fluency pengaruh langsung positif terhadap kemampuan originality.

4. Kemampuan elaboration pengaruh langsung positif terhadap kemampuan flexibility.

5. Kemampuan elaboration pengaruh langsung positif terhadap kemampuan originality.

6. Kemampuan flexibility pengaruh langsung positif terhadap kemampuan originality.

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Fluency

Elaboration

Flexibility


(39)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian dilakukan di SMPN 1 , SMPN 2 , SMPN 8, SMPN 9, SMPN 11, dan SMP IT Ar Raudhah Tambun Bekasi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII pada bulan Mei 2016 semester genap tahun ajaran 2015-2016.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survai, karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika dengan memberikan tes. Penelitian survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditunjukkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Faktor dan Analisis Jalur. Adapun variabel yang akan dianalisis adalah: Fluency (X1), Elaboration (X2), Flexibility (X3), dan Originality (Y).

Desain penelitian disajikan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian


(40)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.1

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Tambun Bekasi, SMPN 2 Tambun Bekasi, SMPN 8 Tambun Bekasi, SMPN 9 Tambun Bekasi, SMPN 11 Tambun Bekasi, SMP IT Ar Raudahah Tambun Bekasi tahun ajaran 2015/2016.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.2 Sampel yang digunakan harus sampel yang representatif yaitu benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.Sampel diambil dari populasi terjangkau yaitu dengan teknik random sampling (pengambilan secara acak).Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2180 siswa kelas VII SMP di Kabupaten Bekasi.Kemudian 180 siswa ini diberi tes kemampuan berpikir kreatif untuk mengklasifikasikan siswa menjadi empat kelompok kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, elaboration, flexibility, dan originality.

Berdasarkan hasil penelitian, yaitu dengan memberikan tes kemampuan berpikir kreatif pada berbagai sekolah SMPN kelas VII di Kabupaten Bekasi yang berjumlah 180 siswa, maka didapatkan data sebagai berikut:

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor tes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung :Alfabeta, 2013), h. 80.

2


(41)

25

menggunakan teknik tes yaitu tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang berbentuk soal uraian pada pokok bahasan segi empat.Data dalam penelitian berupa data primer tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika.Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah siswa SMP Kelas VII yang berada di Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kemampuan berpikir kreatif matematis (KBKM) siswa dalam bentuk soal uraian sebanyak 12 butir soal pada pokok bahasan segi empat.Tes uraian tersebut disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan indikator berpikir lancar, fleksibel dan orisinil.Kisi-kisi instrumen tes berpikir kreatif digunakan sebagai acuan bagi peneliti dalam membuat soal. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif

No Indikator Soal Indikator

KBKM

No soal 1 Membuat banyak bentuk bangun datar segi

empat berdasarkan bangun yang diberikan.

Flexibility 2 2 Memberikan gagasan dalam menentukan luas

dan keliling bangun datar yang diberikan berdasarkan ukurannya.

Fluency 1,3&4 3 Membuat beberapa macam penafsiran yang

berbeda dalam menentukan luas suatu bangun datar

Flexibility 5 4 Memberikan solusi terhadap masalah segi

empat yang diberikan dengan uraian jawaban yang unik.

Originality 9,10& 11

5 Memberikan rincian informasi dari masalah yang berkaitan dengan segi empat

Elaboration 7,8


(42)

Setelah instrumen dibuat, kemudian diujikan kepada siswa. perhitungan skor pada instrumen ini berbeda dengan perhitungan skor soal biasa yang hanya diberi bobot yang sama tiap soal, misalnya untuk 10 soal dengan skor maksimal 100, maka skor tiap soalnya adalah 10 poin.

Pemberian skor penilaian kemampuan berpikir kreatif untuk setiap indikator pada penelitian ini diadaptasi dari skor rubrik yang dibuat oleh Bosch dengan nilai per-indikator mulai dari 0 sampai 4. Pedoman pen-skoran KBKM secara lebih rinci disajikan dalam tabel berikut:3

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Aspek yang

diukur Skor Respon siswa terhadap soal atau masalah

Fluency 0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang relevan

1 Memberikan sebuah ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas atau salah.

2

Memberikan suatu ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi penyelesaian masalah dan pengungkapannya lengkap atau jelas.

3

Memberikan lebih dari satu ide/jawaban yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi penyelesaiannya kurang jelas.

4

Memberikan lebih dari satu ide/jawaban yang relevan dengan penyelesaian masalah dan pengungkapannya lengkap dan jelas.

Flexibility 0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara atau lebih tetapi semuanya salah. 1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan

terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah.

2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar.

3Erna Suriyani, “PeningkatanKemampuanBerpikirKreatifdanKomunikasiMatematisSiswa

SMA melaluiPembelajaranMath Talk Learning Cimmunity”, TesispadaSekolahPascaSarjanaUpi Bandung, 2013. H. 38-40. Tidak di publikasikan.


(43)

27

3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan 4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara

(beragam), proses perhitungan dari hasilnya benar. Originality 0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan

jawaban yang salah.

1 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat dipahami.

2 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai.

3

Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan.

4 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan hasilnya benar.

Elaboration 0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah

1 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi tanpa disertai perincian

2 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi dan disertai perincian yang kurang detil

3 Memperluassituasidenganbenardanmemerincinyak urangdetil

4 Memperluassituasidenganbenardanmemerincinyad engandetil

Untuk mengetahui instrumen kemampuan berpikir kreatif yang akan digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kalayakan persyaratan atau belum, maka instrumen tersebut harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Selain itu, instrumen juga perlu diuji taraf kesukaran dan daya pembeda. Secara empiris, uji validitas dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi, namun sebelum itu, instrumen dilakukan validitas content atau isi materi instrument oleh dosen pembimbing. Setelah semua persyaratan terpenuhi instrumen


(44)

penelitian dapat dikatakan baik dan layak untuk digunakan. Berikut disajikan ketentuan dan langkah perhitungannya:

1. Uji Validitas Butir

Validitas butir ditentukan berdasarkan pengujian loading factor dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan Lisrel 88.00 dan AMOS versi 20.

2. Reliabilitas

Secara empiris dengan CFA suatu indikator dikatakan valid mengukur konstruk jika hasil estimasi loading factor ( ) > 0,5 atau memiliki nilai statistik uji-t dengan p-value < 0,05. Suatu indikator dikatakan dominan sebagai pembentuk kontruk jika memiliki 2 ≥ 0,70 (Hair, et al., 2006). Perhitungan Construct Reliability (CR) dan Variance Extracted (VE) ditentukan dengan menggunakan rumus:4

k

VE

CR

k i i i k i i k i i k i i i 2 1 1 2 1 2 1

=

dan

=

   

, dimana: i

 = loading faktor indikator ke – I, i= error varians indikator ke – i k = banyaknya indikator dalam model

Penentuan Composite Reliability didasarkan pada komposit konsistensi internal indikator-indikator pengukur konstruk. Secara general suatu konstruk, unidimensional, tepat, dan konsisten dapat diukur oleh indikator/item, jika: (a) Model fit dengan data, (b) Loading faktor ( ) signifikan di atas 1,96 atau ( )> 0,50, dan (c) Estimasi koefisien CR≥ 0,70 dan VE≥ 0,50.

4


(45)

29

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis Deskripstif meliputi: rata-rata, median, modus, standar deviasi, kemiringan dan ketajaman, sedangkan analisis inferensial menggunakan Program Amos dan lisrel.

G. Hipotesis Statistika

Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: 1. H0: λi 0

H1: λi 0 2. H0 :

H1 : > 0 3. H0 :

H1 : > 0 4. H0 :

H1 : > 0 5. H0 :

H1 : > 0 6. H0 :

H1 : > 0 7. H0 :

H1 : > 0

Keterangan: λ = loading factor

= pengaruh eksogen terhadap endogen = Pengaruh endogen terhadap endogen


(46)

30

Data hasil tes kemampuan dalam penelitian ini yakni data hasil tes berdasarkan aspek/indikator berpikir kreatif yang diukur serta data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematika siswa secara keseluruhan dibahas sebagai berikut.

1. Validitas Konstruk Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Teknik analisis CFA bertujuan untuk meng-estimasi ketepatan butir-butir yang mengukur faktor yang telah disusun berdasarkan konstruk teoretis.Teknik analisis CFA yang digunakan adalah Struktural Equation Modeling (SEM) model pengukuran (Measurement Model). Melalui analisis CFA, faktor yang akan di-estimasi adalah: (1) Fluency, (2) Elaboration, (3) flexibility, dan (4) Originaly.

Diagram jalur butir terhadap faktor disajikan pada gambar berikut.

Gambar 4.1

Diagram Jalur Loading Faktor

Selanjutnya hasil pengujian loading faktor butir instrumen dengan statistik uji-t disajikan pada diagram jalur berikut.


(47)

31

Gambar 4.2

Diagram Jalur Loading Faktor dengan Uji-t

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana disajikan pada gambar 4.1, kecuali butir-8, semua butir instrumen 1,96. Dengan demikan terdapat 10 butir soal yang valid mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Secara Keseluruhan

Hasil kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP secara keseluruhan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Statistik deskriptif kemampuan berpikir kreatif matematis

N Valid 180

Missing 0

Mean 50.27

Median 48.00

Mode 48

Std. Deviation 10.272

Variance 105.524

Skewness .525

Std. Error of Skewness .181

Kurtosis .206

Std. Error of Kurtosis .360

Range 48

Minimum 30


(48)

Dari tabel 4.1 terlihat statistika kemampuan berpikir kreatif secara keseluruhan. Berdasarkan tabel tersebut dijelaskan bahwa jumlah sampel pada data sebanyak 180 siswa, dimana terdapat nilai tertinggi adalah 78 dan terendah adalah 30. Nilai rata-rata yang diperoleh pada data total adalah 50,27. Begitu pula dengan median (Md) adalah 48,00, Modus (Mo) adalah 48, Varians adalah 105,524 dan Simpangan Baku adalah 10,272.

Tabel 4.2

Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 30 6 3.3 3.3 3.3

33 1 .6 .6 3.9

35 7 3.9 3.9 7.8

38 4 2.2 2.2 10.0

40 13 7.2 7.2 17.2

43 16 8.9 8.9 26.1

45 18 10.0 10.0 36.1

48 28 15.6 15.6 51.7

50 20 11.1 11.1 62.8

53 15 8.3 8.3 71.1

55 11 6.1 6.1 77.2

58 7 3.9 3.9 81.1

60 6 3.3 3.3 84.4

63 8 4.4 4.4 88.9

65 6 3.3 3.3 92.2

68 4 2.2 2.2 94.4

70 1 .6 .6 95.0

73 4 2.2 2.2 97.2

75 3 1.7 1.7 98.9

78 2 1.1 1.1 100.0

Total 180 100.0 100.0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 34,30% siswa pada SMP mendapat nilai dibawah rata-rata empiris (50,27) yaitu 67 siswa sedangkan yang mendapat nilai lebih tinggi atau sama dengan rata-rata empiris 65,70%, yaitu 113 siswa. (Lampiran 5 Hal 69).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada seluruh sekolah dapat dilihat pada gambar berikut.


(49)

33

Gambar 4.3

Histogram Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Data Total 3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Per Sekolah

Hasil kemampuan berpikir kreatif matematis diantara siswa SMP di Bekasi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir KreatifMatematisPer Sekolah

SMPN 1 SMPN 2 SMPN 8 SMPN 9 SMPN 11 SMP IT

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 52.03 46.43 50,77 65.16 45.03 42.20

Median 50.00 46.50 50.00 65.00 45.00 43.00

Mode 50 48 55 63a 48 43

Std. Deviation 7.388 4.398 6.415 8.573 8.124 7.199

Variance 54.576 19.344 41.154 73.499 66.006 51.821

Skewness .285 -.058 .113 -.591 .052 -.385

Std. Error of Skewness .427 .427 .427 .427 .427 .427

Kurtosis -.140 -.909 -.754 .242 .166 -.986

Std. Error of Kurtosis .833 .833 .833 .833 .833 .833

Range 30 15 23 35 35 23

Minimum 38 38 40 43 30 30

Maximum 68 53 63 78 65 53

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Hasil analisis pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diantara 6 SMP dan keseluruhan masih tergolong rendah. Nilai rata-rata tertinggi kemampuan berpikir kreatif persekolah adalah SMPN 9 yaitu sebesar 65,13 dan nilai rata-rata terendah kemampuan berpikir kreatif persekolah adalah SMP IT yaitu sebesar 42,20.

0 5 10 15 20 25 30

30 33 35 38 40 43 45 48 50 53 55 58 60 63 65 68 70 73 75 78

F re k u en si Nilai


(50)

Frekuensi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 1 lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.4

Frekuensi Kemampuan Berpikir KreatifSMPN 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 38 1 3.3 3.3 3.3

40 2 6.7 6.7 10.0

43 1 3.3 3.3 13.3

45 1 3.3 3.3 16.7

48 5 16.7 16.7 33.3

50 7 23.3 23.3 56.7

53 3 10.0 10.0 66.7

55 3 10.0 10.0 76.7

58 1 3.3 3.3 80.0

60 2 6.7 6.7 86.7

63 2 6.7 6.7 93.3

65 1 3.3 3.3 96.7

68 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 43,30% siswa pada sekolah SMPN 1 mendapat nilai dibawah rata-rata empiris (51,90), yaitu 13 siswa sedangkan yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan nilai rata-rata kelas 56,70%, yaitu 17 siswa. (Lampiran 6 hal 70).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah SMPN 1 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.4

Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8

38 40 43 45 48 50 53 55 58 60 63 65 68

F re k u en si Nilai


(51)

35

Frekuensi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 2 lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.5

Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis SMPN 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 38 1 3.3 3.3 3.3

40 5 16.7 16.7 20.0

43 4 13.3 13.3 33.3

45 5 16.7 16.7 50.0

48 8 26.7 26.7 76.7

50 3 10.0 10.0 86.7

53 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 50% siswa pada sekolah SMPN 2 mendapat nilai lebih besar atau sama dengan rata-rata empiris (46,03) yaitu 15 siswa sedangkan yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas 50%, yaitu 15 siswa. (Lampiran 7 hal 71).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah SMPN 2 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5

Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

38 40 43 45 48 50 53

F

re

k

u

en

si


(52)

Frekuensi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 8 lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.6

FrekuensiKemampuan Berpikir Kreatif Matematis SMPN 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 40 2 6.7 6.7 6.7

43 2 6.7 6.7 13.3

45 4 13.3 13.3 26.7

48 4 13.3 13.3 40.0

50 4 13.3 13.3 53.3

53 3 10.0 10.0 63.3

55 5 16.7 16.7 80.0

58 2 6.7 6.7 86.7

60 2 6.7 6.7 93.3

63 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 46,80% siswa pada sekolah SMPN 8 mendapat nilai lebih rendah atau sama dengan rata-rata empiris (51,13) yaitu 14 siswa sedangkan yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas 53,20%, yaitu 16 siswa. (Lampiran 8 hal 72).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah SMPN 8 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.6

Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 8

0 1 2 3 4 5 6

40 43 45 48 50 53 55 58 60 63

F

re

k

u

en

si


(53)

37

Frekuensi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 9 lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.7

FrekuensiKemampuan Berpikir Kreatif Matematis SMPN 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 43 1 3.3 3.3 3.3

48 1 3.3 3.3 6.7

55 2 6.7 6.7 13.3

58 3 10.0 10.0 23.3

60 2 6.7 6.7 30.0

63 4 13.3 13.3 43.3

65 4 13.3 13.3 56.7

68 3 10.0 10.0 66.7

70 1 3.3 3.3 70.0

73 4 13.3 13.3 83.3

75 3 10.0 10.0 93.3

78 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 43,30% siswa pada sekolah SMPN 9 mendapat nilai dibawah rata-rata empiris (65,13) yaitu 13 siswa sedangkan yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan rata-rata kelas 56,70%, yaitu 17 siswa. (Lampiran 9 hal 73).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah SMPN 9 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.7

Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 9

0 1 2 3 4 5 6 7

30 33 35 38 40 43 45 48 50 53 55 58 65

F

re

k

u

en

si


(54)

Frekuensi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 11 lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.8

FrekuensiKemampuan Berpikir Kreatif Matematis SMPN 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 30 2 6.7 6.7 6.7

33 1 3.3 3.3 10.0

35 2 6.7 6.7 16.7

38 2 6.7 6.7 23.3

40 2 6.7 6.7 30.0

43 2 6.7 6.7 36.7

45 5 16.7 16.7 53.3

48 6 20.0 20.0 73.3

50 2 6.7 6.7 80.0

53 3 10.0 10.0 90.0

55 1 3.3 3.3 93.3

58 1 3.3 3.3 96.7

65 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 46,60% siswa pada sekolah SMPN 11 mendapat nilai rendah dari nilai rata-rata empiris (45,17) yaitu 14 siswa sedangkan yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan rata-rata kelas 53,40%, yaitu 16 siswa. (Lampiran 10 hal 74).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah SMPN 11 dapat dilihat pada gambar berikut.


(55)

39

Gambar 4.8

Histogram Frekuensi Hasil Tes SMPN 11

Frekuensi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN IT Ar Raudhah lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.9

FrekuensiKemampuan Berpikir Kreatif Matematis SMP IT Ar Raudhah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 30 4 13.3 13.3 13.3

35 5 16.7 16.7 30.0

40 2 6.7 6.7 36.7

43 6 20.0 20.0 56.7

45 3 10.0 10.0 66.7

48 4 13.3 13.3 80.0

50 4 13.3 13.3 93.3

53 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 63,30% siswa pada sekolah SMP IT Ar Raudhah mendapat nilai lebih tinggi atau sama dengan rata-rata empiris (42,20) yaitu 19 siswa sedangkan yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas 36,70%, yaitu 11 siswa. (Lampiran 11 hal 75).

Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah SMPN IT dapat dilihat pada gambar berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7

30 33 35 38 40 43 45 48 50 53 55 58 65

F

re

k

u

en

si


(56)

Gambar 4.9

Histogram Frekuensi Hasil Tes SMP IT Ar Raudhah

4. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Menurut Indikator

Selanjutnya akan dianalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diantara siswa SMP diBekasi dengan lebih dalam, yaitu ditinjau dari Rata-rata nilai setiap indikatornya. Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti dalam penelitian ini didasarkan pada empat indikator, yaitu fluency, elaboration, flexibility, dan originality.

Tabel 5.1

Rata-rata indikatorKemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Skor SMPN

1 SMPN 2 SMPN 8 SMPN 9

SMPN 11

SMP IT

No Indikator N

Ideal

1 Fluency 30 12 71,17 61,90 70,17 75,90 63,00 59,53 66,95

2 Elaboration 30 4 42,70 29,30 30,60 48,63 26,93 27,63 34,30

3 Flexibility 30 12 64,33 69,83 69,03 83,60 63,57 58,13 68,08

4 Originality 30 12 29,93 24,70 33,27 52,50 26,63 23,50 31,76

Total 52,03 46,43 50,77 65,16 45,03 42,20 50,27

0 1 2 3 4 5 6 7

30 35 40 43 45 48 50 53

F

re

k

u

en

si


(57)

41

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif matematis setiap sekolah.Setiap indikator berpikir kreatif matematis memiliki skor ideal yang berbeda, hal ini dikarenakan setiap indikator diwakili dengan jumlah soal yang berbeda.Untuk indikator fluency.Diwakilkan oleh tiga butir soal yaitu nomor 1, 3 dan 4 dengan skor maksimum adalah 12, sehingga rata-rata indikator fluency didapat dari penjumlahan rata-rata skor untuk soal nomor 1, 3 dan 4. Untuk menghitung rata-rata indikator berpikir kreatif matematis lainnya perhitungannya sama.

Sehingga diperoleh nilai rata-rata keseluruhan indikator fluency yaitu 66.95, pada elaboration yaitu 34.30, pada flexibility yaitu 68.08, dan pada originality yaitu 31.76. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif perindikator nilai tertinggi adalah pada indikator flexibility yaitu 68,08.

Tabel5.2

Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

No Indikator N Skor

SMPN 1

SMPN 2

SMPN 8

SMPN 9

SMPN 11

SMP

IT Total

Ideal % % % % % % %

1 Fluency 30 12 71,11 61,94 70,28 75,56 66,11 59,44 68,52

2 Elaboration 30 4 42,50 29,17 30,42 48,33 27,08 27,92 34,10 3 Flexibility 30 12 64,17 69,58 68,75 83,33 63,33 57,92 68,75

4 Originality 30 12 30 24,72 33,33 53,05 26,67 24,44 32,41

Total 51,95 46,35 50,70 65,07 45,80 45,80 50,94

Dari Tabel 5.2, diperoleh persentase kemampuan berpikir kreatif perindikator pada fluency yaitu 68,52%, pada elaboration yaitu 34,10%, pada flexibility yaitu 68,75%, dan pada originality yaitu 32,41%. Dapat disimpulkan bahwa persentase kemampuan berpikir kreatif perindikator nilai tertinggi adalah pada indikator fluency yaitu 68,52%. (Lampiran 12 hal 76).


(58)

Gambar 5.1

Diagram Batang Persentase KemampuanBerpikir Kreatif Matematis Siswa

Kemampuan yang menonjol pada indikator fluency yaitu kemampuan memberikan banyak jawaban, kemudian indikator elaboration yaitu kemampuan menuliskan informasi yang diketahui pada soal, sedangkan indikator flexibility yaitu kemampuan memberikan alternatif cara dalam menyelesaikan soal dan menghasilkan jawaban yang benar, dan indikator originality yaitu kemampuan menafsirkan soal sesuai dengan konsep segiempat secara mandiri dan menghasilkan jawaban yang benar.

5. Keadaan siswa SMP di Kabupaten Bekasi

SMP di Kabupaten Bekasi pada tahun pelajaran 2015-2016 memiliki siswa sebanyak 180 orang yang terdiri dari 69 orang laki-laki dan 111 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

SMPN 1 SMPN 2 SMPN 8 SMPN 9 SMPN 11 SMP IT

P

e

r

sent

a

se

Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Fluency elaboration flexibility Originality


(59)

43

Tabel 5.3

Keadaan Siswa SMP di Kabupaten Bekasi

No Sekolah Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 SMPN 1 9 21 30

2 SMPN 2 9 21 30

3 SMPN 8 11 19 30

4 SMPN 9 10 20 30

5 SMPN 11 16 14 30

6 SMP IT 14 16 30

Jumlah 69 111 180

6. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Menurut Gender

Hasil kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP menurut gender secara keseluruhan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5.4

Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Menurut Gender Data Total

Gender Statistika

Kemampuan Berpikir Kreatif

Laki-laki

N 69

SD 8,051

Mean 45,84

Median 46,75

Modus 52,34

Min 30

Max 65

Perempuan

N 111

SD 10,60

Mean 53,12

Median 45,60

Modus 49,34

Min 30

Max 78

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari gender secara keseluruhan bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tertinggi diperoleh oleh jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53,12 dan siswa laki-laki sebesar 45,84 dengan selisih 7,28. (Lampiran 19 hal 95).

Berdasarkan statistik deskriptif diatas, berikut akan disajikan tabel dan histogram kemampuan berpikir kreatif matematis.


(60)

Tabel 5.5

Frekuensi Gender Laki-laki Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

No Skor Frek. Absolut Frek. Relatif

1 30 - 34 6 8,7

2 35 - 39 8 11,59

3 40 - 44 15 21,74

4 45 - 49 22 31,88

5 50 - 54 10 14,5

6 55 - 59 2 2,89

7 60 -64 5 7,25

8 65 -69 1 1,45

Jumlah 69 100%

Adapun pola penyebarannya dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 5.2

Histogram Siswa laki-laki Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berdasarkan tabel frekuensi dan histogram diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa laki-laki pada interval 45 – 49 yaitu sebesar 31,88%.

0 5 10 15 20 25

30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69

F

re

k

u

en

si


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)