Distribusi lansia berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi makanan pemicu hipertensi di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten
Simalungun selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pemicu Hipertensi pada Lansia di
Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016
Jenis Makanan Sering
Jarang Tidak Pernah
N N
N
1. Makanan Tinggi Kolesterol
a. Daging sapi
54 98,2
1 1,8
b. Daging kambing
1 1,8
52 94,6
2 3,6
c. Daging babi
33 60,0
8 14,5
14 25,5
d. Udang
3 5,5
51 92,7
1 1,8
2. Makanan yang Diawetkan
a. Ikan asin
52 94,5
3 5,5
b. Telur asin
39 70,9
16 29,1
c. Teri kering
51 92,7
3 5,5
1 1,8
3. Makanan Tinggi Natrium
a. Biskuit
28 50,9
27 49,1
b. Keripik
12 21,8
43 78,2
4.5 Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serat
Tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium dan serat pada responden merupakan jumlah rata-rata karbohidrat, protein, lemak, natrium dan
serat harian yang didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24
jam, dan dibandingkan dengan nilai AKG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat konsumsi karbohidrat berdasarkan Angka Kecukupan Gizi dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 52,7, tingkat konsumsi protein berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi sebagian besar responden dalam kategori baik, yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
45,5, tingkat konsumsi lemak berdasarkan Angka Kecukupan Gizi sebagian besar responden dalam kategori lebih, yaitu sebanyak 58,2, tingkat konsumsi
natrium berdasarkan Angka Kecukupan Gizi sebagian besar responden dalam kategori lebih, yaitu sebanyak 50,9 dan tingkat konsumsi serat berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi sebagian besar responden termasuk dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 50,9.
Distribusi lansia berdasarkan tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium dan serat pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja
Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serat pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah
Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Tingkat Konsumsi Kategori
Total Lebih
Baik Kurang
N N
N N
1 Karbohidrat
18 32,7
8 14,5 29 52,7
55 100,0 2
Protein 18
32,7 25 45,5 12
21,8 55 100,0
3 Lemak
32 58,2
14 25,5 9
16,4 55 100,0
4 Natrium
28 50,9
16 29,1 11 20,0
55 100,0 5
Serat 15
27,3 12 21,8 28
50,9 55 100,0
4.6 Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
Hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, natrium dan serat dengan kejadian hipertensi dianalisis menggunakan uji chi square
dengan α = 0,05. Dikatakan memiliki hu
bungan yang bermakna jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak memiliki hubungan yang bermakna jika nilai p 0,05.
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi karbohidrat dengan kejadian
hipertensi pada lansia diketahui bahwa diantara 18 orang yang konsumsi karbohidratnya lebih, terdapat 11 orang 61,1 yang mengalami hipertensi dan 7
orang 38,9 yang tidak hipertensi. Diantara 8 orang yang konsumsi karbohidratnya baik, terdapat 4 orang 50,0 yang mengalami hipertensi dan 4
orang 50,0 juga yang tidak hipertensi. Diantara 29 orang yang konsumsi karbohidratnya kurang, terdapat 18 orang 62,1 yang mengalami hipertensi dan
11 orang 37,9 yang tidak hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,821, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi karbohidrat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.
Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi karbohidrat dengan kejadian hipertensi pada lansia selengkapnya disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Tingkat
Konsumsi Karbohidrat
Kejadian Hipertensi Total
P Hipertensi
Tidak Hipertensi n
n n
1 Lebih
11 61,1
7 38,9
18 100,0
0,821 2
Baik 4
50,0 4
50,0 8
100,0 3
Kurang 18
62,1 11
37,9 29
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi protein dengan kejadian
hipertensi pada lansia diketahui bahwa diantara 18 orang yang konsumsi proteinnya lebih, terdapat 8 orang 44,4 yang mengalami hipertensi dan 10
orang 55,6 yang tidak hipertensi. Diantara 25 orang yang konsumsi proteinnya baik, terdapat 18 orang 72,0 yang mengalami hipertensi dan 7 orang 28,0
yang tidak hipertensi. Diantara 12 orang yang konsumsi proteinnya kurang, terdapat 7 orang 58,3 yang mengalami hipertensi dan 5 orang 41,7 yang
tidak hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,189, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi protein
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.
Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi protein dengan kejadian hipertensi pada lansia selengkapnya disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Tingkat
Konsumsi Protein
Kejadian Hipertensi Total
P Hipertensi
Tidak Hipertensi n
n N
1 Lebih
8 44,4
10 55,6
18 100,0
0,189 2
Baik 18
72,0 7
28,0 25
100,0 3
Kurang 7
58,3 5
41,7 12
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.6.3 Hubungan Tingkat Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi
pada lansia diketahui bahwa diantara 32 orang yang konsumsi lemaknya lebih, terdapat 16 orang 50,0 yang mengalami hipertensi dan 15 orang 50,0 juga
yang tidak hipertensi. Diantara 14 orang yang konsumsi lemaknya baik, terdapat 8 orang 57,1 yang mengalami hipertensi dan 6 orang 42,9 yang tidak
hipertensi. Diantara 9 orang yang konsumsi lemaknya kurang, terdapat 9 orang 100,0 yang mengalami hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
value sebesar 0,025, artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun. Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi
pada lansia selengkapnya disajikan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Tingkat
Konsumsi Lemak
Kejadian Hipertensi Total
P Hipertensi
Tidak Hipertensi n
n n
1 Lebih
16 50,0
16 50,0
32 100,0
0,025 2
Baik 8
57,1 6
42,9 14
100,0 3
Kurang 9
100,0 0,0
9 100,0
4.6.4 Hubungan Tingkat Konsumsi Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi natrium dengan kejadian
hipertensi diketahui bahwa diantara 28 orang yang konsumsi natriumnya lebih, terdapat 20 orang 71,4 yang mengalami hipertensi dan 8 orang 28,6 yang
Universitas Sumatera Utara
tidak hipertensi. Diantara 16 orang yang konsumsi natriumnya baik, terdapat 10 orang 62,5 yang mengalami hipertensi dan 6 orang 37,5 yang tidak
hipertensi. Diantara 11 orang yang konsumsi natriumnya kurang, terdapat 3 orang 27,3 yang mengalami hipertensi dan 8 orang 72,7 yang tidak hipertensi.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,039, artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada
lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.
Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia selengkapnya disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Konsumsi Natrium dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Tingkat
Konsumsi Natrium
Kejadian Hipertensi Total
P Hipertensi
Tidak Hipertensi n
n n
1 Lebih
20 71,4
8 28,6
28 100,0
0,039 2
Baik 10
62,5 6
37,5 16
100,0 3
Kurang 3
27,3 8
72,7 11
100,0 4.6.5
Hubungan Tingkat Konsumsi Serat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi serat dengan kejadian hipertensi
diketahui bahwa diantara 15 orang yang konsumsi seratnya lebih, terdapat 5 orang 33,3 yang mengalami hipertensi dan 10 orang 66,7 yang tidak hipertensi.
Diantara 12 orang yang konsumsi seratnya baik, terdapat 7 orang 58,3 yang mengalami hipertensi dan 5 orang 41,7 yang tidak hipertensi. Diantara 28
orang yang konsumsi seratnya kurang, terdapat 21 orang 75,0 yang mengalami
Universitas Sumatera Utara
hipertensi dan 7 orang 25,0 yang tidak hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,029, artinya ada hubungan yang bermakna antara
tingkat konsumsi serat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.
Hasil analisis hubungan tingkat konsumsi serat dengan kejadian hipertensi pada lansia selengkapnya disajikan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hubungan Tingkat Konsumsi Serat dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Tingkat
Konsumsi Serat
Kejadian Hipertensi Total
P Hipertensi
Tidak Hipertensi n
n n
1 Lebih
5 33,3
10 66,7
15 100,0
0,029 2
Baik 7
58,3 5
41,7 12
100,0 3
Kurang 21
75,0 7
25,0 28
100,0
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN