BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentang kehidupan Fatmah, 2010. Menurut Departemen Kesehatan RI 2010 dalam Sony 2011, menua
merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang berbagai macam penyakit.
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade Notoadmojo,
2010. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu: 1.
Usia pertengahan middle age : usia 45-59 tahun
2. Lansia elderly
: usia 60-74 tahun 3.
Lansia tua old : usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua very old
: usia di atas 90 tahun Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang
mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya memengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Perubahan-perubahan Fisiologis pada Lanjut Usia
Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan aspek gizi pada lansia dan pengaruhnya yaitu:
1. Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa umumnya membuat
lansia kurang dapat menikmati makanan dengan baik. Hal ini sering menyebabkan kurangnya asupan pada lansia atau penggunaan bumbu seperti
kecap atau garam yang berlebihan yang tentunya dapat berdampak kurang baik bagi kesehatan lansia.
2. Berkurangnya sekresi pada saliva dapat menimbulkan kesulitan dalam menelan
dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi. 3.
Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien.
4. Menurunnya sekresi garam empedu menggangu proses penyerapan lemak dan
vitamin A, D, E, K. 5.
Terjadinya penurunan motilitas usus, sehingga memperpanjang waktu singgah transit time dalam saluran gastrointestinal yang mengakibatkan pembesaran
perut dan konstipasi. 6.
Menurunnya sekresi HCl. HCl merupakan faktor ekstrinsik yang membantu penyerapan vitamin B12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCl
dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kebutuhan Gizi Lanjut Usia
1. Angka Kebutuhan Zat Gizi pada Lanjut Usia
Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan memengaruhi kondisi seseorang dari aspek
psikologis, fisiologis dan sosioekonomi. Menurut Departemen Kesehatan RI 2003, Angka Kecukupan Gizi AKG
setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pada umumnya dihitung berdasarkan kebutuhan kalori atau energi. Hal ini tergantung
pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, gizi untuk lansia pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Berikut ini adalah Angka Kecukupan Gizi AKG pada lansia: a.
Energi Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012, secara umum
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia pada laki-laki adalah 2325 kalori dan pada wanita adalah 1900 kalori. Kebutuhan energi pada lansia menurun
sehubungan dengan penurunan metabolisme basal sel-sel banyak inaktif dan kegiatan fisik cenderung menurun.
b. Karbohidrat
Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks karena mengandung vitamin, mineral, dan serat daripada mengonsumsi karbohidrat
murni seperti gula. Lansia sebaiknya mengoonsumsi 60-65 karbohidrat sebagai kebutuhan energi.
Universitas Sumatera Utara
c. Protein
Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lansia adalah sekitar 0,8 gramkg BB atau 15-25 dari kebutuhan energi. Untuk lansia dianjurkan
memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein nabati dan protein hewani dengan perbandingan 2:1. Jumlah protein yang diperlukan untuk laki-laki lansia
adalah 65 gramhari dan wanita 57 gramhari yang terdiri 15 protein ikan, 10 protein hewani lain dan 75 protein nabati.
d. Lemak
Kebutuhan lemak untuk lansia lebih sedikit karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, pada lansia dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih
dari 15 kebutuhan energi. Lansia juga sebaiknya mengonsumsi lemak nabati daripada lemak hewani untuk mencegah penumpukan lemak tubuh.
e. Vitamin Lansia dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin A,
D, dan E untuk mencegah penyakit degeneratif sebagai antioksidan. Selain itu konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin B12, asam folat, vitamin
B1 dan vitamin C juga dianjurkan untuk mencegah risiko penyakit jantung. f. Mineral
Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sumber besi Fe, zinc Zn, selenium Se, dan kalsium Ca untuk mencegah anemia dan osteoporosis,
serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Lansia juga dianjurkan untuk meningkatkan asupan zat gizi mikro lainnya seperti fosfor P, kalium K, natrium Na, dan magnesium Mg untuk
metabolisme dalam tubuh. g. Air dan Serat
Air sangat penting untuk melancarkan proses metabolisme tubuh dan mengeluarkan sisa pembakaran energi dalam tubuh. Oleh karena itu dianjurkan
untuk minum air putih minimal 8 gelas per hari. Serat juga dianjurkan untuk lansia agar buang air besar menjadi lancar,
mencegah penyerapan kolesterol dan menghindari penumpukan kolesterol dalam tubuh.
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia
Rincian faktor yang memengaruhi kebutuhan dan kecukupan zat gizi lansia dijelaskan berikut ini Fatmah, 2010:
a. Usia
Seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral meningkat karena
ketiganya berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.
b. Jenis Kelamin
Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih banyak memerlukan kalori, protein, dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat aktivitas fisik.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi
dari kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia.
d. Penurunan Aktivitas Fisik
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang dilakukannya semakin menurun. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus
diimbangi dengan penurunan asupan kalori untuk mencapai keseimbangan energi dan mencegah terjadinya obesitas.
e. Kemunduran Biologis
Memasuki usia senja, seseorang akan mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun biologis. Hal ini akan memengaruhi proses pencernaan,
penyerapan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Oleh karena itu, asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh
lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal. f.
Penyakit Usia lanjut merupakan usia saat risiko terkena penyakit degeneratif paling
besar selama daur kehidupan. Jika seorang lansia memiliki penyakit degeneratif, maka asupan gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan
ketersediaan dan kebutuhan zat gizi pada lansia.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Hipertensi pada Lanjut Usia