83
5. Menurut SNI 03-0349-1989, batako dengan komposisi substitusi 0 termasuk dalam
mutu I batako, dan komposisi substisusi batako 25 dan 30 termasuk dalm mutu II batako. Sedangkan batako komposisi 35 termasuk dalam mutu III batako
menurut SNI 03-0349-1989. Ditinjau dari batasan masalah yang Penulis buat, maka batako komposisi substitusi 35 tidak termasuk dalam spesifikasi yang telah
ditentukan karena kuat tekannya lebih kecil dari 4 Mpa. 6.
Ditinjau dari data hasil pengujian kuat tarik belah, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Nilai kuat tarik belah terbesar terdapat pada komposisi substitusi
batako 0, yaitu sebesar 1,24 Mpa. Sedangkan nilai terendah terdapat pada komposisi batako 35, yaitu sebesar 0,83Mpa. Trend penurunan kuat tarik belah
sama persis dengan trend penurunan yang terjadi pada nilai kuat tekan batako. 7.
Dari semua hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa abu batu dan plastik PET dapat digunakan sebagai bahan pengganti sebagian berat pasir dalam
pembuatan batako.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan kuat tekan batako yang maksimal, disarankan pada
penelitian berikutnya untuk menggunakan ekplorasi abu batu dan plastik PET di antara 5 sampai 25.
2. Kesulitan pencampuran bahan-bahan pembuat batako pada penelitian kali ini dapat
teratasi karena adanya pemikiran mengenai metode pencampuran bahan. Pada saat mencampur sebaiknya didahulukan memasukkan pasir, abu batu, dan semen terlebih
dahulu, setelah bahan tadi tercampur dengan baik baru selanjutnya masukkan cacahan plastik perlahan-lahan sampai semua bercampur merata, setelah itu barulah
Universitas Sumatera Utara
84
menambahkan air pada campuran batako tadi. Penulis menyarankan untuk tetap menggunakan metode ini agar mempermudah pencampuran bahan-bahan utama
pembentuk batako dengan bahan plastik. Hal ini terjadi karena berat jenis plastik yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan utama lainnya, sehingga semakin
banyak jumlah plastik yang dibutuhkan dan secara fisik sangat memberi dampak signifikan,
3. Begitu banyaknya keterbatasan pada penelitian ini, sehingga diharapkan
untuk penelitian lebih lanjut mengenai jenis plastik lain sehingga di dapat kualitas yang lebih baik.
4. Memperbanyak jumlah sampel. Pada penelitian ini, jumlah sampel pengujian
relatife sedikit yang memungkinkan adanya keterbatasan data. 5.
Meninjau limbah sekitar lainnya yang mempunyai potensi besar dan berpengaruh pada kekuatan batako agar inovasi terhadap batako ramah
lingkungan tidak terhenti sampai disini.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batako 2.1.1
Pengertian Batako
Bata beton atau yang dikenal dimasyarakat umum adalah batako merupakan bahan yang di bentuk dari campuran pasir bercampur dengan
kerikil agregat yang dicampur dengan semen portland dan air untuk mempermudah bahan-bahan pembentuknya dapat dengan mudah tercampur
dan bereaksi dengan sempurna. Menurut PUBI-1982 pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”.
Menurut SNI 03-0349- 1989, “Conblock concrete block atau batu cetak
beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya additive,
dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”. Perbandingan bahan baku batako
terdiri dari pasir, semen, dan air dengan perbandingan 75: 20: 5. Perbandingan komposisi ini sesuai dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986. Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan
non struktural. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Persyaratan batako menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Universitas Sumatera Utara
10 Indonesia 1982 PUBI-1982 pasal 6 antara lain adalah berumur minimal satu
bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ±400 mm, lebar ±200 mm, tebal ±100-200 mm, kadar air 25-35 dari berat, dan
memiliki kuat tekan antara 2-7 Nmm
2
. Berdasarkan persyaratan fisik batako standar dalam PUBI-1982
memberikan batasan standar bahwa untuk batako dengan nilai kuat tekan 2- 3,5 MPa dapat dipakai pada konstruksi yang tidak memikul beban. Untuk
kuat tekan 2 MPa dapat dipasang pada tempat yang terlindung dari cuaca luar dan diberi lapisan pelindung.
2.1.2 Klasifikasi Batako
Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu :
A. Batako Putih tras Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putihputih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang
putih dan ada juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25-3 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm.
Gambar 2.1 Contoh Batako Putih
Universitas Sumatera Utara
11 B. Batako SemenBatako Press
Batako press dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang dibuat secara manual menggunakan tangan dan ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya memiliki panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm.
Gambar 2.2 Contoh Batako SemenBatako Press
C. Bata Ringan Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan
bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis sebesar 1850 kgm
3
dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi.
Dimensinya yang lebih besar dari bata konvensional yaitu 60 x 20 cm dengan ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai
dibandingkan bata konvensional.
Universitas Sumatera Utara
12 Mutu batako sangat dipengaruhi oleh komposisi dari penyusun-penyusunnya,
disamping itu dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui proses manual cetak tangan dan pres mesin. Perbedaan dari proses pembuatan ini
dapat dilihat dari kepadatan permukaannya. Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi
panjang yang digunakan untuk dinding beton. Batako dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
Batako Padat Batako Berlubang
Gambar 2.3 Batako Padat dan Berlubang
Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama.
Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 13 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat
kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang
adalah tahan terhadap panas dan suara. Batako secara umum dibagi menjadi 6 tipe, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
13
Gambar 2.4 Tipe-tipe Batako
Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal berikut: a. Disimpan dalam keadaan cukup kering.
b. Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk keamanan dan juga untuk memudahkan pengambilan.
c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh direndam air.
d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk membuat goresan pada batu yang akan dipatahkan.
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 2.5 Bentuk Ikatan Dinding Batako
Agar didapat mutu batako yang berkualitas, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kualitas batako tergantung pada
faktor air semen, umur batako, kepadatan batako, bentuk tekstur batuan, ukuran agregat, kekuatan agregat, dan lain-lain.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako. Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:
a. Tiap m
2
pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif
terdapat suatu pengurangan. b. Pembuatan mudah dan dapat dibuat secara sama.
c. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos juga lebih hemat. d. Khusus jenis yang berlubang dapat befungsi sebagai isolasi udara.
Universitas Sumatera Utara
15 e. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
f. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
g. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air. Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut:
a. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama 3 minggu, maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum
memakainya. b. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen,
sehingga menambah biaya pembuatan. c. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama
mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah.
2.2 Bahan Pembentuk Batako 2.2.1