Bahan Pembentuk Batako .1 HasilPemeriksaan Berat

15 e. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester. f. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan. g. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air. Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut: a. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama 3 minggu, maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya. b. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga menambah biaya pembuatan. c. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah. 2.2 Bahan Pembentuk Batako 2.2.1 Semen Portland Semen Portland ditemukan pada tahun 1824 pada abad ke 19 oleh seorang tukang batu dari Inggris yang bernama Joseph Aspdin. Pembuatan semen portland yang pertama kali oleh Joseph Aspdin yaitu dengan cara membakar campuran kapur dan tanah liat dan kemudian menggilingnya hingga halus. Diberi nama semen Portland bukan karena dibuat di daerah tertentu atau menjadi nama merek dagang tertentu, tapi merupakan istilah generik karena warnanya yang kelabu dan kekuatan yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara 16 menyerupai semen alami yang berasal dari pulau Portland di Inggris. Paul Nugraha, 2004. Menurut Standar Industri Indonesia SII, SII 0013-1981, definisi Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis ditambah dengan bahan yang mengatur waktu-ikat umumnya gypsum. Klinker semen Portland dibuat dari batu kapur CaCo 3 , tanah liat dan bahan dasar berkadar besi. Bahan dasar dari klinker semen Portland dapat dipabrikasikan secara dua proses, yaitu basah dan kering. Pada proses basah,sebelum dibakar bahan dasar dicampur dengan air‘slurry’ dan digiling sampai halus berupa “bubur halus”. Pada proses kering, bahan dasar dicampur dan dikeringkan kemudian digiling berupa “bubuk kasar” selanjutnya kedua produksi ini dibakar dalam tanur-putar-datar pada tempertur yang sangat tinggi sehingga diperoleh klinker semen Portland. Proses pemabrikan klinker semen Portland adalah sebagai berikut : Proses Basah Proses Kering dan dicampur dengan air digiling “bubur halus” “bubur kasar” Tanur semen 1400°C Klinker semen Portland Garnulasi udara dingin atau air Klinker + bahan campur gips Universitas Sumatera Utara 17 Bagian utama dari klinker ini adalah : dikalsium silikat 2CaO.SiO 2 atau C 2 S trikalsium silikat 3CaO.SiO 2 atau C 3 S trikalsium aluminat 3CaO.A1 2 O 3 atau C 3 A tetra kalsium aluminat ferrit 4CaO.A1 2 O 3 Fe 2 O 3 atau C 3 AF akhirnya semen Portland didapatkan secara menggilas klinker tersebut dalam kilang-peluru ‘kogelmolens’ sampai halus dengan ditambah beberapa prosen gips CaSO 4 2H 2 O. R. Sagal, 1994.

2.2.2 Pasir

Pasir adalah contoh bahan material yang berbentuk butiran. Butiran pada pasir, umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena pasir memiliki rongga-rongga yang cukup besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Dan seperti yang kita ketahui pasir juga sangat penting untuk bahan material bangunan bila dicampurkan dengan perekat semen. Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia, agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syarat–syarat sebagai berikut: 1. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras. 2. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama. Universitas Sumatera Utara 18 3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 , apabila lebih dari 5 maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm. 4. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. 5. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca. Paul Nugraha, 2004

2.2.3 Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, untuk membasahi agregat dan akan memberikan kemudahan pada adukan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-seifat beton yang dihasilkan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung-gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak sempurna, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton Mulyono, 2005. Semen memerlukan jumlah air sebesar 32 berat semen untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40 berat semen maka reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna. Apabila kondisi seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan pembuatan Universitas Sumatera Utara 19 batako, maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas kondisi adukan lengas tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal. Disini tidak dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran penyusunnya. Nilai f.a.s. Diasumsikan berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan Utomo, 2010. Syarat air yang digunakan untuk campuran batako adalah sebagai berikut: a. Air tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual. b. Air tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gramliter. c. Air tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak batako asam-asam, zat organik dan sebagainya lebih dari 15 gramliter. d. Bila air meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya Latief, 2010.

2.2.4 Botol Plastik Jenis PET

PET atau PETE adalah polyethylene terephtalate. Plastik ini digunakan untuk membuat sebagian besar botol plastik dan kontainer dari minuman, dan juga digunakan untuk salad dressing kontainer, botol minyak sayur dan tempat makanan ovenproof. PET dapat didaur ulang menjadi pakaian, tote bags, furniture, karpet, hiasan jalur, dan kontainer baru. Limbah plastik dapat digunakan sebagai pengganti material agregat kasar untuk menghasilkan beton atau batako dengan berat ringan. Salah satu Universitas Sumatera Utara 20 limbah plastik adalah limbah plastik dari bekas botol air kemasan. Umumnya botol air kemasan berasal dari plastik jenis Polyethylene terephthalate PET. Pemakaian limbah ini juga akan mendukung upaya untuk penyelamatan lingkungan. PET merupakan polyester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi yang dikarakterisasi dengan banyaknya ikatan ester yang didistribusikan sepanjang rantai utama polimer. PET bahan dasar dari botol minuman plastik, dengan nama IUPAC-nya polioksi etilen neooksitereftaoil. Proses pembuatan PET memerlukan suhu yang sangat tinggi di atas 100 o C untuk produk yang secara komersial memiliki kemampuan kristalisasi cepat. Menurut Ehrig, material PET ini memiliki sifat mekanik yang baik, ketahanan terhadap pelarut yang bagus, dan stabilisasi hidrolitiknya baik. PET dan poliester lain pada umumnya bebas dari hasil pembakaran berbahaya CO 2 . Titik leleh PET murni di atas 280 o C untuk sampel yang “annealing” secara lengkap. Sedangkan produk komersialnya meleleh pada suhu 255 o C- 265 o C, karena hasil kristalisaai berkurang dengan adanya pengotor pada rantai utamanya. Pengotor yang ada dalam PET mengakibatkan kekuatan produk akan berkurang, baik sebagai produk film atau serat. Titik transisi gelas bervariasi dalam interval yang luas tergantung pada kemurnian polimernya. Salah satu hal yang dapat dilihat langsung dari limbah ini adalah berat yang ringan dan tidak mudah berubah bentuk. Dengan pelelehan limbah botol Universitas Sumatera Utara 21 PET melalui “perebusan” dapat dihasilkan gumpalan plastik yang apabila dipecahkan akan mencadi pecahan dan butiran yang dapat dijadikan sebagai agregat halus dan kasar pada beton. Berat jenisnya yang kecil memungkinkan beton yang menggunakan agregat PET ini mempunyai berat jenis yang kecil juga, sehingga termasuk dalam katergori beton ringan beratnya lebih kecil 1800 kgm 3 . Kuat tekan yang dihasilkan dari pembuatan beton dengan agregat dari limbah PET dan beberapa campuran limbah lainnya berkisar antara 7-15 MPa. Kuat tekan tersebut memang dapat digunakan untuk material elemen non struktural, seperti panel dinding. Namun demikian, masih perlu dikaji kaitannya dengan kuat tarik, kuat lentur, performa rambatan panasnya dan rambatan serta redaman bunyi. Tabel 2.1 menunnjukkan Massa jenis dan suhu operasi maksimum pada berbagai jenis plastik. Tabel 2.1. Massa Jenis dan Suhu Operasi Maksimum Plastik Jenis plastik Massa jenis kgm 3 Temteratur operasi maksimum °C Homo polymer 1420 85 Acrylic 1180 50 PET 1360 110 Polycarbonate 1150 125 PVC rigid 1400 50 PVC flexible 1300 50 Sumber: plastic engineering, R.J. Crawford,31 Universitas Sumatera Utara 22 Jenis kode plastik yang umum beredar di antaranya: • PET Polietilena tereftalat. Umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair. • HDPE High Density Polyethylene, Polietilena berdensitas tinggi biasanya terdapat pada botol detergen. • PVC polivinil klorida yang biasa terdapat pada pipa. • LDPE Low Density Polyethylene, Polietilena berdensitas rendah biasa terdapat pada pembungkus makanan. • PP polipropilena umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan. • PS polistirena umum terdapat pada kotak makan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya. Pitra Ardhiantika,dkk,2014

2.2.5 Abu Batu

Abu batu merupakan agregat buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan mineral fillerpengisi partikel dengan ukuran 0,075 mm, diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu. Material jenis ini banyak dibutuhkan untuk campuran dalam proses pengaspalan dan bisa digunakan sebagai pengganti pasir. Material ini adalah bahan utama dari pembuatan gorong-gorong dan Batako Press. Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 2.6 Batako Press Menggunakan Abu Batu Abu batu saat ini merupakan bahan hasil sampingan dalam industri pemecahan batu yang jumlahnya tidak sedikit. Saat ini abu batu tidak begitu laku untuk dijual karena pemakaian dalam industri konstruksi sudah sangat sedikit mengingat konstruksi perkerasan jalan dengan Lapen sudah banyak beralih ke lapisan aspal beton. Perkerasan Lapen yang biasanya penaburan lapis atas dengan abu batu sudah banyak diganti dengan pasir, sehingga abu batu pada stone crusher menjadi bahan limbah yang harus diupayakan penanganannya Pada bendungan tipe rockfill, embankment Sheel pelapis timbunan biasanya terdiri dari material random campuran atau abu batu yang berfungsi sebagai pengisi antara struktur dan lapisan kedap air. Tukang Bata. 2014 Universitas Sumatera Utara 24

2.3 Pengujian Batako