40 3. Pasir berasal Sungai di Binjai, Sumatera Utara.
4. Kebutuhan air, ditetapkan pada kondisi adukan lengas tanah. 5. Keadaan cacahan botol plastik dan abu batu, yaitu dipakai dalam kondisi
kering udara. 6. Pembuatan seluruh benda uji dilakukan secara masinal.
7. Umur batako, pengujian batako berupa silinder ditetapkan pada umur 28 hari.
8. Cara pengujian, sesuai dengan ketentuan cara uji dalam SNI 03-0349- 1989.
3.3 Lokasi dan Waktu Pengujian
1. Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Beton Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara. 2. Waktu
Pengujian dilakukan mulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015.
3.4 Bahan yang Digunakan
Bahan penyusun batako terdiri dari semen portland, agregat halus dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat bervariasi untuk
mendapatkan sifat-sifat batako yang diinginkan. Biasanya perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan penyusun batako yang lebih
Universitas Sumatera Utara
41
ekonomis dan efektif. Bahan-bahan penyusun batako yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland, pasir, air, cacahan botol plastik dan abu batu.
3.4.1 Semen Portland
Semen Portland type I yang digunakan adalah semen dengan merk dagang Semen Padang dalam kemasan 50 kg.
3.4.2 Pasir
Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi:
a. Analisa ayakan pasir; b.
Pemeriksaan berat isi agregat halus;
c.
Pemeriksaan kandungan organik colorimetric test pada agregat halus;
d.
Pemeriksaan berat jenis pada semen dan abu batu;
e.
Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus;
3.4.3 Air
Air yang digunakan sebagai bahan pencampur berasal dari
Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
.
Universitas Sumatera Utara
42
3.4.4 Botol Plastik dan Abu Batu
Botol Plastik yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol plastik bekas minuman jenis PET dan Abu batu yang digunakan berasal dari pabrik
pemecah batu.
3.5 Pemeriksaan Bahan-bahan Penyusun Batako 3.5.1
Analisa Ayak Agregat Halus SNI 03-1968-1990
a. Tujuan Percobaan 1
Menentukan gradasidistribusi butiran pasir 2
Mengetahui modulus kehalusan fineness modulus pasir b. Peralatan
1 Timbangan
2 Sieve shaker machine
3 1 set ayakan
4 Oven
5 Sample splitter
c. Bahan Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
d. Prosedur Percobaan 1
Ambil pasir yang telah kering oven 110±5ºC; 2
Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr dengan menggunakan sampel splitter;
3 Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm;
2,38 mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
Universitas Sumatera Utara
43 4
Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine; 5
Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat; 6
Mesin dihidupkan selama 5 lima menit; 7
Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan; 8
Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2. e. Rumus
FM =
Ʃ
3.1
Dimana: FM = Fineness Modulus
Derajat kehalusan kekasaran suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan fineness dengan batasan-batasan sebagai berikut:
- Pasir halus
: 2,20 FM 2,60 -
Pasir sedang : 2,60 FM 2,90
- Pasir kasar
: 2,90 FM 3,20
f. Hasil Percobaan Modulus kehalusan pasir FM = 2,10
Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus. 2,20 FM 2,60
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 3.1. Bagan Alir Pengujian Analisa Ayak Agregat Halus
3.5.2 Berat Isi Agregat Halus ASTM C-29
a. Tujuan Percobaan Menentukan berat isi agregat halus pasir
b. Peralatan 1
Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1 dari berat sampel 2
Batang perojok 3
Bejana besi
Alat: 1. Timbangan 0,01 gr
2. Cawan keramik atau
tempayan baja 3. Saringan agregat
halus 1 set Bahan:
1. Agregat halus
Timbang agregat halus 1000 gram Persiapan
Oven agregat halus sampai berat tetap Ayak agregat halus
Timbang agregat halus yang tertahan disetiap saringan
Selesai Hitung
modulus kehalusan
agregat halus Mulai
Universitas Sumatera Utara
45 4
Termometer 5
Sekop Kecil c. Bahan
1 Pasir ≤Saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110±5 ºC
2 Air
d. Prosedur Percobaan 1
Dengan cara merojok: a Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai
bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara merata pada permukaannya;
b Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok 25 kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi
pasir sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak
boleh menembus lapisan dibawahnya; c Timbang bejana + pasir;
d Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam
bejana; 2
Cara menyiram: a Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dengan cara menyiram
dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana tersebut penuh, lalu ratakan permukaannya.
Universitas Sumatera Utara
46 b Timbang bejana + pasir.
c Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam
bejana. Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
e. Rumus ρ =
3.2 Dimana:
ρ = Berat isi pasir grcm
3
m = Berat pasir gr v = volume bejana cm
3
f. Hasil Percobaan Berat isi dengan cara merojok: 1,37 grcm
3
Berat isi dengan cara menyiram: 1,27 grcm
3
Bahan: 1. Agregat halus
2. Air Alat:
1. Timbangan 2. Batang perojok
3. Bejana besi 4. Termometer
5. Sekop kecil
Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana Persiapan
Timbang bejana dan isi pasir lalu dirojok 25 kali atau disiram. Mulai
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 3.2. Bagan Alir Pengujian Berat Isi Agregat Halus
3.5.3 Pengujian Kadar Organik PasirColorimetric Test SNI 03-2816-
1992
a. Tujuan Percobaan Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
b. Peralatan 1 Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
2 Gelas ukur kapasitas 1000 ml 3 Timbangan
4 Mistar 5 Standar warna Gardner
6 Sendok pengaduk
Selesai Bejana diisi pasir sampai penuh
Timbang bejana + pasir Pasir dikeluarkan lalu diisi oleh air hingga penuh
Percobaan dilakukan untuk 2 sampel Timbang berat bejana + air
Universitas Sumatera Utara
48 7 Sampel splitter
c. Bahan 1 Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm
2 NaOH padat 3 Air
d. Prosedur percobaan 1
Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga terbagi seperempat bagian;
2 Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar
botol; 3
Sediakan larutan NaOH 3 dengan cara mencampur 12 gram kristal NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga
kristal NaOH larut; 4
Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan pasir tinggi pasir + larutan = 5 cm;
5 Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
6 Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncang-
guncang pada arah mendatar selama 8 menit; 7
Campuran didiamkan selama 24 jam; 8
Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar warna Gardner.
Universitas Sumatera Utara
49 e. Rumusstandar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut: 1 Standar warna no. 1 : berwarna beningjernih
2 Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda 3 Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua
4 Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan 5 Standar warna no. 5 : berwarna coklat
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner adalah standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi
melebihi standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3 kemudian
bersihkan dengan air. f. Hasil Percobaan
Warna kuning terang standar warna no. 3, memenuhi persyaratan.
Mulai
Persiapan Alat:
1. Timbangan 2. Botol tembus pandang
3. Gelas ukur 4. Mistar
5. Standar warna
Gardner 6. Sendok pengaduk
7. Sampel splitter Bahan:
1. Agregat halus 2. NaOH 3
3. Air
Isikan agregat ke dalam botol
Tambahkan NaOH 3 dan tutup rapat
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 3.3. Bagan Alir Pengujian Colorimetric Test
3.5.4 Pengujian Berat Jenis Semen SNI 15-2531-1991
a. Tujuan Percobaan: Menentukan berat jenis semen.
b. Peralatan: 1
Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr 2
Botol Le Chatelir 3
Cawan Porselin 4
Gelas Ukur 5
Corong Kaca c. Bahan
1 Semen Portland
2 Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API
American Petroleoum Institute
Kocok botol selama 8 menit
Diamkan selama 24 jam
Amati warna cairannya
Selesai
Universitas Sumatera Utara
51 d. Prosedur Percobaan:
1 Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan. 2
Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan pada botol Le Chatelir
20
o
C untuk mengunakan suhu cairan dalam piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir.
3 Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang
ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir V
1
. 4
Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke dalam botol Le Chatelir, hindarkan penempelan semen pada dinding
dalam botol Le Chatelir diatas cairan. 5
Setelah benda uji dimasukkan, putar botol Le Chatelir dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul
lagi pada permukaan cairan. 6
Ulangi pekerjaan no. 2 setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada
botol Le Chatelir V
2
. e. Rumus:
Berat Jenis =
₂ ₁
3.3 Dimana:
V
1
= Pembacaan pertama pada skala botol Le Chatelir V
2
= Pembacaan kedua pada skala botol Le Chatelir
Universitas Sumatera Utara
52 V
2
- V
1
= Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu Catatan:
- Berat jenis semen portland antara 3 - 3.2 - Suhu ruangan yang diperbolehkan 20
o
C - 24
o
C. f. Hasil Percobaan:
Berat jenis semen: 3,03 grml
Gambar 3.4. Bagan Alir Pengujian Berat Jenis Semen
Mulai
Persiapan Alat:
1. Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr
2. Botol Le Chatelir 3. Cawan Porselin
4. Gelas Ukur 5. Corong Kaca
Bahan:
1. Semen Portland 2. Minyak Kerosin
bebas air atau naptha
Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air
Baca skala pada botol Le Chatelir V
1
. Masukkan semen portland sebanyak 64 gr ke
dalam botol Le Chatelir Putar botol Le Chatelir dengan posisi miring
sampai gelembung udara tidak timbul lagi
Selesai
Ulangi pekerjaan no. 2, baca skala pada botol Le Chatelir V
2
.
Universitas Sumatera Utara
53
3.5.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pencucian Pasir Lewat Ayakan
No.200
a. Tujuan Percobaan Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir.
b. Peralatan 1
Ayakan no. 200 2
Oven 3
Timbangan 4
Pan c. Bahan
1 Pasir kering oven
2 Air
d. Prosedur Percobaan 1
Sediakan 2 dua sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dalam keadaan kering oven;
2 Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui
kran; 3
Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui ayakan terlihat jernih dan bersih;
4 Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24
jam; 5
Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya dicatat;
Universitas Sumatera Utara
54 6
Lakukan percobaan untuk sampel kedua.
e. Rumus KL=
A-B A
×100 3.4
Dimana: KL = Kadar lumpur agregat
A = Berat sampel mula-mula B = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar lumpur pasir 5.
f. Hasil Penelitian Kadar lumpur pasir rata-rata = 1,9 pasir memenuhi persyaratan dan
layak untuk digunakan.
Persiapan Alat:
1. Timbangan 0,01 gr 2. Oven
3. Cawan keramik 4. Ayakan no. 200
Bahan: 1. Agregat
2. Air
Oven agregat sampai berat tetap
Timbang agregat A
Cuci agregat sampai bersih Mulai
Universitas Sumatera Utara
55
Gambar 3.5. Bagan Alir Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
3.6 Pemotongan atau Pencacahan Botol Plastik Jenis PET