79
Dari Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 dapat dilihat nilai kuat tarik tertinggi berada pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik 30 sebesar 1,21 MPa.
Sedangkan untuk kuat tarik terendah berada pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik 30 dengan nilai sebesar 0,83 MPa. Pada campuran batako abu batu dan
cacahan botol plastik 30 memiliki nilai kuat tarik paling optimum dikarenakan
penambahan abu batu dan cacahan botol plastik terhadap campuran sudah sesuai dan optimal.
4.5 Penentuan Komposisi Terbaik
Penentuan komposisi terbaik berdasarkan atas hasil perbandingan syarat-syarat mutu keempat komposisi yang dicoba dengan batako kontrol, SNI 03-0349-1989.
Hasilnya komposisi terbaik adalah batako dengan campuran abu batu + cacahan botol plastik 15 + 15 dengan kuat tekan rata-rata sebesar 6,00 MPa menurut syarat mutu
SNI 03-0349-1989 masuk tingkat kuat tekan II dengan kuat tekan rata-rata minimal 5,81MPa, kuat tarik belah rata-rata sebesar 1,21 MPa dan penyerapan air rata-rata sebesar
3,68 , menurut ketentuan SNI 03-0349-1989, besar penyerapan air dibawah 25 masuk kedalam batako tingkat mutu I. Penyimpangan ukuran panjang rata-rata sebesar 399,5
mm; penyimpangan ukuran lebar rata-rata sebesar 199,4 mm; penyimpangan ukuran tebal rata-rata sebesar 99,7 mm, masih memenuhi syarat ukuran sesuai dengan ketentuan dalam
SNI 03-0349-1989.
4.6 Diskusi Hasil Pengujian
Penulis membuat sub-bab hasil penelitian ini karena adanya beberapa kesalahan metode dalam pencampuran material pada saat mengecor, sehingga
proses trial and error pun telah dilakukan dengan baik oleh penulis, dosen
Universitas Sumatera Utara
80 pembimbing, serta asisten laboratorium Universitas Sumatera Utara untuk
mendapatkan hasil penelitian yang ideal dan memuaskan. Seperti yang telah dipaparkan dalam sub-bab hasil penelitian kuat tekan, penyerapan, dan kuat tarik
belah beton bahwa terjadi kesalahan campuran satu variasi yaitu variasi batako dengan bahan substitusi 15 abu batu dan 10 botol plastik. Pada penelitian
tersebut seharusnya didapatkan hasil yang lebih tinggi dari variasi substitusi 30 15 abu batu dan 15 botol plastik. Menurut grafik terjadi penurunan yang
cukup signifikan dari kuat tekan batako variasi 0 ke variasi batako 25. Hal ini disebabkan metode pencampuran yang salah.
Proses pencampuran yang penguji lakukan bersama asisten laboratorium yaitu mencampur bahan ke molen dengan cara memasukkan pasir terlebih dahulu
bersama dengan abu batu kemudian memasukkan cacahan botol plastik secara bersamaan baru kemudian memasukkan semen dan air. Ternyata hal tersebut
menyebabkan campuran plastik tidak menyatu dengan rata bersama pasir, justru secara visual seperti sedikit memisah, namun tetap bisa dicetak dan dipadatkan
dalam cetakan silinder dan batako serta berhasil mengeras dengan baik keesokan harinya. Sehingga untuk pencampuran selanjutnya yang kami lakukan seminggu
kemudian, setelah melakukan peninjauan dan konsultasi bersama asisten senior dan dosen pembimbing, akhirnya kami melakukan metode pencampuran material
dengan sedikit perubahan. Bahan pertama yang kami masukkan ke dalam molen atau mixer tetap
pasir, abu batu, dan semen terlebih dahulu, setelah bahan tadi tercampur dengan baik barulah kami memasukkan plastik yang jumlahnya terlihat banyak secara
Universitas Sumatera Utara
81 perlahan- lahan dan sedikit demi sedikit sampai campuran pasir, abu batu, semen
dan cacahan botol plastik menyatu dengan baik. Terakhir baru kami masukkan air secara perlahan- lahan sampai merata dengan baik. Sehingga metode baru yang
kami dapatkan dan kami lakukan berhasil membuat pasta batako menjadi lebih baik dan terbukti dengan adanya hasil kuat tekan dan kuat tarik belah batako yang
meningkat setelah diuji pada umur beton 28 hari. Hal selanjutnya yang ingin kami bagi pada tugas akhir ini mengenai
campuran abu batu yang sifatnya sesuai dengan sifat pasir dan bisa dikategorikan secara fisik bahwa abu batu ini bersifat organik karena pada dasarnya abu batu
berasal dari proses pemecahan batu di pabrik-pabrik pemecah batu. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang penulis ketahui, seharusnya abu batu dapat
meningkatkan kekuatan beton secara umum, namun pada hasil penelitian yang kami lakukan terjadi trend penurunan secara berangsur-angsur terhadap kekuatan
batako, hal ini terjadi dikarenakan batako yang kami uji tidak menggunakan bahan substitusi tunggal, melainkan 2 bahan substitusi yaitu abu batu dan plastik.
Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil penelitian ini adalah abu batu jelas bisa digunakan sebagai bahan substitusi pada beton atau batako, sama halnya
dengan botol plastik juga bisa digunakan sebagai bahan substitusi dalam pembuatan beton, perbedaannya adalah bahan cacahan botol plastik bersifat non-
organik dan bersifat tidak persis seperti pasir, sehingga semakin banyak plastik yang digunakan maka semakin berkurang juga kekuatan yang terdapat pada beton
atau batako pada pengujian ini.
Universitas Sumatera Utara
82
Universitas Sumatera Utara
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan