24
2.3 Pengujian Batako
Hasil produksi batako sebelum dipasarkan harus menjalani pengujian mutu yang meliputi :
2.3.1 Pengujian Ukuran dan Tampak Luar
Pengujian ukuran dilakukan untuk melihat dan mengamati apakah batako sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, karena apabila belum
sesuai dapat menpengaruhi nilai kekuatan pada bangunan. Sedangkan pengujian tampak luar dilakukan agar tidak mengurangi nilai jual. Apabila
batako tampak dari segi fisik sudah bagus, maka nilai jualnya akan baik. Sebaliknya, apabila secara fisik sudah tampak tidak kuat maka batako
tersebut tidak akan laku dipasaran. Untuk mengetahui ukuran benda rata-rata batako, dipakai 7 buah
benda uji yang utuh. Sebagai alat pengukur dipakai mistar sorong yang dapat mengukur teliti sampai 1 mm atau bisa juga digunakan alat ukur yang biasa
dipakai dengan satuan cm. Setiap pengukuran panjang, lebar, tinggi atau tebal dinding batako berlubang, dilakukan paling sedikit tiga kali pada tempat yang
berbeda-beda, kemudian dihitung harga rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut. Harga pengukuran dari 7 buah benda uji, dilaporkan mengenai
ukuran rata-rata serta besar penyimpangan ukuran batako dari syarat mutu yang telah ditetapkan pada SNI 03 0349 1989.
Dalam pembuatan batako terdapat tiga macam ukuran yaitu seperti yang terdapat dalam tabel sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.2. Persyaratan Ukuran dan Toleransi PUBI hal. 28
Jenis batako Ukuran nominal ± toleransi mm
Panjang Lebar
Tebal Besar
400±3 200±3
100±2 Sedang
300±3 150±3
100±2 Kecil
200±3 100±2
80±2 Keterangan : Ukuran nominal = ukuran bata ditambah 10 mm tebal siar.
2.3.2 Pengujian Daya Serap
Persentase berat air yang mampu diserap agregat di dalam air disebut serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut
kadar air. Besar kecilnya penyerapan air sangat dipengaruhi pori atau rongga yang terdapat pada beton. Semakin banyak pori yang terkandung dalam beton
maka akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang. Rongga pori yang terdapat pada beton terjadi karena kurang
tepatnya kualitas dan komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak
bereaksi dan kemudian menguap dan meninggalkan rongga. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton batako, persyaratan nilai penyerapan air
maksimum adalah 25 Untuk pengukuran penyerapan air batako, mengacu pada standar SNI
03-0349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut: =
100.................................................................................2.1
Universitas Sumatera Utara
26 Dimana:
Wa = Water Absorption Mk = Massa benda kering gr
Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh gr
2.3.3 Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan batako adalah proses pengujian kemampuan batako untuk menahan beban, misalnya berat atap yang mendukung dinding,
ditambah berat dinding itu sendiri. Serta untuk memastikan bahwa batako akan mampu membawa beban yang diletakkan di atasnya, termasuk beban
hidup. Kuat tekan suatu bahan merupakan perbandingan besarnya beban maksimum yang dapat ditahan beban dengan luas penampang bahan yang
mengalami gaya tersebut. Kekuatan tekan merupakan salah satu tolak ukur batako. Pengertian
kuat tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud
kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Teori teknologi beton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton adalah faktor air
semen FAS, kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen dan sifat agregat Damaris, 2011.
Universitas Sumatera Utara
27 Batako dengan mutu yang rendah ditandai dengan besar kuat tekan
dan daya serap air tidak memenuhi syarat-syarat fisis batako tingkat II yang ditetapkan oleh SNI. Hal ini disebabkan adanya retak-retak pada permukaan
batako sehingga batako banyak berpori dan mengakibatkan kekuatannya menurun. Selain itu, perusahaan juga menghasilkan banyak batako rusak
sehingga memerlukan pengerjaan ulang yang mengakibatkan terjadinya penambahan biaya produksi.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk dapat memperbaikimerekayasa komposisi
yang tepat supaya dapat memberikan perbaikan mutu pada batako. Titik berat pencapaian target mutu yang dikehendaki ialah pada pengaturan komposisi
bahan. Perubahan komposisi bahan akan berpengaruh pada mutu batako. Untuk pengukuran kuat tekan batako mengacu pada standar SNI 03-
0349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut: =
………………………………………………………………...2.2 Dimana:
P = Kuat Tekan kgcm
2
F
maks
= Gaya Maksimum kg A = Luas permukaan benda uji cm
2
Mengacu pada pada SK. SNI 03–0349-1989 tentang Bata Beton Untuk Pasangan Dinding, bata beton pejal maupun berlobang dibedakan
menurut tingkat mutunya seperti yang tercantum pada Tabel 2.3 Kuat tekan batako dan daya serap air mengidentifikasikan mutu dari sebuah batako. Oleh
Universitas Sumatera Utara
28 karena itu spesifikasi dari Karakter Kualitas yang Kritis Critical to Quality
CharacteristicCTQ produk batako ini adalah tingkat kuat tekan dan daya serap air. Semakin tinggi tingkat kekuatan batako yang dikehendaki, semakin
tinggi pula mutu batako yang harus dihasilkan.
Tabel 2.3. Syarat-Syarat Fisis Bata Beton Menurut SNI 03-0349-1989
Catatan: 1 Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
pecah dibagi dengan luas ukurannya dari permukaan bata yang tertekan, termasuk luas lobang serta cekungan tepi
2 Tingkat Mutu: Tingkat I
: Untuk dinding struktural tidak terlindungi Tingkat II
: Untuk dinding struktural terlindungi boleh ada beban Tingkat III
: Untuk dinding non struktural tak terlindungi boleh terkena hujan dan panas
Tingkat IV : Untuk dinding non struktural terlindungi dari cuaca
No Syarat Fisik
Satuan Tingkat Mutu Bata
2
Bata Pejal Bata Berlubang
I II
III IV
I II
III IV
1 Kuat tekan rata-rata minimum
Kgcm
2
100 70
40 25
70 50
35 20
2 Kuat tekan bruto
1
benda uji min. Kgcm
2
90 65
35 21
65 45
30 17
3 Penyerapan air rata-rata maks.
25 35
- -
25 35
- -
Universitas Sumatera Utara
29
2.3.4 Pengujian Kuat Tarik Belah
Kuat tarik belah adalah salah satu parameter penting kekuatan beton. Nilai kuat tarik belah diperoleh melalui pengujian tekan di
laboratorium dengan membebani setiap benda uji silinder secara lateral sampai pada kekuatan maksimumnya. Pengujian dapat dilakukan pada skala
tertentu dengan berbagai kondisi, jenis, beban maupun ukuran benda uji. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran benda uji
terhadap kekuatan tarik belah beton. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin uji “Semiautomatic Concrete Compression Testing 400
kN Cap. Controls – Italy 50-C6632” Renaldo Glantino Regar, 2014. Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur
masih muda dan berkisar seperdua puluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan tarik bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar
dapat dipakai bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9 - 15 dari kuat tekannya. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil
pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c, sehingga
untuk beton normal digunakan nilai 0,57 √f’c.
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan
perubahan panas. Sedang untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi jalan raya dan lapangan terbang
serta untuk beton prategang.
Universitas Sumatera Utara
30 Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan
pengujian kuat tarik belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 SNI 03-2492- 1991. Spesimen yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat
paralel pada arah diameternya.
kuat tarik belah benda uji dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3
civilresearch, 2011. f
ct
=
d l
P .
. .
2 π
………………………………………………………………...2.3 di mana;
f
ct
= kuat tarik belah beton MPa P = beban maksimum N
l = panjang benda uji mm
d = diameter benda uji mm Pada proses kuat tarik belah dapat di ilustrasikan seperti Gambar 2.7 di
bawah ini.
Gambar 2.7. Proses Hasil Pengujian Kuat Tarik Beton
Universitas Sumatera Utara
31
2.4 Penelitian Abu Batu dan Cacahan Botol Plastik Jenis PET Terdahulu