Tahapan Belajar Keterampilan Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan

commit to user 23 1 Kondisi internal ialah kondisi yang seharusnya ada pada diri pelajar meliputi 2 macam yaitu: a Pelajar harus mengingat-ingat bagian-bagian gerakan keterampilan. b Pelajar harus mengingat-ingat urutan-urutan rangkaian gerakan. 2 Kondisi eksternal adalah stimulus dari luar dari pelajar atau perlakukan yang dikenakan pada diri pelajar agar proses belajar bisa terjadi, meliputi 4 macam yaitu : a Sajian instruksi verbal b Sajian instruksi visual c Kegiatan praktek d Penyampaian umpan balik Berdasarkan teori di atas maka seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memberikan contoh tentang belajar gerak yang disampaikan. Dengan contoh yang benar, maka siswa dapat mengingat bagian-bagian dan urutan gerak. Melalui instruksi verbal dan non verbal diharapkan para siswa dapat mengerti dan dapat melakukan gerakan yang diajarkan. Hal yang diperhatikan adalah keseimbangan antara instriksi dan kegiatan praktek. Managemen waktu yang tepat mempengaruhi kondisi dalam belajar gerak. Bukan hanya bagaimana memberikan waktu yang cukup, tetapi bagaimana mengatur waktu yang tersedia agar mencapai hasil yang memadai, baik hasil jangka pendek maupun jangka panjang. Waktu yang tersedia untuk sekali latihan perlu pendistribusian untuk praktek dan istirahat. Mengenai banyaknya ulangan, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak mengulang-ulang maka gerakan akan semakin bisa dikuasai. Serta evaluasi dalam proses pembelajaran memberikan sumbangan terhadap pembenahan gerakan.

e. Tahapan Belajar Keterampilan

Proses belajar gerak keterampilan membahas tentang apa yang terjadi pada diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Di sini waktu berperan dalam proses atau tahapan belajar keterampilan. Sugiyanto 1996: 45-47 mengemukakan bahwa proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase: commit to user 24 1 Fase Kognitif Merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. 2 Fase Asosiatif Fase asosiatif desebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif ini menerangkan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. 3 Fase Otonom Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Proses belajar yang berulang-ulang serta pendalaman materi dapat mempercepat tahapan belajar keterampilan. Dari ketiga fase atau tahapan belajar di atas dapat tercapai dengan cepat atau lambat, tergantung ketekunan pelajar serta dukungan dari guru pendidik.

f. Perlunya Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran Lompat Jauh

Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, kondisi lingkungan pembelajaran perlu di perhatikan guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini dapat ditindak lanjuti dengan mengembangkan atau memodifikasi lingkungan pembelajaran yang akan memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar. Yoyo Bahagia, Ucup Yusup dan Adang Suherman 2000: 47 mengemukakan bahwa Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat dibagi kedalam klasifikasi yaitu : 1 peralatan, 2 penataan ruang gerak dalam berlatih dan 3 organisasi atau formasi berlatih. Seorang guru harus mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang tepat sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan agar indicator pembelajaran sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Demikian halnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok seorang guru harus mampu mencari solusi yang tepat, dimana cara yang digunakan dalam belajar lompat jauh akan memperoleh commit to user 25 hasil yang maksimal dan optimal. Pembelajaran yang diklasifikasikan dalam penataan ruang gerak dalam berlatih lompat jauh dapat dilakukan dengan melewati rintangan dan melompat dengan raihan sebagai salah satu bentuk pengembangan pembelajarannya. Pelaksanaan pembelajaran tersebut pola gerakannya sama dengan gerakan lompat jauh gaya jongkok, Adang Suherman, Yudha M. Saputra dan Yudha Hendrayana 2001:126 mengemukakan bahwa latihan yang dapat menggunakan pembelajaran mengenakan gerakan dasar melompat antara lompat satu kaki engklek dua kaki bersamaan, lompat langkah rintangan balok atas gawang dan sebagainya. Jadi modifikasi alat pembelajaran sangat penting melihat fasilitas pembelajaran yang terbatas. Tingkat kemampuan profesional guru pada akhirnya akan dapat dilihat dari keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran salah satu indikator untuk dapat melihat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah bagaimana mereka para guru memiliki dan menentukan strategis pendekatan pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang paling tepat adalah pendekatan pembelajaran yang situasional yang artinya pendekatan pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran itu sendiri baik metode, bahan, alat maupun suasana lingkungan. Dengan melihat hal diatas dalam kegiatan belajar mengajar atletik perlu adanya lapangan, atau bangsal serta alat-alat untuk pendidikan atletik, alat-alat atletik dapat dibuat dan dimodifikasikan sesuai lingkungan sekolah yang ada. Mengingat perlunya alat-alat pendidikan atletik setiap guru diharapkan memiliki keterampilan menghasilkan dan dapat mempergunakan alat-alat pembantu pengajaran untuk memungkinkan tercapainya tujuan dengan sebaik-baiknya. Alat-alat pendidikan atletik yang dapat digunakan dalam pembelajaran lompat jauh antara lain : 1. Menggunakantali 2. Menggunakan balok 3. Menggunakan kotakbox 4. Menggunakan simpai ban sepeda bekas 5. Menggunakan bangku swedia Mochamad Djumidar A Widya, 2004:60 commit to user 26 Kegiatan pembelajaran seyogyanya tidak monoton bahkan harus dinamis, dan disajikan dalam bentuk bervariasi. Pembelajaran lompat jauh hendaknya dapat meningkatkan motivasi siswa, dimungkinkan akan mempunyai hasil yang lebih baik terhadap hasil belajar. Sugiyanto dan Agus Kristiyanto 1998:3 menyatakan bahwa, menguat atau melemahnya hubungan stimulus dengan respon merupakan akibat dari respon yang dilakukan. Hubungan stimulus respon semakin menguat bila munculnya respon disertai oleh keadaan menyenangkan atau memuaskan”.

3. Pembelajaran Nomor Lompat Jauh untuk Siswa SD

Anak-anak pada usia 6-12 tahun merupakan masa partumbuhan secara fisik dan kemampuan gerak. Pembentukan gerak dasar pada usia tersebut harus diberikan secara dini untuk mempersiapkan pola gerak yang benar agar kedepan dapat mengatasi tantangan gerak dalam cabang olahraga maupun dalam kehidupan sehari- hari. Dalam lompat jauh terdapat komponen-komponen gerak dasar yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti jalan, lari dan lompat. Toho Cholik dan Rusli Lutan 2001:84 mengemukakan bahwa, “Untuk mengajar pada siswa SD, tujuan yang diharapkan adalah memberikan pengenalan gerkan dasar. Anak-anak SD diharapkan mempunyai keterampilan dasar yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut.” Maka dari itu nomor lompat jauh termasuk pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum Sekolah Dasar SD. Dalam melaksanakan gerakan lompat jauh, tiap-tiap siswa tidak memerlukan waktu yang lama dalam satu kali pelaksanaan. Dengan satu bak pasir, para siswa bergantian untuk mencoba melakukan gerakan tersebut. Sementara anak- anak yang lain menunggu gilirannya. Sehingga muncul suasana yang menjenuhkan dalam proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu perlu metode pembelajaran yang tepat agar suasana pembelajaran menyenangkan tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Toho Cholik dan Rusli Lutan 2001:85, bahwa : commit to user 27 Dalam pelaksanaannya, melompat ke depan jauh dapat dilakukan tidak harus langsung ke teknik baku melompat jauh seperti dalam atletik. Nuansa yang dikehendaki dalam materi ini ialah bagaimanakah mengajar keterampilan melompat secara bertahap mulai dari gerakan-gerakan yang sederhana dalam situasi yang menyenangkan. Tahapan pembelajaran dari hal yang sederhana sampai gerakan yang sulit diperlukan dalam proses pembelajaran lompat jauh. Serta situasi yang menyenangkan juga tidak kalah penting dalam mendukung proses tersebut.

4. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan

Pelaksanaan pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan rintangan, merupakan bentuk belajar yang dilakukan menggunakan alat bantu dengan melompati rintangan berupa kotak kardus. Media alat bantu rintangan dengan kardus dapat memacu siswa untuk berani melakukan lompatan yang lama antara rintangan yang dijajarkan. Media kardus dipilih sebagai rintangan karena memiliki sifat struktur yang sederhana, rendah, lunak, dan tidak membahayakan jika siswa tidak mampu melewati rintangan. Dari inilah kotak kardus dipilih sebagai media alat bantu rintangan. Secara umum, teknis pelaksanaan pembelajaran lompat jauh menggunakan rintangan adalah siswa melompati kardus menggunakan satu kaki secara berulang- ulang sehingga dapat merangsang daya ledak otot tungkai. Dengan rangsangan terhadap daya ledak otot tungkai, maka siswa dapat melakukan tolakan guna menghasilkan lompatan yang jauh. Suharno HP 1993:59 mengemukakan bahwa, “daya ledak adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Dengan media rintangan kotak kardus maka diharapkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dapat meningkat. commit to user 28 Kotak kardus diletakkan dengan jarak 3-5 langkah di lintasan awalan sebelum bak pasir. Dengan tumpuan satu kaki, siswa melewati rintangan yang telah disusun di lintasan awalan. Dari tumpuan tersebut maka dapat membantu siswa untuk membiasakan bertumpu dengan satu kaki sebelum melayang di udara. Secara tidak langsung siswa melakukan latihan tumpuan dan tolakan dari rintangan kardus. Sehingga media ini meguntungkan bagi siswa untuk mengawali gerak dasar lompat jauh. Media rintangan berupa kotak kardus merupakan alat bantu untuk membentuk sudut tolakan yang optimal yaitu ± 45 0. Untuk mendapatkan sudut tersebut guru memasang tanda sebelum kotak kardus yang telah diukur jarak dan ketinggiannya hingga membentuk sudut ± 45 . Kotak kardus digunakan sebagai target yang membentuk pola lompatan. Dengan sudut tolakan dan pola lompatan yang baik, maka memungkinkan pencapaian jarak lompatan yang maksimal. Dalam hal ini A. Hamid Syah Noer 2000:73 berpendapat bahwa, “sudut lompatan yang baik adalah ± 45 “. Ditinjau dari pelaksanaannya, pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan kotak kardus merupakan metode belajar secara keseluruhan. Dimana siswa dituntut untuk melompati kotak kardus secara berulang meskipun baru pertama kali mengenal atau belum menguasai teknik tersebut. Seperti dikemukakan Sugiyanto 1996: 67, “metode keseluruhan merupakan cara mempraktekkan seluruh rangkaian gerakan yang dipelajari”. Apabila keterampilan olahraga yang diajarkan itu sifatnya sederhana dan mudah dimengerti maka keterampilan tersebut sebaiknya diajarkan secara keseluruhan, dan setiap teknik bagian hanya dilatih secara khusus apabila siswa atau objek selalu membuat kesalahan pada teknik bagian tersebut. Untuk lebih jelasnya model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan rintangan dapat dilihat pada gambar berikut : commit to user 29 Gambar 5. Pembelajaran Menggunakan Rintangan Mochamad Djumidar A. Widya, 2004: 69

b. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERMAINAN LOMPAT KANGURU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PEDAGANGAN 01 KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

1 43 133

PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI LATIHAN LOMPAT DENGAN RINTANGAN PANJANG DAN TINGGI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH TANPA AWALAN PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI MIPITAN JEBRES SURAKARTA TAHU

0 4 62

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN 20010 2011

1 6 58

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES KOMPETENSI DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Kompetensi Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Strategi Pendekatan Pemainan Pada Siswa SMP Negeri 1 Punung Kabupaten Pacitan.

0 1 18

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES KOMPETENSI DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Kompetensi Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Strategi Pendekatan Pemainan Pada Siswa SMP Negeri 1 Punung Kabupaten Pacitan.

0 0 21

Motivasi Siswa Melakukan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Menggunakan Rintangan Tali Dalam Pembelajaran Lompat Jauh Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2011.

0 0 1

Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Lompat Jauh Dengan Pendekatan Tidak Langsung dan Langsung Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN BERMAIN LOMPAT DAN LONCAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIGENUK KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO.

1 6 128

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LOMPAT RINTANGAN

0 0 11

MENINGKATKAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI LOMPAT RINTANGAN DI 07 PAKIT MULAU

0 0 13